Saturday, April 20, 2024
30.7 C
Jayapura

Tewas Tertembak, Dua Siswa SMAN 2 Mbua Tak Ikut UN

Siswa Kelas III dari SMA Negeri 2 Mbua saat melakukan ujian di ruangan Pastori Gereja Kingmi Jemaat Weneroma Sinakma Wamena, Senin (18/3).( FOTO : Denny/Cepos )

WAMENA-Dua Siswa SMA Negeri 2 Mbua dipastikan tak bisa mengikuti Ujian sekolah karena telah tewas tertembak oleh aparat pasca konflik di Kabupaten Nduga awal Desember lalu. Dua siswa tersebut, yakni Nikson Umangge ditemukan jasadnya di tengah hutan dan Selfina Lokbere tewas pasca kembali ke kampungnya karena menderita luka tembak.

   Koordinator Tim Evakuasi Jayawijaya Pdt. Esmon Walilo menyatakan jika dua siswa ini memang  tewas lantaran tertembak aparat pada saat mereka mengungsi ke hutan pasca konflik. Dari data yang dihimpun tim evakuasi, dua siswa ini mendengar adanya suara tembakan sehingga menyelamatkan diri ke hutan dan dikejar aparat karena dikira bagian dari kelompok TPN/OPM sehingga ditembak.

  “Hal ini yang membuat anak –anak di pengungsian ini merasa takut kembali ke Kampung, mereka ingin pasukan yang ada di Kabupaten Nduga itu ditarik, sehingga mereka bisa kembali belajar di Kampung,” ungkapnya Senin (17/3) kemarin.

  Menurutnya, hal ini sudah  dilakukan investigasi dan dibuat laporannya oleh gereja,  untuk itu  pasukan TNI harus ditarik dari sana agar bisa masyarakat bisa kembali dan membangun kampung. Selama aparat tidak ditarik dari Nduga, maka TPN /OPM akan terus mengganggu.

  “Mereka (TPN/OPM) akan akan terus mengganggu apabila aparat masih ada, bahkan sampai kemerdekaan Papua turun, kalau mau aman bukan penambahan pasukan, pasukan yang datang ini tak tahu medan di dalam sehingga kalau melakukan penyisiran bisa –bisa pasukan yang menjadi korban,”tegasnya.

Baca Juga :  Kelompok Tani P3-TGAI Dibekali dengan Aplikasi Sistem  

  Masyarakat di pengungsian saat ini merasa terancam dari dua arah, baik dari keberadaan aparat TNI maupun TPN/OPM, sehingga korbannya masyarakat sipil. Menurut Esmon,  lebih baik aparat ditarik dan pasti TPN/ OPM juga menahan diri di atas gunung dan tidak mungkin mereka turun untuk membuat keonaran dalam kampung.

  “Kalau masih ada aparat di dalam dan TPN/OPM juga di dalam tetap konflik akan terjadi dan anak –anak kita yang menjadi korban, 16 distrik di Nduga ini pasti akan menjadi kampung kosong kalau pasukan tidak ditarik, karena operasi militer ini tidak ada waktunya sampai kapan mereka mau melakukan operasi,”jelas Esmon.

  Ia juga memastikan laporan yang gereja buat untuk kasus Nduga ini tak pernah dibicarakan kebenarannya, apa yang dilakukan oleh LSM, Gereja dan relawan lakukan ini harus dipertemukan sehingga bisa mendapatkan informasi yang akurat. Kalau informasinya hanya penambahan pasukan, terus masyarakat yang di dalam hutan untuk kembali ini kapan mereka bisa kembali ke kampung dan membangun kampung.

 “Bupati Nduga sudah melakukan pembicaraan untuk menarik pasukan, tetapi semua itu tidak ada hasilnya sehingga kami pikir harus bertemu presiden karena komando dari atas turun ke bawah,” beber Esmon,

Baca Juga :  Giliran Ibadah Raya di Gereja Ditiadakan

  Secara terpisah kepala sekolah SMA Negeri 2 Mbua Daniel Kayame memastikan jika 2 siswa yang dilaporkan meninggal dunia karena tertembak itu memang merupakan siswanya yang bersekolah di SMA yang dipimpinnya yakni Nikson Umangge dengan Selfina lokbere, sehingga untuk proses ujian yang dilakukan saat ini  hanya 13 dari 17  Orang Siswa SMA Negeri 2 Mbua yang  di Sekolah Darurat.

  “Pada pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang dilaksanakan di sekolah darurat pengungsian Nduga di Kabupaten Jayawijaya, Senin pagi hanya 15 orang yang mengikuti ujian. Ada dua orang lainnya yang hari ini tidak ikut USBN lagi yaitu siswa atasnama Theo dan Renol,” katanya.

  Penanggungjawab USBN ini mengatakan dua siswa itu dikabarkan berada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan diupayakan agar mereka bisa mengikuti ujian susulan jika mereka bisa hadir pada beberapa hari ke depan.

  “Theo dengan Renol, sementara ini kita masih tunggu mereka dangan susulan. Sudah ada juknis dan kita tidak terlepas dengan juknis itu. Mereka tetap kita akomodir dalam juknis susulan. kalau pun hari ini tidak hadir ya besok kita kasi,” katanya. (jo/tri)

Siswa Kelas III dari SMA Negeri 2 Mbua saat melakukan ujian di ruangan Pastori Gereja Kingmi Jemaat Weneroma Sinakma Wamena, Senin (18/3).( FOTO : Denny/Cepos )

WAMENA-Dua Siswa SMA Negeri 2 Mbua dipastikan tak bisa mengikuti Ujian sekolah karena telah tewas tertembak oleh aparat pasca konflik di Kabupaten Nduga awal Desember lalu. Dua siswa tersebut, yakni Nikson Umangge ditemukan jasadnya di tengah hutan dan Selfina Lokbere tewas pasca kembali ke kampungnya karena menderita luka tembak.

   Koordinator Tim Evakuasi Jayawijaya Pdt. Esmon Walilo menyatakan jika dua siswa ini memang  tewas lantaran tertembak aparat pada saat mereka mengungsi ke hutan pasca konflik. Dari data yang dihimpun tim evakuasi, dua siswa ini mendengar adanya suara tembakan sehingga menyelamatkan diri ke hutan dan dikejar aparat karena dikira bagian dari kelompok TPN/OPM sehingga ditembak.

  “Hal ini yang membuat anak –anak di pengungsian ini merasa takut kembali ke Kampung, mereka ingin pasukan yang ada di Kabupaten Nduga itu ditarik, sehingga mereka bisa kembali belajar di Kampung,” ungkapnya Senin (17/3) kemarin.

  Menurutnya, hal ini sudah  dilakukan investigasi dan dibuat laporannya oleh gereja,  untuk itu  pasukan TNI harus ditarik dari sana agar bisa masyarakat bisa kembali dan membangun kampung. Selama aparat tidak ditarik dari Nduga, maka TPN /OPM akan terus mengganggu.

  “Mereka (TPN/OPM) akan akan terus mengganggu apabila aparat masih ada, bahkan sampai kemerdekaan Papua turun, kalau mau aman bukan penambahan pasukan, pasukan yang datang ini tak tahu medan di dalam sehingga kalau melakukan penyisiran bisa –bisa pasukan yang menjadi korban,”tegasnya.

Baca Juga :  MUI: Salat Ied di Rumah Saja!

  Masyarakat di pengungsian saat ini merasa terancam dari dua arah, baik dari keberadaan aparat TNI maupun TPN/OPM, sehingga korbannya masyarakat sipil. Menurut Esmon,  lebih baik aparat ditarik dan pasti TPN/ OPM juga menahan diri di atas gunung dan tidak mungkin mereka turun untuk membuat keonaran dalam kampung.

  “Kalau masih ada aparat di dalam dan TPN/OPM juga di dalam tetap konflik akan terjadi dan anak –anak kita yang menjadi korban, 16 distrik di Nduga ini pasti akan menjadi kampung kosong kalau pasukan tidak ditarik, karena operasi militer ini tidak ada waktunya sampai kapan mereka mau melakukan operasi,”jelas Esmon.

  Ia juga memastikan laporan yang gereja buat untuk kasus Nduga ini tak pernah dibicarakan kebenarannya, apa yang dilakukan oleh LSM, Gereja dan relawan lakukan ini harus dipertemukan sehingga bisa mendapatkan informasi yang akurat. Kalau informasinya hanya penambahan pasukan, terus masyarakat yang di dalam hutan untuk kembali ini kapan mereka bisa kembali ke kampung dan membangun kampung.

 “Bupati Nduga sudah melakukan pembicaraan untuk menarik pasukan, tetapi semua itu tidak ada hasilnya sehingga kami pikir harus bertemu presiden karena komando dari atas turun ke bawah,” beber Esmon,

Baca Juga :  Apel Kesiapsiagaan Antisipasi Bencana Alam

  Secara terpisah kepala sekolah SMA Negeri 2 Mbua Daniel Kayame memastikan jika 2 siswa yang dilaporkan meninggal dunia karena tertembak itu memang merupakan siswanya yang bersekolah di SMA yang dipimpinnya yakni Nikson Umangge dengan Selfina lokbere, sehingga untuk proses ujian yang dilakukan saat ini  hanya 13 dari 17  Orang Siswa SMA Negeri 2 Mbua yang  di Sekolah Darurat.

  “Pada pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang dilaksanakan di sekolah darurat pengungsian Nduga di Kabupaten Jayawijaya, Senin pagi hanya 15 orang yang mengikuti ujian. Ada dua orang lainnya yang hari ini tidak ikut USBN lagi yaitu siswa atasnama Theo dan Renol,” katanya.

  Penanggungjawab USBN ini mengatakan dua siswa itu dikabarkan berada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan diupayakan agar mereka bisa mengikuti ujian susulan jika mereka bisa hadir pada beberapa hari ke depan.

  “Theo dengan Renol, sementara ini kita masih tunggu mereka dangan susulan. Sudah ada juknis dan kita tidak terlepas dengan juknis itu. Mereka tetap kita akomodir dalam juknis susulan. kalau pun hari ini tidak hadir ya besok kita kasi,” katanya. (jo/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya