Wednesday, April 24, 2024
24.7 C
Jayapura

Hadapi Covid-19, Siapkan Ratusan Hektar Lahan Pertanian

Warga Kampung Ifar Besar mengolah sagu untuk memenuhi kebutuhan pangan selama pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. Tim gugus tugas)

SENTANI- Dampak Covid-19 di Kabupaten Jayapura hingga saat memasuki bulan kedua, upaya dan penanganan terus dilakukan oleh Pemkab Jayapura melalui Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Salah satu himbauan yang gencar disampaikan adalah masyarakat harus kembali berkebun, mengelolah semua Sumber Daya Alam (SDA) dan potensi lokal yang dimiliki. Hal ini secara perlahan mulai terlihat ditengah masyarakat, walaupun belum signifikan dilakukan.

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si mengatakan, potensi SDA dan kearifan lokal adalah bagian dari jati diri masyarakat adat yang sesungguhnya, dan hal ini perlu dikelola dengan baik sebagai sumber pendapatan tapi juga lumbung pangan yang dapat memberikan ketahanan pangan di kampung masing-masing.

“ Jauh-jauh hari sudah saya sampaikan, agar masyarakat adat harus berdiri di atas jati dirinya sendiri,” ujar Bupati Awoitauw di Sentani. Rabu (20/5).

Baca Juga :  Penyemprotan Disinfektan Rutin Dilakukan

Dikatakan, hutan dan dusun sagu terbesar masih ada, danau yang luas dan indah belum maksimal dikelola. Ladang, sawah, dan hutan yang kaya dengan berbagai potensi kearifan lokalnya.

“Wabah Covid-19 saat ini, banyak hal positif yang dapat dilakukan menjadi peluang kita bersama,” jelasnya.

Menurutnya, masyarakat adat tidak boleh tinggal diam, kepala suku, kepala keret, dan Pemerintah Kampung Adat harus bergandengan tangan dan mengajak masyarakatnya untuk segera kembali ke dusun, kebun masing-masing.

“Tidak mungkin orang dari luar kampung kita yang akan datang membantu, hanya masyarakat yang tinggal di kampung tersebut yang dapat melakukan perubahan dan kemajuan kampungnya,” ucap Bupati.

Walau demikian, Bupati juga mengakui belakangan ini seperti ada sebuah gerakan massal yang dilakukan di masing-masing kampung dengan kegiatan panen raya, hasil kebun, ikan, dan juga hasil pertanian lainnya.

Baca Juga :  Bawaslu Temukan Money Politik dan Jual Beli C6

“Belum lama ini kita di kampung Sabyab panen ubi jalar dalam jumlah yang cukup banyak, lalu panen kacang tanah di Lembah Grime, ikan laut di Depapre, gerakan ini harus terus dilakukan,” ungkapnya.

Sementara itu, masyarakat Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, dalam mencukupi ketahanan pangan lokal mereka melalui pengelolaan dusun sagu yang dimiliki. Dusun tersebut dikelola secara massal oleh seluruh warga, selain mengambil hasil pohon sagu, dusun tersebut menanam kembali tanaman jangka pendek seperti ubi-ubian, keladi, serta sayur. (roy/tho)

Warga Kampung Ifar Besar mengolah sagu untuk memenuhi kebutuhan pangan selama pandemi Covid-19. (FOTO: Dok. Tim gugus tugas)

SENTANI- Dampak Covid-19 di Kabupaten Jayapura hingga saat memasuki bulan kedua, upaya dan penanganan terus dilakukan oleh Pemkab Jayapura melalui Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Salah satu himbauan yang gencar disampaikan adalah masyarakat harus kembali berkebun, mengelolah semua Sumber Daya Alam (SDA) dan potensi lokal yang dimiliki. Hal ini secara perlahan mulai terlihat ditengah masyarakat, walaupun belum signifikan dilakukan.

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si mengatakan, potensi SDA dan kearifan lokal adalah bagian dari jati diri masyarakat adat yang sesungguhnya, dan hal ini perlu dikelola dengan baik sebagai sumber pendapatan tapi juga lumbung pangan yang dapat memberikan ketahanan pangan di kampung masing-masing.

“ Jauh-jauh hari sudah saya sampaikan, agar masyarakat adat harus berdiri di atas jati dirinya sendiri,” ujar Bupati Awoitauw di Sentani. Rabu (20/5).

Baca Juga :  Kunjungan Delegasi Gereja Dunia Tidak Sentuh Akar Persoalan Papua

Dikatakan, hutan dan dusun sagu terbesar masih ada, danau yang luas dan indah belum maksimal dikelola. Ladang, sawah, dan hutan yang kaya dengan berbagai potensi kearifan lokalnya.

“Wabah Covid-19 saat ini, banyak hal positif yang dapat dilakukan menjadi peluang kita bersama,” jelasnya.

Menurutnya, masyarakat adat tidak boleh tinggal diam, kepala suku, kepala keret, dan Pemerintah Kampung Adat harus bergandengan tangan dan mengajak masyarakatnya untuk segera kembali ke dusun, kebun masing-masing.

“Tidak mungkin orang dari luar kampung kita yang akan datang membantu, hanya masyarakat yang tinggal di kampung tersebut yang dapat melakukan perubahan dan kemajuan kampungnya,” ucap Bupati.

Walau demikian, Bupati juga mengakui belakangan ini seperti ada sebuah gerakan massal yang dilakukan di masing-masing kampung dengan kegiatan panen raya, hasil kebun, ikan, dan juga hasil pertanian lainnya.

Baca Juga :  Polisi Periksa Sejumlah Saksi, 800-an Kios dan Los Terbakar

“Belum lama ini kita di kampung Sabyab panen ubi jalar dalam jumlah yang cukup banyak, lalu panen kacang tanah di Lembah Grime, ikan laut di Depapre, gerakan ini harus terus dilakukan,” ungkapnya.

Sementara itu, masyarakat Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, dalam mencukupi ketahanan pangan lokal mereka melalui pengelolaan dusun sagu yang dimiliki. Dusun tersebut dikelola secara massal oleh seluruh warga, selain mengambil hasil pohon sagu, dusun tersebut menanam kembali tanaman jangka pendek seperti ubi-ubian, keladi, serta sayur. (roy/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya