Friday, March 29, 2024
24.7 C
Jayapura

Dari Buang Sampah Hingga ke Apotik dan Belanja Online Dijadikan Alasan

Ketua Tim Gugus Covid 19 Kota Jayapura, Ir H Rustan Saru MM memberi penjelasan kepada warga di Jl Hamadi Rawa I Pasar Hamadi yang terlihat masih berkeliaran hingga ke pintu utama  meski telah diberlakukan status karantina, Kamis (14/5). Masyarakat diminta tertib dan jangan kepala batu.  (Gamel Cepos)

Mereka yang Berada Dalam Lingkar Karantina dan Penutupan Akses 

Sulit rasanya untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 jika masyarakatnya tak tertib. Alat Pelindung Diri (APD) tak banyak membantu bila masih berkeliaran. Ini yang tersaji di Pasar Hamadi pasca penutupan akses.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Pasar Hamadi dan beberapa lokasi lainnya seperti gang Hamadi Rawa I, Hamadi Rawa II, Hamadi Pontong serta lokasi di belakang SMAN 4 Jayapura harusnya menjadi pelajaran berarti bagi masyarakat yang hingga kini tak diberlakukan penutupan. Pemerintah memutuskan untuk mengkarantina atau membatas akses di empat lokasi di atas tentunya berdasar evaluasi, kajian dan perkembangan di lapangan selama ini. 

 Ya bisa dibilang lokasi yang ditutup ini memiliki warga yang angka reaktifnya cukup tinggi. Setiap dilakukan rapide test selalu saja ada yang ditemukan. Perbandingannya juga tak jauh – jauh dari total yang sudah melakukan pemeriksaan rapid. Tarohlah 100 orang yang periksa terkadang ada 10 hingga 20 orang yang dinyatakan reaktif. Jika ini tak segera dikarantina bisa dibayangkan angkanya beberapa hari atau pekan ke depan. Jadi bisa dibilang upaya pemerintah saat ini sudah tepat tinggal masyarakatnya mendukung atau tidak. 

 Hanya saja meski sudah diberlakukan karantina ternyata masih banyak warga yang tak tertib. Berbagai cara dilakukan untuk bisa tetap keluar masuk. Mereka yang dikarantina nampaknya tak semuanya paham apa arti karantina. Jadi meski sejumlah kawasan telah ditetapkan sebagai zona merah dan dikarantina ternyata masih banyak warga Kota Jayapura yang belum paham protap dari status tersebut. Warga masih keluar masuk dengan berbagai alasan dan ini membuat petugas yang berjaga cukup kewalahan untuk terus mengingatkan. 

Baca Juga :  Tan dan Monj Port Numbay Harus Mampu jadi Pemimpin

 “Selalu ada saja alasannya yang disampaikan, yang penting bisa keluar meski kawasannya telah dikarantina. Harusnya ya tidak boleh keluar dan masuk kan disebut karantina,” ujar Bripka Ricard salah satu anggota Polri yang berjaga di Hamadi, Kamis (14/5). Ia sendiri mengawal pintu di jalan masuk Hamadi Rawa I yang tepat berada di tengah jalur pasar. Ricard ketika itu hanya sendiri dan ia terlihat cukup sibuk melayani alasan warga.

 Alasan yang digunakan juga remeh temeh. Ada yang mengatakan ada janjian dengan penjualn online, ada yang memakai alasan membuang sampah dan ada juga yang beralasan ingin ke apotik. “Kalau belanja online dan  buang sampah ini tidak kami ijinkan karena bukan sesuatu yang urgent,” cecarnya. Bahkan menurutnya ada juga yang daerahnya ditutup tapi masih berkumpul untuk saling ngobrol. “Ini yang kami bingung, harusnya prihatian dan berjaga jarak padahal,” tambahnya. 

 Ini juga dikomentari aktifis sosial Kota Jayapura, Gunawan yang berpendapat bahwa seharusnya dengan status karantina membuat warga lebih banyak berdiam diri di rumah guna, menerapkan hidup sehat sambil melihat perkembangan virusnya seperti apa. Bukan sibuk mempersiapkan ini itu yang sebenarnya tak terlalu penting. “Ada pos kampling yang ternyata dipakai untuk tempat kumpul – kumpul, miris sekali dan ini juga gagal paham. Karantina itu lebih banyak berdiam di rumah. Bukan malah ngerumpi nongkrong bikin kelompok sana sini lalu ngobrol tidak jelas. Kapan mata rantainya mau putus kalau begini,” protesnya.

 Hal lain yang cukup mengkhawatirkan adalah masih banyak jalan – jalan tikus yang bisa diakses warga. Jika jalan – jalan  tikus ini benar bisa diakses tentunya potensi penyebaran sangat terbuka. Percuma menutup akses utama sementara jalan tikus masih bisa diakses. Terkait ini Kepala Kelurahan Hamadi, Raimond Fidman Kareth S.STP menyampaikan bahwa pihaknya telah memonitor akses yang disebut jalan – jalan tikus dan telah diperintahkan untuk ditutup. 

Baca Juga :  ABG Penjambret Tak Berkutik Saat Dibekuk

 Jalur di Hamadi Rawa I misalnya ternyata masih bisa terhubung hingga ke samping Hotel Agung, begitu juga dengan Hamadi Rawa II termasuk Hamadi Pontong. “Kami minta RT – RW dan mereka yang dituakan untuk ikut mengawasi dan mengikuti ketentuan pemerintah. Lalu soal jalan tikus saya sudah minta ditutup tanpa alasan,” bebernya. Disinggung soal masih banyak warga di Hamadi yang belum menggunakan masker, kata Raimon pihaknya sudah membagikan 7000 masker kepada seluruh warga sehingga tak ada alasan untuk tidak menggunakan masker. “Kalau dia tetap tidak pakai artinya dia tidak menyayangi dirinya maupun  orang lain dan saya minta semua wajib pakai,” tegasnya.

 Salah satu pedagang di Pasar Hamadi bernama Deha mengaku terpaksa keluar dari lokasi karantina karena mendapat pesan singkat untuk memeriksakan dirinya. Ia sendiri tak habis pikir mengapa dirinya bisa reaktif. “Tidak ada kontak dengan orang positif tapi tidak tahu ya namanya pasar semua orang yang tidak kami ketahui sakit apa bisa saja datang,” jelasnya. Namun meski berusia 54 tahun Deha memahami  bahwa mentalnya tak boleh drop. Ia bahkan menganjurkan teman – temannya untuk tetap enjoy.  “Oh saya ini enjoy sekali setiap hari tapi kok reaktif juga, ini saya bingung tapi semoga hasil swab nya nanti negatif,” tutupnya. (*/wen)

Ketua Tim Gugus Covid 19 Kota Jayapura, Ir H Rustan Saru MM memberi penjelasan kepada warga di Jl Hamadi Rawa I Pasar Hamadi yang terlihat masih berkeliaran hingga ke pintu utama  meski telah diberlakukan status karantina, Kamis (14/5). Masyarakat diminta tertib dan jangan kepala batu.  (Gamel Cepos)

Mereka yang Berada Dalam Lingkar Karantina dan Penutupan Akses 

Sulit rasanya untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 jika masyarakatnya tak tertib. Alat Pelindung Diri (APD) tak banyak membantu bila masih berkeliaran. Ini yang tersaji di Pasar Hamadi pasca penutupan akses.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Pasar Hamadi dan beberapa lokasi lainnya seperti gang Hamadi Rawa I, Hamadi Rawa II, Hamadi Pontong serta lokasi di belakang SMAN 4 Jayapura harusnya menjadi pelajaran berarti bagi masyarakat yang hingga kini tak diberlakukan penutupan. Pemerintah memutuskan untuk mengkarantina atau membatas akses di empat lokasi di atas tentunya berdasar evaluasi, kajian dan perkembangan di lapangan selama ini. 

 Ya bisa dibilang lokasi yang ditutup ini memiliki warga yang angka reaktifnya cukup tinggi. Setiap dilakukan rapide test selalu saja ada yang ditemukan. Perbandingannya juga tak jauh – jauh dari total yang sudah melakukan pemeriksaan rapid. Tarohlah 100 orang yang periksa terkadang ada 10 hingga 20 orang yang dinyatakan reaktif. Jika ini tak segera dikarantina bisa dibayangkan angkanya beberapa hari atau pekan ke depan. Jadi bisa dibilang upaya pemerintah saat ini sudah tepat tinggal masyarakatnya mendukung atau tidak. 

 Hanya saja meski sudah diberlakukan karantina ternyata masih banyak warga yang tak tertib. Berbagai cara dilakukan untuk bisa tetap keluar masuk. Mereka yang dikarantina nampaknya tak semuanya paham apa arti karantina. Jadi meski sejumlah kawasan telah ditetapkan sebagai zona merah dan dikarantina ternyata masih banyak warga Kota Jayapura yang belum paham protap dari status tersebut. Warga masih keluar masuk dengan berbagai alasan dan ini membuat petugas yang berjaga cukup kewalahan untuk terus mengingatkan. 

Baca Juga :  Fokus Perbaiki Mutu dan Kompetensi Pendidikan di SMA/SMK

 “Selalu ada saja alasannya yang disampaikan, yang penting bisa keluar meski kawasannya telah dikarantina. Harusnya ya tidak boleh keluar dan masuk kan disebut karantina,” ujar Bripka Ricard salah satu anggota Polri yang berjaga di Hamadi, Kamis (14/5). Ia sendiri mengawal pintu di jalan masuk Hamadi Rawa I yang tepat berada di tengah jalur pasar. Ricard ketika itu hanya sendiri dan ia terlihat cukup sibuk melayani alasan warga.

 Alasan yang digunakan juga remeh temeh. Ada yang mengatakan ada janjian dengan penjualn online, ada yang memakai alasan membuang sampah dan ada juga yang beralasan ingin ke apotik. “Kalau belanja online dan  buang sampah ini tidak kami ijinkan karena bukan sesuatu yang urgent,” cecarnya. Bahkan menurutnya ada juga yang daerahnya ditutup tapi masih berkumpul untuk saling ngobrol. “Ini yang kami bingung, harusnya prihatian dan berjaga jarak padahal,” tambahnya. 

 Ini juga dikomentari aktifis sosial Kota Jayapura, Gunawan yang berpendapat bahwa seharusnya dengan status karantina membuat warga lebih banyak berdiam diri di rumah guna, menerapkan hidup sehat sambil melihat perkembangan virusnya seperti apa. Bukan sibuk mempersiapkan ini itu yang sebenarnya tak terlalu penting. “Ada pos kampling yang ternyata dipakai untuk tempat kumpul – kumpul, miris sekali dan ini juga gagal paham. Karantina itu lebih banyak berdiam di rumah. Bukan malah ngerumpi nongkrong bikin kelompok sana sini lalu ngobrol tidak jelas. Kapan mata rantainya mau putus kalau begini,” protesnya.

 Hal lain yang cukup mengkhawatirkan adalah masih banyak jalan – jalan tikus yang bisa diakses warga. Jika jalan – jalan  tikus ini benar bisa diakses tentunya potensi penyebaran sangat terbuka. Percuma menutup akses utama sementara jalan tikus masih bisa diakses. Terkait ini Kepala Kelurahan Hamadi, Raimond Fidman Kareth S.STP menyampaikan bahwa pihaknya telah memonitor akses yang disebut jalan – jalan tikus dan telah diperintahkan untuk ditutup. 

Baca Juga :  Pos Keamanan Dibangun, Tapi Dibiarkan Kosong

 Jalur di Hamadi Rawa I misalnya ternyata masih bisa terhubung hingga ke samping Hotel Agung, begitu juga dengan Hamadi Rawa II termasuk Hamadi Pontong. “Kami minta RT – RW dan mereka yang dituakan untuk ikut mengawasi dan mengikuti ketentuan pemerintah. Lalu soal jalan tikus saya sudah minta ditutup tanpa alasan,” bebernya. Disinggung soal masih banyak warga di Hamadi yang belum menggunakan masker, kata Raimon pihaknya sudah membagikan 7000 masker kepada seluruh warga sehingga tak ada alasan untuk tidak menggunakan masker. “Kalau dia tetap tidak pakai artinya dia tidak menyayangi dirinya maupun  orang lain dan saya minta semua wajib pakai,” tegasnya.

 Salah satu pedagang di Pasar Hamadi bernama Deha mengaku terpaksa keluar dari lokasi karantina karena mendapat pesan singkat untuk memeriksakan dirinya. Ia sendiri tak habis pikir mengapa dirinya bisa reaktif. “Tidak ada kontak dengan orang positif tapi tidak tahu ya namanya pasar semua orang yang tidak kami ketahui sakit apa bisa saja datang,” jelasnya. Namun meski berusia 54 tahun Deha memahami  bahwa mentalnya tak boleh drop. Ia bahkan menganjurkan teman – temannya untuk tetap enjoy.  “Oh saya ini enjoy sekali setiap hari tapi kok reaktif juga, ini saya bingung tapi semoga hasil swab nya nanti negatif,” tutupnya. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya