Monday, April 29, 2024
26.7 C
Jayapura

DBD Masih Mewabah di Timika

TIMIKA – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mewabah di Timika. Apalagi akhir-akhir ini curah hujan di Timika cukup tinggi dan menyebabkan genangan air dimana-mana yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra yang ditemui Senin (24/7/2023) mengatakan, pada dua pekan lalu temuan DBD setiap harinya rata-rata 3 kasus. Temuan kasus DBD di Timika yang mencapai 70 per 1000 penduduk hampir dua kali lebih tinggi dari nasional yang hanya 49 per 1000 penduduk.

Sehingga ia berharap anak-anak yang panas tinggi dan demam harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan. Sebab dikhawatirkan anak-anak bisa tidak sadarkan diri yang akhirnya bisa berakibat fatal.

Bukan hanya DBD, Mimika yang masuk dalam daerah endemis malaria juga ditegaskan Reynold sangat mudah menyerang anak. Apalagi cuaca seperti sekarang ini yang banyak menyebabkan batuk pilek. Kondisi ini diprediksi akan terjadi hingga Agustus dan akan kembali terjadi pada Desember mengikuti perubahan cuaca dengan curah hujan tinggi.

Baca Juga :  Dipalang, Pelayanan di Puskesmas Rimba Jaya dan Dinas Kesehatan Lumpuh Total 

Keluhan demam yang tak kunjung sembuh banyak dikeluhkan warga. Meski sudah melakukan pemeriksaan namun tidak ditemukan adanya malaria maupun DBD. Menurut Reynold, ini juga bisa disebabkan sub varian Covid-19 Omicron yang ada di Timika. Sehingga harus tetap diperiksa dan mendapat pengobatan.

Menyikapi wabah DBD dan penyakit menular lainnya, Dinkes Mimika meminta sekolah tetap memberlakukan protocol kesehatan dengan mewajibkan siswa menggunakan masker dan menyiapkan fasilitas cuci tangan.

Fogging atau pengasapan sebenarnya, bisa menjadi solusi. Tapi menurut Reynold, dengan curah hujan tinggi fogging tidak efektif karena kandungan obatnya bisa terurai. Sehingga cara paling efektif untuk mencegah adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih. Menimbun kaleng atau botol plastic bekas, menguras tempat penampungan air yang menjadi perkembangbiakan jentik nyamuk.

Baca Juga :  Warga di Mimika Mulai Kesulitan Dapat BBM Bersubsidi

“Yang terpenting di Timika, pot bunga itu tempat perindukan nyamuk malaria. Tapi juga profil tank, itu sebaiknya, karena kita gunakan air sumur bor, jadi pasti ada penampungan. Itu diperhatikan secara rutin, kami melakukan investigasi di tempat-tempat penampungan air itu terlihat cukup dan sangat banyak jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air seperti profil tank, ember, jerigen, kaleng bekas sebaiknya dikubur,” kata Reynold.(ryu)

TIMIKA – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mewabah di Timika. Apalagi akhir-akhir ini curah hujan di Timika cukup tinggi dan menyebabkan genangan air dimana-mana yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra yang ditemui Senin (24/7/2023) mengatakan, pada dua pekan lalu temuan DBD setiap harinya rata-rata 3 kasus. Temuan kasus DBD di Timika yang mencapai 70 per 1000 penduduk hampir dua kali lebih tinggi dari nasional yang hanya 49 per 1000 penduduk.

Sehingga ia berharap anak-anak yang panas tinggi dan demam harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan. Sebab dikhawatirkan anak-anak bisa tidak sadarkan diri yang akhirnya bisa berakibat fatal.

Bukan hanya DBD, Mimika yang masuk dalam daerah endemis malaria juga ditegaskan Reynold sangat mudah menyerang anak. Apalagi cuaca seperti sekarang ini yang banyak menyebabkan batuk pilek. Kondisi ini diprediksi akan terjadi hingga Agustus dan akan kembali terjadi pada Desember mengikuti perubahan cuaca dengan curah hujan tinggi.

Baca Juga :  Pelayanan Kesehatan Saat Libur Nataru Berjalan Normal

Keluhan demam yang tak kunjung sembuh banyak dikeluhkan warga. Meski sudah melakukan pemeriksaan namun tidak ditemukan adanya malaria maupun DBD. Menurut Reynold, ini juga bisa disebabkan sub varian Covid-19 Omicron yang ada di Timika. Sehingga harus tetap diperiksa dan mendapat pengobatan.

Menyikapi wabah DBD dan penyakit menular lainnya, Dinkes Mimika meminta sekolah tetap memberlakukan protocol kesehatan dengan mewajibkan siswa menggunakan masker dan menyiapkan fasilitas cuci tangan.

Fogging atau pengasapan sebenarnya, bisa menjadi solusi. Tapi menurut Reynold, dengan curah hujan tinggi fogging tidak efektif karena kandungan obatnya bisa terurai. Sehingga cara paling efektif untuk mencegah adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih. Menimbun kaleng atau botol plastic bekas, menguras tempat penampungan air yang menjadi perkembangbiakan jentik nyamuk.

Baca Juga :  Freeport Dukung Asosiasi Wartawan Papua Gelar Pelatihan Pengelolaan Media

“Yang terpenting di Timika, pot bunga itu tempat perindukan nyamuk malaria. Tapi juga profil tank, itu sebaiknya, karena kita gunakan air sumur bor, jadi pasti ada penampungan. Itu diperhatikan secara rutin, kami melakukan investigasi di tempat-tempat penampungan air itu terlihat cukup dan sangat banyak jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air seperti profil tank, ember, jerigen, kaleng bekas sebaiknya dikubur,” kata Reynold.(ryu)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya