‘’Waktu kecil, saya pernah sekolah di kampung ini. Waktu itu kelas I SD. Kami biasa jalan kaki dari muara ini sampai Kali sana dan jalan kaki sampai di Agats,’’ katanya sambil menunjuk arah yang dimaksud.
Di muara kali kecil itu, lanjutnya Apolo Safanpo, tidak ada lumpur. Dan disekitar Pantai daerah itu ada pasir hitam yang dalam Bahasa setempat dinamakan Takpom.
‘’Takpom itu kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ketimun hutan. Ketimun yang tidak ditanam dan tumbuh sendiri dan ketika pulang sekolah buah tersebut dipetik dan dimakan untuk ganjal perut.
‘’Apakah itu masih adakah,’’ tanya Apolo Safanpo yang dijawab masyarakat masih ada. ‘’Itu luar biasa,’’ timpal Apolo Safanpo.
Jadi Masyarakat Yepem, tambah Gubernur Apolo Safanpo memberikan konstribusi yang sangat besar dalam sistem penyediaan air minum di Kota Agats, sebagai ibukota Kabupaten Asmat.
‘’Jadi dalam rangka safari Ramadan, saya menyempatkan diri hadir di Kampung Yepem. Karena saya merasa sudah lama dan merasa rindu untuk hadir di sini (Kampung Yepem) bertemu dengan orang tua, bapak mama, kakak adik dan anak-anak dan saudara-saudara semua. Karena dulu kecil saya pernah tinggal di Kampung Yepem, pernah makan disini, pernah minum disini, pernah menangis. Jadi saya kembali bernostalgia masa-masa lalu,’’ pungkasnya. (ulo/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos