Tuesday, April 16, 2024
29.7 C
Jayapura

Inisiatif Sendiri, Pertama Ciptakan Lagu Tragedi 10 November dan Papua Barat

Bincang-Bincang dengan Yesaya Felle, Pencipta 30 Lagu Pop dan Daerah (Bag-1) 

Sambil duduk, memegang rokok di tangan kiri, memakai topi dan kaca mata di atas kepala, Yesaya Felle mulai bercerita mengenai kisahnya menjadi seorang musisi, bahkan menciptakan puluhan legu pop yang kini telah tersebar melalui kaset dan youtube.

Laporan: Roberth Yewen- SENTANI

Jika membuka youtube, maka tinggal menulis Yesaya Felle lalu klik enter, maka akan melihat langsung lagu-lagu yang diciptakan oleh pria berusia 53 tahun ini yang dinyanyikan oleh Vokal Group Khenambay.

Pria yang akrab disapa Yesaya ini bercerita bahwa pertama kali mencintai musik sejak masih kecil atau berada di bangku Sekolah Dasar (SD). Menariknya hal ini merupakan inisiatif yang timbul dari hati Yesaya untuk berkecimpung dan belajar music.

“Pertama kali saya diajarkan bermain gitar oleh Silfinus Monim dan Martinus Monim sekitar tahun 80-an,” kata pria kelahiran Putali 11 Januari 1966 ini.

Baca Juga :  Pembangunan Desa Berbasis Wilayah Adat Perlu Libatkan Masyarakat

Adik kandung dari Kepala Suku Kampung Abar, Naftali Felle ini mulai mengembangkan dunia musiknya sejak hengkang dari Sentani ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi.

Yesaya melanjutkan studi di Lembaga Pendidikan Teologia Bethel Petamburan Jakarta pada tahun 1990-an. Sambil melanjutkan studi, Yesaya membawa group yang tergabung dari anak-anak Sentani untuk menyanyi di mana-mana.

Tak heran, jiwa musik yang membara dalam jiwa bapak dari 4 orang anak ini mampu menciptakan lagu yang kini masih di dengar oleh para generasi yang ada di tanah Papua.

“Sejak tahun 1996 saya berhasil menciptakan tiga lagu, yaitu Tragedi 10 November yang mengisahkan kematian Theys Eluay, lagu Papua Baru dan lagu Bapak Pemberdayaan,” ucapnya.

Baca Juga :  Kerajaan dan Kesultanan Beda Dengan Masyarakat Adat

Yesaya sendiri menghabiskan hidupnya sebagian di daerah Jawa, Sumtera dan Kalimantan. Hal ini tidak terlepas dari pendidikannya yang berlatar belakahg teologi.

Sambil mengunyah pinang, alumni angkatan pertama SMA YPPK Fransiskus Asisi ini terus menciptakan lagu-lagu pop berbahasa Indonesia. Tak hanya itu, dirinya juga menciptakan lagu bahasa daerah Sentani. Meskipun tak banyak.

Saya disampaikan oleh Jimmy Titarsole dia punya studio Gemini. Dia bilang Yesaya jika kamu ingin lagumu di dengar banyak orang dan skopnya luas, maka mulai menciptakan lagu-lagu bernuansa bahasa Indonesia. Kalau lagu daerah di pasaran skopnya kecil,” katanya sambil mengusah pinang di mulutnya.

Bagaimana Yesaya dapat menciptakan lagu dan berapa album yang sudah dikeluarkan serta pesan-pesannya bagi generasi muda. Saksikan di edisi besok. (Bersambung). 

Bincang-Bincang dengan Yesaya Felle, Pencipta 30 Lagu Pop dan Daerah (Bag-1) 

Sambil duduk, memegang rokok di tangan kiri, memakai topi dan kaca mata di atas kepala, Yesaya Felle mulai bercerita mengenai kisahnya menjadi seorang musisi, bahkan menciptakan puluhan legu pop yang kini telah tersebar melalui kaset dan youtube.

Laporan: Roberth Yewen- SENTANI

Jika membuka youtube, maka tinggal menulis Yesaya Felle lalu klik enter, maka akan melihat langsung lagu-lagu yang diciptakan oleh pria berusia 53 tahun ini yang dinyanyikan oleh Vokal Group Khenambay.

Pria yang akrab disapa Yesaya ini bercerita bahwa pertama kali mencintai musik sejak masih kecil atau berada di bangku Sekolah Dasar (SD). Menariknya hal ini merupakan inisiatif yang timbul dari hati Yesaya untuk berkecimpung dan belajar music.

“Pertama kali saya diajarkan bermain gitar oleh Silfinus Monim dan Martinus Monim sekitar tahun 80-an,” kata pria kelahiran Putali 11 Januari 1966 ini.

Baca Juga :  Pelayanan Kesehatan Saat Libur Nataru Berjalan Normal

Adik kandung dari Kepala Suku Kampung Abar, Naftali Felle ini mulai mengembangkan dunia musiknya sejak hengkang dari Sentani ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi.

Yesaya melanjutkan studi di Lembaga Pendidikan Teologia Bethel Petamburan Jakarta pada tahun 1990-an. Sambil melanjutkan studi, Yesaya membawa group yang tergabung dari anak-anak Sentani untuk menyanyi di mana-mana.

Tak heran, jiwa musik yang membara dalam jiwa bapak dari 4 orang anak ini mampu menciptakan lagu yang kini masih di dengar oleh para generasi yang ada di tanah Papua.

“Sejak tahun 1996 saya berhasil menciptakan tiga lagu, yaitu Tragedi 10 November yang mengisahkan kematian Theys Eluay, lagu Papua Baru dan lagu Bapak Pemberdayaan,” ucapnya.

Baca Juga :  Masyarakat Diharapkan Bisa Melakukan Pembenihan Jagung  Sendiri

Yesaya sendiri menghabiskan hidupnya sebagian di daerah Jawa, Sumtera dan Kalimantan. Hal ini tidak terlepas dari pendidikannya yang berlatar belakahg teologi.

Sambil mengunyah pinang, alumni angkatan pertama SMA YPPK Fransiskus Asisi ini terus menciptakan lagu-lagu pop berbahasa Indonesia. Tak hanya itu, dirinya juga menciptakan lagu bahasa daerah Sentani. Meskipun tak banyak.

Saya disampaikan oleh Jimmy Titarsole dia punya studio Gemini. Dia bilang Yesaya jika kamu ingin lagumu di dengar banyak orang dan skopnya luas, maka mulai menciptakan lagu-lagu bernuansa bahasa Indonesia. Kalau lagu daerah di pasaran skopnya kecil,” katanya sambil mengusah pinang di mulutnya.

Bagaimana Yesaya dapat menciptakan lagu dan berapa album yang sudah dikeluarkan serta pesan-pesannya bagi generasi muda. Saksikan di edisi besok. (Bersambung). 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya