Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

Stunting di Merauke Mendekati 1.000 Kasus

Suasana pembahasan rencana penanganan stunting di MeraukeĀ  tahun 2021 mendatang di Kantor Bappeda Merauke, Jumat (13/11). ( FOTO: Sulo/Cepos)

MERAUKE- Jumlah stunting atau anak yang pertumbuhannya  terganggu akibat kekurangan gizi di Merauke hampir mendekati 1.000 kasus atau tepatnya 994 dari total 23.026 balita. Ini berarti  sebanyak 4,3 persen dari jumlah balita di tahun 2020 itu mengalami stunting. Data ini terungkap  dalam rapat penanganan stunting  di Kabupaten Merauke tahun 2021 di Kantor Bappeda Kabupaten Merauke, Kamis (12/11). 

   Dari data yang dibeberkan itu, Distrik Merauke merupakan yang terbanyak yakni 432 kasus disusul Distrik Muting sebanyak 127 kasus. Kemudian Disstrik Kurik sebanyak 82 kasus dan Elikobel 40 kasus. Satu-satunya  Distrik yang zero adalah  Distrik Ngguti. 

    Selain kasus stunting tersebut, terungkap juga bahwa jumlah ibu hamil  tercatat 5.203  orang dengan jumlah balita.  Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Merauke Ruslan Ramli, SE, M.Si, saat memimpin rapat tersebut mengungkapkan, bahwa  penanganan stunting merupakan  program nasional yang  harus ditangani secara bersama. 

Baca Juga :  Besaran UMK Merauke Ikut Penetapan UMP

   ā€œIni merupakan program prioritas dari pemerintah khususnya di Bappeda, sehingga program ini wajib masuk dalam  kegiatan  di tahun 2021,ā€ kata Ruslan Ramli yang saat ini juga menjabat  sebagai Penjabat Sekretaris daerah Kabupaten Merauke. 

    Menurut dia,  di tahun 2021, penanganan stunting  ini  juga dianggarkan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten. ā€œKarena bicara stunting bukan hanya urusan dinas kesehatan  tapi seluruh stakeholder. Apalagi instansi yang terkait langsung dengan penanganan stunting ini,ā€™ā€™ jelasnya. 

   Karena itu,  untuk segera menurunkan kasus stunting tersebut, lanjut dia, maka yang harus dilakukan adalah keroyokan dari seluruh  OPD namun program  yang jelas sehingga tindak tumpang tindih antara satu dengan lainnya. 

Baca Juga :  Ruang Isolasi Terbatas, Dinsos Pasang Tenda

    Menurutnya, kasus stunting  yang ada  di Merauke sebagian besar masih  terjadi di kantong-kantong  Orang Asli Papua (OAP). Diakui Ruslan Ramli, dengan kondisi geografis Kabupaten Merauke yang cukup  luas dengan sebaran penduduk  yang tidak merata merupakan satu tantangan tersendiri. Namun demikian, yang harus dilakukan adalah bagaimana menghadirkan program-program  yang  tepat dalam menangani stunting tersebut. (ulo/tri)  

Suasana pembahasan rencana penanganan stunting di MeraukeĀ  tahun 2021 mendatang di Kantor Bappeda Merauke, Jumat (13/11). ( FOTO: Sulo/Cepos)

MERAUKE- Jumlah stunting atau anak yang pertumbuhannya  terganggu akibat kekurangan gizi di Merauke hampir mendekati 1.000 kasus atau tepatnya 994 dari total 23.026 balita. Ini berarti  sebanyak 4,3 persen dari jumlah balita di tahun 2020 itu mengalami stunting. Data ini terungkap  dalam rapat penanganan stunting  di Kabupaten Merauke tahun 2021 di Kantor Bappeda Kabupaten Merauke, Kamis (12/11). 

   Dari data yang dibeberkan itu, Distrik Merauke merupakan yang terbanyak yakni 432 kasus disusul Distrik Muting sebanyak 127 kasus. Kemudian Disstrik Kurik sebanyak 82 kasus dan Elikobel 40 kasus. Satu-satunya  Distrik yang zero adalah  Distrik Ngguti. 

    Selain kasus stunting tersebut, terungkap juga bahwa jumlah ibu hamil  tercatat 5.203  orang dengan jumlah balita.  Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Merauke Ruslan Ramli, SE, M.Si, saat memimpin rapat tersebut mengungkapkan, bahwa  penanganan stunting merupakan  program nasional yang  harus ditangani secara bersama. 

Baca Juga :  Tabrak Truk Parkir, Pengendara Motor Suzuki Tewas di TKPĀ 

   ā€œIni merupakan program prioritas dari pemerintah khususnya di Bappeda, sehingga program ini wajib masuk dalam  kegiatan  di tahun 2021,ā€ kata Ruslan Ramli yang saat ini juga menjabat  sebagai Penjabat Sekretaris daerah Kabupaten Merauke. 

    Menurut dia,  di tahun 2021, penanganan stunting  ini  juga dianggarkan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten. ā€œKarena bicara stunting bukan hanya urusan dinas kesehatan  tapi seluruh stakeholder. Apalagi instansi yang terkait langsung dengan penanganan stunting ini,ā€™ā€™ jelasnya. 

   Karena itu,  untuk segera menurunkan kasus stunting tersebut, lanjut dia, maka yang harus dilakukan adalah keroyokan dari seluruh  OPD namun program  yang jelas sehingga tindak tumpang tindih antara satu dengan lainnya. 

Baca Juga :  Kembangkan Jagung, Petani Mulai Siapkan Lahan

    Menurutnya, kasus stunting  yang ada  di Merauke sebagian besar masih  terjadi di kantong-kantong  Orang Asli Papua (OAP). Diakui Ruslan Ramli, dengan kondisi geografis Kabupaten Merauke yang cukup  luas dengan sebaran penduduk  yang tidak merata merupakan satu tantangan tersendiri. Namun demikian, yang harus dilakukan adalah bagaimana menghadirkan program-program  yang  tepat dalam menangani stunting tersebut. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya