Wednesday, April 24, 2024
32.7 C
Jayapura

Petani Keluhkan Kekurangan Combine Harvester

Bupati Merauke  Frederikus  Gebze bersama dengan para Forkopimda  saat sedang melakukan panen  dengan menggunakan Hervester Combine,  pada panen dan tanam  di Kampung Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Rabu (12/5). Saat ini  petani  di Merauke    mengeluh  banyak  padi yang rusak akibat   tidak terjangkau    karena terbatasnya Harvester Combiine   tersebut. (FOTO:Sulo/Cepos )

MERAUKE-Petani di Merauke saat ini  mengeluhkan   kurangnya   Combine  Harvester  yakni mesin  perontok   padi. Karena  kurangnya  peralatan mesin pertanian ini  membuat sebagian   padi petani   rusak, karena  tidak  dipanen  tepat  waktu. 

   Keluhan   dari  para  petani ini  disampaikan langsung oleh Kepala  Distrik  Tanah Miring Risky Khairul Firmansyah, S.STP di  hadapan   Bupati  Merauke  Frederikus   Gebze, SE, M.Si dan Ketua DPRD  Merauke   Ir. Drs.  Benjamin Latumahina saat panen  dan tanam di Kampung  Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Selasa  (12/5).  

   Kadistrik menjelaskan bahwa untuk musim tanam rendengan tahun  2020  target  seluas 9.365  hektar dan terealisasi  sampai bulan April 8.653 hektar. Sedangkan  yang sudah dipanen,   2.805 hektar.  “Kenapa   panennya ini baru 2.000 hektar.   Bisa dilihat   yang ada  di hadapan  kita sekarang. Padinya sudah sangat tua   dan  baru di panen sekarang. Coba ke belakang-belakang sana. Combine angkat  tangan. Karena   padi   sudah rebah terendam air. Kenapa? karena    combinenya  kurang.” tandas  Rizky. 

Baca Juga :  Satnarkoba Grebek  4 Pabrik Milo Sopi 

  Menurut   dia,  HP miliknya  bunyi  setiap  hari   dihubungi  petani hanya menanyakan   bagaimana  caranya agar padi bisa di panen. “Tetangga  sawah bisa berkelahi gara-gara  urutannya  disalip. Gara-gara  solar.  Tolong pak. Percuma    kita panen ribuan  kalau combinenya  tidak ada,’’ tandasnya. 

  Menurut  Rizky   Khairul Firmansyah  bahwa  untuk panen  secara manual tidak bisa  dilakukan   petani karena   tenaga  yang kurang.   Belum  lagi  biaya  dari Combine  tersebut yang selama ini hanya  Rp 1,8  juta per hektar  sekarang naik menjadi Rp 2 juta. “Sekali  lagi mewakili   petani,    tolong    agar Combinennya  ditambah. Petani bukan malas  memanen    secara  manual  tapi   persoalanya  tenaga  yang tidak ada. Kalau   Combine  tidak ada,  banyak   padi yang  rusak,’’ terangnya.   

Baca Juga :  Wajib Lengkapi  Persyaratan Sebelum Melintasi Batas RI-PNG

   Sunarto, salah satu ketua kelompok  dari SP 8 Tanah Miring mengungkapkan bahwa   untuk satu musim  panen jika  mesin Combinenya  sehat  maka bisa  melayani  100 hektar. Ia mencontohkan di   SP 8 Tanah Miring yang  pada musim tanam   rendengan tahun  ini  seluas 12.000  hektar yang  hanya dilayani  9 mesin. ‘’Tentu itu sangat kurang  karena beberapa mesin Combine   merupakan mesin tua,’’ tambahnya.  

  Terkait dengan  keluhan kekurangan mesin Combine  tersebut,  Bupati Merauke  Frederikus  Gebze   mengajak  Dewan  untuk segera membentuk Pansus   dewan untuk dapat  dilakukan  kajian   berapa  jumlah   Combine  Harvester  yang  dibutuhkan  untuk luas target 36.000  hektar  lahan sawah. (ulo/tri)     

Bupati Merauke  Frederikus  Gebze bersama dengan para Forkopimda  saat sedang melakukan panen  dengan menggunakan Hervester Combine,  pada panen dan tanam  di Kampung Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Rabu (12/5). Saat ini  petani  di Merauke    mengeluh  banyak  padi yang rusak akibat   tidak terjangkau    karena terbatasnya Harvester Combiine   tersebut. (FOTO:Sulo/Cepos )

MERAUKE-Petani di Merauke saat ini  mengeluhkan   kurangnya   Combine  Harvester  yakni mesin  perontok   padi. Karena  kurangnya  peralatan mesin pertanian ini  membuat sebagian   padi petani   rusak, karena  tidak  dipanen  tepat  waktu. 

   Keluhan   dari  para  petani ini  disampaikan langsung oleh Kepala  Distrik  Tanah Miring Risky Khairul Firmansyah, S.STP di  hadapan   Bupati  Merauke  Frederikus   Gebze, SE, M.Si dan Ketua DPRD  Merauke   Ir. Drs.  Benjamin Latumahina saat panen  dan tanam di Kampung  Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Selasa  (12/5).  

   Kadistrik menjelaskan bahwa untuk musim tanam rendengan tahun  2020  target  seluas 9.365  hektar dan terealisasi  sampai bulan April 8.653 hektar. Sedangkan  yang sudah dipanen,   2.805 hektar.  “Kenapa   panennya ini baru 2.000 hektar.   Bisa dilihat   yang ada  di hadapan  kita sekarang. Padinya sudah sangat tua   dan  baru di panen sekarang. Coba ke belakang-belakang sana. Combine angkat  tangan. Karena   padi   sudah rebah terendam air. Kenapa? karena    combinenya  kurang.” tandas  Rizky. 

Baca Juga :  Awasi Orang Asing, Timpora PPS Dibentuk   

  Menurut   dia,  HP miliknya  bunyi  setiap  hari   dihubungi  petani hanya menanyakan   bagaimana  caranya agar padi bisa di panen. “Tetangga  sawah bisa berkelahi gara-gara  urutannya  disalip. Gara-gara  solar.  Tolong pak. Percuma    kita panen ribuan  kalau combinenya  tidak ada,’’ tandasnya. 

  Menurut  Rizky   Khairul Firmansyah  bahwa  untuk panen  secara manual tidak bisa  dilakukan   petani karena   tenaga  yang kurang.   Belum  lagi  biaya  dari Combine  tersebut yang selama ini hanya  Rp 1,8  juta per hektar  sekarang naik menjadi Rp 2 juta. “Sekali  lagi mewakili   petani,    tolong    agar Combinennya  ditambah. Petani bukan malas  memanen    secara  manual  tapi   persoalanya  tenaga  yang tidak ada. Kalau   Combine  tidak ada,  banyak   padi yang  rusak,’’ terangnya.   

Baca Juga :  Kendati Belum Diterapkan, Masyarakat Sudah New Normal

   Sunarto, salah satu ketua kelompok  dari SP 8 Tanah Miring mengungkapkan bahwa   untuk satu musim  panen jika  mesin Combinenya  sehat  maka bisa  melayani  100 hektar. Ia mencontohkan di   SP 8 Tanah Miring yang  pada musim tanam   rendengan tahun  ini  seluas 12.000  hektar yang  hanya dilayani  9 mesin. ‘’Tentu itu sangat kurang  karena beberapa mesin Combine   merupakan mesin tua,’’ tambahnya.  

  Terkait dengan  keluhan kekurangan mesin Combine  tersebut,  Bupati Merauke  Frederikus  Gebze   mengajak  Dewan  untuk segera membentuk Pansus   dewan untuk dapat  dilakukan  kajian   berapa  jumlah   Combine  Harvester  yang  dibutuhkan  untuk luas target 36.000  hektar  lahan sawah. (ulo/tri)     

Berita Terbaru

Artikel Lainnya