JAYAPURA– Dalam rangka menjaga kelestarian bahasa ibu di kota Jayapura, terutama bahasa daerah Tobati, Pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan kegiatan vestifal bahasa ibu Tobati. Di mana kejahatan ini diikuti oleh pelajar mulai dari tingkat SD, SMPdan SMA dari beberapa sekolah di Kota Jayapura.
Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Jayapura, Grace Yokhu menjelaskan, kegiatan festival Tunas bahasa ibu itu merupakan program kegiatan yang dilakukan dari pemerintah pusat sampai di daerah. Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka melestarikan bahasa ibu atau bahasa daerah juga dalam rangka merevitalisasi bahasa daerah.
“Kita angkat bahasa Tobati, karena terancam punah, karena penutur aktifnya sudah banyak yang meninggal. Kemudian penyebab lainnya karena terjadi kawin campur, dan banyak hal lain, termasuk orang tua sering berbicara pakai bahasa Indonesia kepada anak, tetapi orang tua sendiri menggunakan bahasa daerahnya. Ini yang membuat anak-anak lebih fasih menggunakan bahasa Indonesia,” ujar Grace Yohku, Senin (23/10).
Mereka juga ketika menggunakan bahasa Ibu hanya menjadi penutur pasif, Artinya mereka hanya bisa mendengar dan mengerti tetapi tidak bisa berbicara. Karena itu dengan terlaksananya kegiatan itu pihaknya ingin melihat berapa banyak orang yang bisa berbicara menggunakan bahasa Tobati.
Dalam kegiatan itu, pihaknya mengadakan lomba, untuk kategori SD lomba pidato bebas, diikuti oleh 16 peserta. Mendongeng menggunakan bahasa Tobati, kemudian ada juga lomba menulis cerpen untuk kategori SMP, lomba menyanyi Solo. Kemudian untuk SMA dan SMK membawakan pidato dengan tema kemajuan kebudayaan di kota Jayapura atau Port Numbai.
“Yang menjadi pesan dari kegiatan ini adalah bahasa daerah, atau bahasa ibu itu sangat penting. Tema besar kami dalam pelestarian bahasa adalah jaga bahasa jaga hidup. Artinya bahasa bahasa ibu itu punah di kampung-kampung adat, itu berarti kampung itu juga terancam punah, karena dia sudah tidak memiliki bahasa Ibu lagi,” tambahnya. (roy/tri).