Friday, May 23, 2025
23.7 C
Jayapura

Pola Ragam Hias Tubuh Tak Bisa Dilakukan Sembarangan

JAYAPURA-Agenda pentas atau pertunjukkan yang dilakukan oleh tim tari di Papua selama ini banyak yang menempelkan pola ragam hias atau biasa disebut Body Painting. Hanya Body Painting  ini ternyata tidak bisa ditempelkan begitu saja tanpa makna di dalamnya.

  Pasalnya dari penyampaian salah satu seniman, Theo Yepese sejatinya pola ragam hias ini hanya dimiliki oleh ondofolo (pimpinan suku) dan bukan untuk masyarakat biasa mengingat setiap corak atau ukiran selalu memiliki makna. Hanya saat ini, banyak yang tidak paham sehingga asal menarik cat untuk ditempelkan ke tubuh.

“Sebenarnya ada maknanya, setiap wilayah atau suku itu beda – beda pesannya tapi memang saat ini banyak yang asal gambar dan hanya ikut – ikutan biar terlihat pantas,” beber Amelia Ondikleuw, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua disela – sela kegiatan pelatihan Pola Ragam Hias Tubuh di Taman Budaya Provinsi Papua, di Waena, Selasa (28/11).

Baca Juga :  Telan Anggaran Rp 10 M, Puskesmas Twano Dibangun 3 Lantai

   Dari kegiatan yang dilakukan selama 5 hari ini dijelaskan bahwa  sepatutnya jika ingin membuat pola ragam hias tubuh harus memahami maksud yang terkandung di dalamnya. “Seperti yang dijelaskan tadi bahwa itu milik Ondofolo tapi saat ini sudah ada juga yang di kain. Maksudnya silahkan saja tapi penggunaan motif itu harus bertanggungjawab,” kata Amelia.

Amelia berharap para guru yang mengikuti pelatihan bisa memahami dengan seksama kemudian menularkan kepada anak muridnya sehingga informasi tidak terputus.

Senada disampaikan  Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Papua, Herman Saud bahwa  pelatihan ini lebih banyak memberi input kepada guru –  guru untuk diajarkan kepada muridnya. “Yang kami harapkan dari peningkatan kapasitas ini para guru kesenian  semakin matang. Lalu saya juga pesan agar para guru ini tidak dipindahkan atau diganti ke guru – guru yang lain sehingga ilmunya bisa tidak putus hanya karena diganti guru lain,” imbuhnya. (ade/tri)

Baca Juga :  Pj Bupati Gomar Minta VCO Berbahan Baku Kelapa di Mappi Dimaksimalkan

JAYAPURA-Agenda pentas atau pertunjukkan yang dilakukan oleh tim tari di Papua selama ini banyak yang menempelkan pola ragam hias atau biasa disebut Body Painting. Hanya Body Painting  ini ternyata tidak bisa ditempelkan begitu saja tanpa makna di dalamnya.

  Pasalnya dari penyampaian salah satu seniman, Theo Yepese sejatinya pola ragam hias ini hanya dimiliki oleh ondofolo (pimpinan suku) dan bukan untuk masyarakat biasa mengingat setiap corak atau ukiran selalu memiliki makna. Hanya saat ini, banyak yang tidak paham sehingga asal menarik cat untuk ditempelkan ke tubuh.

“Sebenarnya ada maknanya, setiap wilayah atau suku itu beda – beda pesannya tapi memang saat ini banyak yang asal gambar dan hanya ikut – ikutan biar terlihat pantas,” beber Amelia Ondikleuw, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua disela – sela kegiatan pelatihan Pola Ragam Hias Tubuh di Taman Budaya Provinsi Papua, di Waena, Selasa (28/11).

Baca Juga :  Jaga Inflasi Stabil, Pemkot Ambil Langkah Baru 

   Dari kegiatan yang dilakukan selama 5 hari ini dijelaskan bahwa  sepatutnya jika ingin membuat pola ragam hias tubuh harus memahami maksud yang terkandung di dalamnya. “Seperti yang dijelaskan tadi bahwa itu milik Ondofolo tapi saat ini sudah ada juga yang di kain. Maksudnya silahkan saja tapi penggunaan motif itu harus bertanggungjawab,” kata Amelia.

Amelia berharap para guru yang mengikuti pelatihan bisa memahami dengan seksama kemudian menularkan kepada anak muridnya sehingga informasi tidak terputus.

Senada disampaikan  Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Papua, Herman Saud bahwa  pelatihan ini lebih banyak memberi input kepada guru –  guru untuk diajarkan kepada muridnya. “Yang kami harapkan dari peningkatan kapasitas ini para guru kesenian  semakin matang. Lalu saya juga pesan agar para guru ini tidak dipindahkan atau diganti ke guru – guru yang lain sehingga ilmunya bisa tidak putus hanya karena diganti guru lain,” imbuhnya. (ade/tri)

Baca Juga :  Hidup di Indonesia Menyiksa Diri, Saatnya Kembali ke Honai Melanesia

Berita Terbaru

Artikel Lainnya