Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin saat memberikan sosialisasi kepada petani soal pembelian gabah kering giling (GKG) yang mulai dilakukan Bulog pada musim panen rendengan tahun ini di Kampung Muram Sari, Semangga, Jumat (24/4). (FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE-Para petani di Kampung Muram Sari, Distrik Semangga menolak menjual hasil panenya dalam bentuk gabah, sebab pembelian yang dilakukan oleh para mitra dinilai terlalu rendah sehingga merugikan petani.
Pada panen perdana yang dilakukan oleh Bupati Merauke Frederikus Gebze, dengan para petani di Kampung Muram Sari, Distrik Semangga Merauke terungkap jika pembelian para mitra terhadap gabah kering panen (GKP) hanya Rp 3.500 perkilonya.
Sementara sesuai ketentuan Menteri Perdagangan Republik Indonesia ,untuk GKP ditetapkan sebesar Rp 4.200 perkilonya. “Kalau pembelian GKP yang dilakukan mitra hanya Rp 3.500 perkilo itu sangat merugikan kami petani dan kami tidak mau. Karena kami petani betul-betul tidak mendapatkan apa-apa,’’ kata Sugeng saat memaparkan keluh kesah petani terkait kebijakan Perum Bulog saat sekarang ini yang tidak lagi membeli beras tapi dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) dengan harga Rp 5.300 perkilo masuk gudang Bulog.
Sugeng menjelaskan bahwa jika mitra membeli GKP dengan harga Rp 4.200 perkilonya maka itu sudah bisa mensejahterakan petani. ‘’Kalau dengan harga Rp 4.200 perkilonya, untuk GKP itu akan mensejahterahkan petani.Tapi, kalau hanya Rp 3.500 perkilonya merugikan kami petani,’’ jelas Sugeng.
Sementara itu salah satu mitra yang hadir mengaku jika pembelian GKP dengan harga Rp 3.500 perkilonya karena pihaknya masih melakukan pengeringan sampai sesuai dengan persyaratan. Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin mengungkapkan, bahwa pembelian gabah kering giling yang dimulai pada musim panen rendengan ini merupakan kebijakan pusat yang harus pihaknya laksanakan. Iapun meminta kepada petani di Merauke untuk menerima kebijakan ini.
“Kami mohon untuk diterima dulu. Karena bisa saja nanti kebijakan ini diubah,’’ terangnya. Sampai saat ini, Djabiruddin mengaku telah melakukan pengadaan dan sudah sekitar 100 ton GKG yang telah digudangkan. (ulo/tri)
Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin saat memberikan sosialisasi kepada petani soal pembelian gabah kering giling (GKG) yang mulai dilakukan Bulog pada musim panen rendengan tahun ini di Kampung Muram Sari, Semangga, Jumat (24/4). (FOTO: Sulo/Cepos)
MERAUKE-Para petani di Kampung Muram Sari, Distrik Semangga menolak menjual hasil panenya dalam bentuk gabah, sebab pembelian yang dilakukan oleh para mitra dinilai terlalu rendah sehingga merugikan petani.
Pada panen perdana yang dilakukan oleh Bupati Merauke Frederikus Gebze, dengan para petani di Kampung Muram Sari, Distrik Semangga Merauke terungkap jika pembelian para mitra terhadap gabah kering panen (GKP) hanya Rp 3.500 perkilonya.
Sementara sesuai ketentuan Menteri Perdagangan Republik Indonesia ,untuk GKP ditetapkan sebesar Rp 4.200 perkilonya. “Kalau pembelian GKP yang dilakukan mitra hanya Rp 3.500 perkilo itu sangat merugikan kami petani dan kami tidak mau. Karena kami petani betul-betul tidak mendapatkan apa-apa,’’ kata Sugeng saat memaparkan keluh kesah petani terkait kebijakan Perum Bulog saat sekarang ini yang tidak lagi membeli beras tapi dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) dengan harga Rp 5.300 perkilo masuk gudang Bulog.
Sugeng menjelaskan bahwa jika mitra membeli GKP dengan harga Rp 4.200 perkilonya maka itu sudah bisa mensejahterakan petani. ‘’Kalau dengan harga Rp 4.200 perkilonya, untuk GKP itu akan mensejahterahkan petani.Tapi, kalau hanya Rp 3.500 perkilonya merugikan kami petani,’’ jelas Sugeng.
Sementara itu salah satu mitra yang hadir mengaku jika pembelian GKP dengan harga Rp 3.500 perkilonya karena pihaknya masih melakukan pengeringan sampai sesuai dengan persyaratan. Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin mengungkapkan, bahwa pembelian gabah kering giling yang dimulai pada musim panen rendengan ini merupakan kebijakan pusat yang harus pihaknya laksanakan. Iapun meminta kepada petani di Merauke untuk menerima kebijakan ini.
“Kami mohon untuk diterima dulu. Karena bisa saja nanti kebijakan ini diubah,’’ terangnya. Sampai saat ini, Djabiruddin mengaku telah melakukan pengadaan dan sudah sekitar 100 ton GKG yang telah digudangkan. (ulo/tri)