Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Miris, Dua Tahun Siswa SMA Satap Senayu Belajar di Parkiran Motor

Satu ruangan kelas  berlantai tanah dan berdinding  papan yang sedang dibangun  oleh pihak SMP-SMA Satu Atap Senayu, Distrik   Tanah Miring setelah 2 tahun siswanya belajar di  parkiran motor. Diperkirakan  dalam 2-3 hari ke depan  satu ruangan belajar  yang dibangun ini akan selesai.   ( FOTO : Nickson T. Notanubun for Cepos )

MERAUKE-  Meski  pendidikan menjadi prioritas   dalam bidang pendidikan, namun bagi siswa  SMAN Satu Atap Senayu, Distrik Tanah Miring Merauke tidak  merasakan    hal  tersebut. Pasalnya, selama  2 tahun  siswa SMA Satap Senayu  harus belajar  di tempat parkir motor akibat   sekolah ini hanya memiliki  2 ruangan kelas.

   Itupun 2 ruangan    kelas yang ada  merupakan sumbangan  dari para guru yang ada di sekolah ini membangun  dua ruangan kelas yang darurat   yang maish berlantaikan  tanah dan berdinding   papan. 

  Kepala SMP-SMA Satap  Senayu, Nickson  Teofilus Notanubun, S.Pd  saat dihubungi  mengungkapkan, bahwa pihaknya   sudah bolak balik  ‘mengemis’ ke  Dinas Pendidikan  untuk memperjuangkan   pembangunan sarana prasana  sekolah  terutama   gedung sekolah  bagi  siswa-siswa  SMA Satap  Senayu tersebut  namun sampai sekarang  tidak ada realisasi. Padahal, anak-anak yang   sekolah   di SMP-SMA Satu  Atap adalah anak-anak asli Papua.

Baca Juga :  Pelaku Pembunuhan di Bupul Ternyata Residivis

     ‘’Pejabat   yang turun juga memberikan janji   untuk segera memperhatikan, namun   ternyata hanya sekedar  janji. Sampai   hari ini juga tidak ada terealisasi,’’ tandas Nickson    Reofilus Notanubun dengan nada kecewa. 

      Karena sudah  2 tahun  anak-anak satu kelas tersebut   harus belajar di  tempat parkir motor, lanjut     Nickson, maka dengan memanfaatkan dana  Operasional  Sekolah, pihaknya mengupayakan membangun  satu ruangan   darurat   lagi yang  berdinding  papan  dan   berlantai  dari tanah tersebut. 

  ‘’Sementara  dalam proses  pembangunan.   Mudah-mudahan  dalam dua tiga hari kedepan  ini sudah selesai,’’ katanya. 

  Sementara  dua ruangan kelas  sebelumnya yang digunakan siswa  SMA  tersebut  belajar, Nickson menjelaskan bahwa    kedua ruangan kelas itu  bisa  dibangun karena  bantuan  dari guru-guru negeri yang ada di sekolah tersebut termasuk   orang tua  dari siswa. 

Baca Juga :  Dinas Perindagkop Perbaharui Rekomendasi Penjualan Mitan

   Diapun berharap adanya    perhatian  dari  pemerintah  untuk bisa segera memperhatikan sarana prasarana  pendidikan   bagi  siswa SMA  Satu Atap yang ada di  Senayu tersebut.   

Ditanya  soal guru, Nickson menjelaskan bahwa  jumlah guru yang ada di SMP-SMA Satu Atap Senayu sebanyak  19   orang   yang terdiri dari 4 guru  negeri dan 15  guru  honorer.  ‘’Mereka selain berstatus  sebagai guru  SMP juga sebagai  guru SMA. Karena disini  sekolah satu atap,’’ pungkasnya. (ulo/tri)  

Satu ruangan kelas  berlantai tanah dan berdinding  papan yang sedang dibangun  oleh pihak SMP-SMA Satu Atap Senayu, Distrik   Tanah Miring setelah 2 tahun siswanya belajar di  parkiran motor. Diperkirakan  dalam 2-3 hari ke depan  satu ruangan belajar  yang dibangun ini akan selesai.   ( FOTO : Nickson T. Notanubun for Cepos )

MERAUKE-  Meski  pendidikan menjadi prioritas   dalam bidang pendidikan, namun bagi siswa  SMAN Satu Atap Senayu, Distrik Tanah Miring Merauke tidak  merasakan    hal  tersebut. Pasalnya, selama  2 tahun  siswa SMA Satap Senayu  harus belajar  di tempat parkir motor akibat   sekolah ini hanya memiliki  2 ruangan kelas.

   Itupun 2 ruangan    kelas yang ada  merupakan sumbangan  dari para guru yang ada di sekolah ini membangun  dua ruangan kelas yang darurat   yang maish berlantaikan  tanah dan berdinding   papan. 

  Kepala SMP-SMA Satap  Senayu, Nickson  Teofilus Notanubun, S.Pd  saat dihubungi  mengungkapkan, bahwa pihaknya   sudah bolak balik  ‘mengemis’ ke  Dinas Pendidikan  untuk memperjuangkan   pembangunan sarana prasana  sekolah  terutama   gedung sekolah  bagi  siswa-siswa  SMA Satap  Senayu tersebut  namun sampai sekarang  tidak ada realisasi. Padahal, anak-anak yang   sekolah   di SMP-SMA Satu  Atap adalah anak-anak asli Papua.

Baca Juga :  Dinas Perindagkop Perbaharui Rekomendasi Penjualan Mitan

     ‘’Pejabat   yang turun juga memberikan janji   untuk segera memperhatikan, namun   ternyata hanya sekedar  janji. Sampai   hari ini juga tidak ada terealisasi,’’ tandas Nickson    Reofilus Notanubun dengan nada kecewa. 

      Karena sudah  2 tahun  anak-anak satu kelas tersebut   harus belajar di  tempat parkir motor, lanjut     Nickson, maka dengan memanfaatkan dana  Operasional  Sekolah, pihaknya mengupayakan membangun  satu ruangan   darurat   lagi yang  berdinding  papan  dan   berlantai  dari tanah tersebut. 

  ‘’Sementara  dalam proses  pembangunan.   Mudah-mudahan  dalam dua tiga hari kedepan  ini sudah selesai,’’ katanya. 

  Sementara  dua ruangan kelas  sebelumnya yang digunakan siswa  SMA  tersebut  belajar, Nickson menjelaskan bahwa    kedua ruangan kelas itu  bisa  dibangun karena  bantuan  dari guru-guru negeri yang ada di sekolah tersebut termasuk   orang tua  dari siswa. 

Baca Juga :  Stunting di Merauke Mendekati 1.000 Kasus

   Diapun berharap adanya    perhatian  dari  pemerintah  untuk bisa segera memperhatikan sarana prasarana  pendidikan   bagi  siswa SMA  Satu Atap yang ada di  Senayu tersebut.   

Ditanya  soal guru, Nickson menjelaskan bahwa  jumlah guru yang ada di SMP-SMA Satu Atap Senayu sebanyak  19   orang   yang terdiri dari 4 guru  negeri dan 15  guru  honorer.  ‘’Mereka selain berstatus  sebagai guru  SMP juga sebagai  guru SMA. Karena disini  sekolah satu atap,’’ pungkasnya. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya