Friday, April 26, 2024
29.7 C
Jayapura

Jadikan Merauke Jadi Hutan Sagu Kembali

Bupati Merauke Frederikus Gebze, SE, M.Si   saat  melakukan penanaman 1.000 sagu secara simbolis  di Kampung Tambat, Distrik Tanah Miring pada peringatan hari Pangan sedunia,  Rabu  (30/10) ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-Jika belakangan  ini pohon  sagu  sudah jarang dijumpai karena selain  adanya kebakaran  lahan dan hutan  beberapa  waktu lalu termasuk   dengan adanya perluasan  areal  persawahan, pemerintah    Kabupaten Merauke  berencana  akan  kembali  mengembangkan sagu sebagai  salah satu  keunggulan  Kabupaten Merauke dari  sektor pangan. 

    Pada  Hari Pangan  sedunia yang digelar di  Kampung Tambat, Distrik Tanah Miring, bupati Merauke  Frederikus Gebze, SE, M.Si mengungkapkan bahwa  saat ini     pengelolaan  sagu terbesar ada di Kalimantan.  Dimana bibit dari sagu tersebut berasal dari Sentani. ‘’Makanya   Sentani sekarang dibuat  jadi hutan sagu. Begitu juga Merauke   harus   jadi hutan  sagu. Makanya kita  harus buat  cadangan  makanan yang banyak,’’ kata    bupati Frederikus  Gebze.          

Baca Juga :  Di Ulilin, Seorang Warga Tewas Dianiaya

   Pengembangan  sagu ini, kata   bupati Frederikus Gebze,  karena  selain  kaya nutrisi yang  terkandung di dalamnya, juga karena sagu dapat   dibuat  berbagai jenis  makanan dan olahannya sampai  lebih dari 300  jenis.  

  Pada hari pangan sedunia    tersebut, Bupati Frederikus Gebze juga  meresmikan   pabrik pengolahan sagu   kelompok  Dwitrap  yang ada di Kampung Tambat.   Pengolahan Sagu dengan  menggunakan  mesin ini merupakan yang pertama di Merauke yang menggunakan  tehnologi. Sedangkan  pengolahan sagu lainnya   masih dilakukan secara manual. Selain itu, bupati Merauke  juga melakukan  penanaman  1.000 pohon sagu,  pengukuhan  kelompok peternak sapi, kambing   dan babi.  

   Ketua Masyarakat Sagu Indonesia Prof. Bintoro mengungkapkan, bahwa ada 359  jenis makanan yang dihasilkan dari Sagu. ‘’Saat disuguhkan   di  Riau,  Pekanbaru, makanan itu  habis,’’ jelasnya. 

Baca Juga :  Aliansi Mahasiswa Merauke Minta Pembahasan RKUHP Transparan

   Menurutnya, Merauke yang memiliki    hutan Sagu  harus benar-benar bisa dimanfaatkan.    Karena  Jepang, Korea dan  China  ingin membeli sagu   dalam jumlah yang besar. ‘’Kalau ini kita bisa   sediakan secara kontinyu dalam jumlah yang  besar, sebenarnya  ini   menjadi sumber pendapatan kita.   Harusnya, Merauke tidak menjadi daerah tertinggal  karena tersedia bahan makanan yang sangat cukup,’’ terangnya.   

    Ditambahkan, bahwa dalam waktu dekat   ini  pihaknya akan menggelar diskusi  soal sagu  ini di  Jayapura dengan mendatangkan para pembeli  dari luar.  Bintoro  berharap  Merauke  dapat merebut  pasar tersebut apalagi  Merauke   telah didukung   pelabuhan. (ulo/tri)   

Bupati Merauke Frederikus Gebze, SE, M.Si   saat  melakukan penanaman 1.000 sagu secara simbolis  di Kampung Tambat, Distrik Tanah Miring pada peringatan hari Pangan sedunia,  Rabu  (30/10) ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-Jika belakangan  ini pohon  sagu  sudah jarang dijumpai karena selain  adanya kebakaran  lahan dan hutan  beberapa  waktu lalu termasuk   dengan adanya perluasan  areal  persawahan, pemerintah    Kabupaten Merauke  berencana  akan  kembali  mengembangkan sagu sebagai  salah satu  keunggulan  Kabupaten Merauke dari  sektor pangan. 

    Pada  Hari Pangan  sedunia yang digelar di  Kampung Tambat, Distrik Tanah Miring, bupati Merauke  Frederikus Gebze, SE, M.Si mengungkapkan bahwa  saat ini     pengelolaan  sagu terbesar ada di Kalimantan.  Dimana bibit dari sagu tersebut berasal dari Sentani. ‘’Makanya   Sentani sekarang dibuat  jadi hutan sagu. Begitu juga Merauke   harus   jadi hutan  sagu. Makanya kita  harus buat  cadangan  makanan yang banyak,’’ kata    bupati Frederikus  Gebze.          

Baca Juga :  Tersapu Ombak, Seorang Nelayan Ditemukan Tewas

   Pengembangan  sagu ini, kata   bupati Frederikus Gebze,  karena  selain  kaya nutrisi yang  terkandung di dalamnya, juga karena sagu dapat   dibuat  berbagai jenis  makanan dan olahannya sampai  lebih dari 300  jenis.  

  Pada hari pangan sedunia    tersebut, Bupati Frederikus Gebze juga  meresmikan   pabrik pengolahan sagu   kelompok  Dwitrap  yang ada di Kampung Tambat.   Pengolahan Sagu dengan  menggunakan  mesin ini merupakan yang pertama di Merauke yang menggunakan  tehnologi. Sedangkan  pengolahan sagu lainnya   masih dilakukan secara manual. Selain itu, bupati Merauke  juga melakukan  penanaman  1.000 pohon sagu,  pengukuhan  kelompok peternak sapi, kambing   dan babi.  

   Ketua Masyarakat Sagu Indonesia Prof. Bintoro mengungkapkan, bahwa ada 359  jenis makanan yang dihasilkan dari Sagu. ‘’Saat disuguhkan   di  Riau,  Pekanbaru, makanan itu  habis,’’ jelasnya. 

Baca Juga :  Dihadang Orang Mabuk, Motor Dibawa Kabur 

   Menurutnya, Merauke yang memiliki    hutan Sagu  harus benar-benar bisa dimanfaatkan.    Karena  Jepang, Korea dan  China  ingin membeli sagu   dalam jumlah yang besar. ‘’Kalau ini kita bisa   sediakan secara kontinyu dalam jumlah yang  besar, sebenarnya  ini   menjadi sumber pendapatan kita.   Harusnya, Merauke tidak menjadi daerah tertinggal  karena tersedia bahan makanan yang sangat cukup,’’ terangnya.   

    Ditambahkan, bahwa dalam waktu dekat   ini  pihaknya akan menggelar diskusi  soal sagu  ini di  Jayapura dengan mendatangkan para pembeli  dari luar.  Bintoro  berharap  Merauke  dapat merebut  pasar tersebut apalagi  Merauke   telah didukung   pelabuhan. (ulo/tri)   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya