Sunday, April 28, 2024
29.7 C
Jayapura

Hampir Tiap Bulan Terjadi, Pemilik Kapal Kecil Diminta Pasang EPIRBs

Raymond Konstantin, SE ( FOTO : Sulo/Cepos )

Bincang-Bincang dengan Kepala Basarnas Terkait  Banyaknya Laka Laut di Merauke

Kondisi perairan Laut Merauke  yang sewaktu-waktu cukup  ekstrem, membuat   banyak kasus   kecelakaan. Bahkan    tanpa ada  laporan adanya kapal  yang tenggelam,  tiba-tiga  ditemukan adanya  jenazah yang terdampar di pantai seperti di Distrik Okaba.

Laporan: Yulius Sulo_Merauke. 

Ditemui  Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Raymond Konstantin, SE,   mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dialami selama ini ketika terjadi kecelakaan kapal  karena   kapal-kapal penangkap ikan  tersebut tidak dilengkapi dengan alat radio   yang dinamakan Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRBs).    Menurutnya,   ketika terjadi kecelakaan maka  alat ini  bisa memancarkan signal  satelit   ketika diaktifkan diaktifkan atau secara otomatis aktif. 

  “Signalnya  akan ditangkap oleh     satelit kemudian  diteruskan oleh stasiun bumi   yang ada di Basarnas Pusat Jakarta. Nah, stasiun bumi itu akan mengirimkan kepada. Seharusnya   kapal -kapal itu memiliki  alat ini  dan ketika terjadi  kecelakaan   maka ketika diaktifkan atau aktif secara otomatis maka dia akan memberitahukan kepada kita  dimana lokasin koordinat  kapal yang mengalami kecelakaan,’’ terangnya. 

Baca Juga :  YPK Hadir Mengubah Peradaban Manusia Papua

   Namun saat ini, lanjut dia,  kapal-kapal nelayan   belum memiliki alat radio tersebut. 

Hal ini yang membuat banyak waktu yang terbuang  ketika terjadi kecelakaan karena  tidak adanya sinyal pemberitahuan tersebut. “Nanti setelah beberapa  hari kemudian atau beberapa minggu setelah kejadian  tiba-tiba kita menemukan  jenazah. Kita tidak tahu  korban dari mana  dan kapan  kejadianya,’’ terangnya. 

    Sementara  terkait dengan komunikasi radio, menurut dia  komunikasi radio bisa  dilakukan  antara kapal dengan perusahannya ketika cuaca  di laut  dalam keadaan bagus. Namun  saat cuaca di laut  kurang bagus, maka   sulit untuk melakukan komunikasi baik dengan   pemilik atau perusahaanya di darat maupun dengan kapal-kapal yang ada di sekitar   mereka   beroperasi. 

  ‘’Sebenarnya mereka sangat peduli antara mereka   ketika mengetahui ada  kecelakaan  yang dialami sesama  kapal  di laut untuk saling membantu. Tapi apabila cuaca kurang bagus maka  sulit untuk saling menghubungi  termasuk   kita yang ada di darat   kehilangan kontak dengan mereka,’’ jelasnya. 

   Terkait dengan itu, Raymon menyarankan agar semua kapal    yang beroperasi di laut  memiliki alat radio  EPIRBs apalagi di Basarnas saat regitrasi   tidak dipungut biaya alias gratis. 

Baca Juga :  Panitia HUT Gelar Pasar Murah di Tapal Batas

‘’Saya pernah sosialisasi di Pelabuhan  Merauke beberapa bulan lalu  dan itu seharusnya kesadaran dari pemilik kapal untuk menyediakan alat tersebut. Kita hanya  mengimbau  karena untuk kapal-kapal kecil tidak wajib memiliki alat     tersebut.   Kalau tidak wajib untuk memiliki maka   pemilik seharusnya punya kesadaran untuk memiliki untuk menjaga kapal dan keselamatan krunya. Sehingga ketika terjadi  kecelakaan di laut maka bisa cepat memberikan pertolongan baik oleh kapal-kapal yang ada di sekitarnya maupun oleh Basarnas,’’ jelasnya. 

   Ditanya  jumlah kecelakaan laut dari Januari sampai Juli 2019,    Raymond Konstantin mengungkapkan bahwa dari data yang  dimiliki pihaknya   sudah tercatat 8 kecelakaan kapal. Dimana   dari 8 kapal  yang mengalami kecelakaan itu,  13 korban  diantaranya  berhasil ditemukan selamat, 12 meninggal dunia dan 8  lainnya dinyatakan hilang sampai sekarang ini.  ‘’Kalau dilihat dari data yang ada, cukup banyak  kapal  yang mengalami kecelakaan. Hampir setiap bulannya ada kecelakaan kapal,’’ pungkasnya. (*/tri)  

Raymond Konstantin, SE ( FOTO : Sulo/Cepos )

Bincang-Bincang dengan Kepala Basarnas Terkait  Banyaknya Laka Laut di Merauke

Kondisi perairan Laut Merauke  yang sewaktu-waktu cukup  ekstrem, membuat   banyak kasus   kecelakaan. Bahkan    tanpa ada  laporan adanya kapal  yang tenggelam,  tiba-tiga  ditemukan adanya  jenazah yang terdampar di pantai seperti di Distrik Okaba.

Laporan: Yulius Sulo_Merauke. 

Ditemui  Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Raymond Konstantin, SE,   mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dialami selama ini ketika terjadi kecelakaan kapal  karena   kapal-kapal penangkap ikan  tersebut tidak dilengkapi dengan alat radio   yang dinamakan Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRBs).    Menurutnya,   ketika terjadi kecelakaan maka  alat ini  bisa memancarkan signal  satelit   ketika diaktifkan diaktifkan atau secara otomatis aktif. 

  “Signalnya  akan ditangkap oleh     satelit kemudian  diteruskan oleh stasiun bumi   yang ada di Basarnas Pusat Jakarta. Nah, stasiun bumi itu akan mengirimkan kepada. Seharusnya   kapal -kapal itu memiliki  alat ini  dan ketika terjadi  kecelakaan   maka ketika diaktifkan atau aktif secara otomatis maka dia akan memberitahukan kepada kita  dimana lokasin koordinat  kapal yang mengalami kecelakaan,’’ terangnya. 

Baca Juga :  Kapolres: Kalau Ada Penimbunan BBM, Laporkan!

   Namun saat ini, lanjut dia,  kapal-kapal nelayan   belum memiliki alat radio tersebut. 

Hal ini yang membuat banyak waktu yang terbuang  ketika terjadi kecelakaan karena  tidak adanya sinyal pemberitahuan tersebut. “Nanti setelah beberapa  hari kemudian atau beberapa minggu setelah kejadian  tiba-tiba kita menemukan  jenazah. Kita tidak tahu  korban dari mana  dan kapan  kejadianya,’’ terangnya. 

    Sementara  terkait dengan komunikasi radio, menurut dia  komunikasi radio bisa  dilakukan  antara kapal dengan perusahannya ketika cuaca  di laut  dalam keadaan bagus. Namun  saat cuaca di laut  kurang bagus, maka   sulit untuk melakukan komunikasi baik dengan   pemilik atau perusahaanya di darat maupun dengan kapal-kapal yang ada di sekitar   mereka   beroperasi. 

  ‘’Sebenarnya mereka sangat peduli antara mereka   ketika mengetahui ada  kecelakaan  yang dialami sesama  kapal  di laut untuk saling membantu. Tapi apabila cuaca kurang bagus maka  sulit untuk saling menghubungi  termasuk   kita yang ada di darat   kehilangan kontak dengan mereka,’’ jelasnya. 

   Terkait dengan itu, Raymon menyarankan agar semua kapal    yang beroperasi di laut  memiliki alat radio  EPIRBs apalagi di Basarnas saat regitrasi   tidak dipungut biaya alias gratis. 

Baca Juga :  Panitia HUT Gelar Pasar Murah di Tapal Batas

‘’Saya pernah sosialisasi di Pelabuhan  Merauke beberapa bulan lalu  dan itu seharusnya kesadaran dari pemilik kapal untuk menyediakan alat tersebut. Kita hanya  mengimbau  karena untuk kapal-kapal kecil tidak wajib memiliki alat     tersebut.   Kalau tidak wajib untuk memiliki maka   pemilik seharusnya punya kesadaran untuk memiliki untuk menjaga kapal dan keselamatan krunya. Sehingga ketika terjadi  kecelakaan di laut maka bisa cepat memberikan pertolongan baik oleh kapal-kapal yang ada di sekitarnya maupun oleh Basarnas,’’ jelasnya. 

   Ditanya  jumlah kecelakaan laut dari Januari sampai Juli 2019,    Raymond Konstantin mengungkapkan bahwa dari data yang  dimiliki pihaknya   sudah tercatat 8 kecelakaan kapal. Dimana   dari 8 kapal  yang mengalami kecelakaan itu,  13 korban  diantaranya  berhasil ditemukan selamat, 12 meninggal dunia dan 8  lainnya dinyatakan hilang sampai sekarang ini.  ‘’Kalau dilihat dari data yang ada, cukup banyak  kapal  yang mengalami kecelakaan. Hampir setiap bulannya ada kecelakaan kapal,’’ pungkasnya. (*/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya