MERAUKE- Suhu politik di Kabupaten Merauke dalam rangka menghadapi tahapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) mulai terasa memanas. Terkait dengan itu Uskup Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke Mgr. Petrus Canisus Mandagi, MSC, mengumpulkan seluruh tokoh agama agama yang ada di Kabupaten Merauke untuk coffee morning di Kantor Keuskupan Agung Merauke.
Tampak Ketua MUI Kabupaten, Ketua Klasis GKI Kabupaten Merauke, tokoh agama Hindu dan Budha serta perwakilan pengurus Klasis GPI Merauke. Kepada wartawan di Merauke, Uskup Petrus Canisius Mandagi menjelaskan bahwa Pilkada hanya satu kali dalam setiap 5 tahun.
“Jangan karena Pilkada membuat kita berkelahi,’’ tandas Mandagi yang juga sebagai Uskup Amboina tersebut.
Menurut pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agung Merauke yang meliputi Kabupaten Merauke, Boven Digoal dan Mappi ini, pilkada digelar untuk mencari pemimpin. Jangan sampai mencari pemimpin justru rakyat yang berkelahi.
“Jangan kita yang jadi bodoh, dalam artikarena Pilkada, kita bakar sana sini. Mahal itu perdamaian. Mahal itu kerukunan. Kita harus jaga. Karena itu saya minta kepada rakyat, boleh kita bersaing silakan, karena negara kita negara demokrasi boleh bersaing untuk mendapatkan seorang pemimpin. Tapi, dalam persaingan itu jangan terjadi perpecahan. Karena yang akan korban adalah kita rakyat. Jadi jangan berkelahi,’’ tandas Uskup Petrus Canisus Mandagi.
Uskup mengimbau agar jangan membiarkan para calon menggunakan agama dalam mencapai tujuannya. “Kalau mereka sudah mulai menggunakan ayat-ayat suci agama bilang stop. Tidak ada ayat suci yang menghancurkan kelompok lain. Karena ayat suci itu adalah ayat yang membawa damai. Karena sering kali mencabut teks dari konteks. Itu bahaya. Orang yang hanya tahu agama sedikit-sedikit, sudah bilang pastor, pendeta dan ustad. Itu banyak. Yang penting banyak omong kosong dan dapat duit,’’ tandas Uskup Mandagi yang dikenal ceplas ceplos ini.
Menurut Uskup Petrus Canisius Mandaghi, dalam coffee morning tersebut, seluruh tokoh agama yang ada sepakat keluarkan imbauan bahwa dalam Pilkada sekarang boleh bersaing dan dipersilakan karena demokrasi sudah demikian. Tapi, jangan karena persaingan sehingga terjadi perpecahan. Ia juga mengimbau kepada calon-calon untuk ukur diri.
“Kalau memang tidak bisa sudahlah. Jangan jual tanah dan jual diri. Jual keluarga dan kalau tidak jadi akhirnya jadi gila. Banyak yang seperti itu dan akhirnya masuk rumah sakit,’’ katanya.
Menurut Uskup Mandagi, para calon tersebut harus mengukur kemampuan. ‘’Dalam Pilkada, ada etika. Jangan ber-money politic, bayar suara. Dan jangan saling membunuh karakter lawan. Dan kalau menang jangan terlalu eforia. Kalau memang, rangkullah yang kalah,”tambahnya. (ulo/tri)