Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Kematian Akibat HIV Tertinggi di Papua

MERAUKE-Kendati   jumlah  penderita HIV  di Kabupaten Merauke  terus mengalami  penurunan   yang tadinya  urutan pertama  di  Papua menjadi   urutan keenam  sekarang  ini,  namun  dari sisi kematian  penderita   HIV, Merauke menempati  urutan  pertama  dibandingkan dengan kabupaten   lainnya di Papua. 

  “Dari data yang ada di  kami menunjukkan  bahwa Kabupaten Merauke berada di urutan pertama  atau tertinggi  soal penderita  HIV  yang meninggal. Karena   ternyata di Merauke sebanyak 29  persen menderita  HIV  yang mengikuti pengobatan  ARV tersebut meninggal.   Sementara   kabupaten lainnya di Papua rata-rata   hanya 14 persen,’’ kata Ketua Yayasan  Cenderawasih Bersatu Sefnath JD Lobwaer ditemui media ini saat  berada di Kantor  Dinas  Sosial Kabupaten Merauke,  Rabu (2/10).  

   Sefnath menjelaskan,   penanggulangan  HIV di Indonesia   sekarang ini menggunakan  indicator,  yaitu 90 persen ODHA mengetahui statusnya, 90 persen ODHA  mulai terapi   ARV  dan 90 persen ODHA ketika melakukan pemeriksaan tidak terdeteksi.   

Baca Juga :  Satgas Pamtas Statis RI-PNG Yonif 111/KB Harus Bisa Rebut Hati Masyarakat 

‘’Nah, ternyata di Merauke sampai Juni  2019 memiliki 2.280 kasus.    Tapi dari 2.280 kasus ini  hanya 758  yang  menjalani terapi ARV.   Seharusnya  di atas 1.000  yang melakukan  terapi ARV. Nah, dari  758 yang menjalani  terapi  ARV tersebut   sampai Juni 2019  hanya 383  yang melakukan pengobatan secara rutin.  Ini menjadi pekerjaan besar bagi Kabupaten Merauke. Kenapa menjadi  PR  besar? Karena  Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten yang menjadi pembelajaran  HIV selama ini.  Tapi jika didudukan dengan  indikator  tersebut ada  PR besar,’’ jelasnya. 

  Dikatakan, kematikan     ODHA merupakan salah satu indikator menuju  eliminasi HIV tahun 2030. Sementara    kematian di Merauke  dari penderita HIV sebesar 29  persen. Sementara rata-rata Papua 14 persen. ‘’Tentu ini sangat memprihatinkan.  Seharusnya dengan ketersediaan ARV dan sudah  dipermudah dengan hanya minum sekali sehari menjadi  hal yang membuat kualitas ODHA semakin baik. Tapi ternyata data yang ada di kami, Kabupaten Merauke  bahwa ARV tersedia, layanan tersedia,   tapi kematian menjadi lebih tinggi.  Ini juga menjadi  intropeksi   bagi seluruh  penanggulangan HIV di   Kabupaten Merauke. Apa yang salah?   Ini yang harus didudukan dan dibicarakan secara bersama baik oleh KPA, dinas kesehatan, dinas sosial, LSM, pemberdayaan perempuan,’’ tandasnya. 

Baca Juga :  Satpol PP Tertibkan Bangunan di Atas Bantaran Drainase 

   Yayasan Cenderawasih  Bersatu merupakan yayasan yang bergerak dalam dukungan  ODHA yang kantor pusat di Merauke. Namun karena   sekarang ini  melakukan intervensi  terhadap 8 kabupaten  di Papua yang memiliki HIV  tinggi, sehingga sekarang ini  berada di Jayapura.  

  “Kami diminta oleh Kementerian  untuk melakukan intervensi  untuk memberikan dukungan terhadap  8 kabupaten di Papua yaitu Merauke,   Kabupaten  dan Kota Jayapura, Mimika, Biak, Wamena, Paniai dan Nabire. Tahun 2020  kami akan  masuk ke  Yapen karena  data kasusnya mulai  tinggi,’’ tandasnya. (ulo/tri)    

MERAUKE-Kendati   jumlah  penderita HIV  di Kabupaten Merauke  terus mengalami  penurunan   yang tadinya  urutan pertama  di  Papua menjadi   urutan keenam  sekarang  ini,  namun  dari sisi kematian  penderita   HIV, Merauke menempati  urutan  pertama  dibandingkan dengan kabupaten   lainnya di Papua. 

  “Dari data yang ada di  kami menunjukkan  bahwa Kabupaten Merauke berada di urutan pertama  atau tertinggi  soal penderita  HIV  yang meninggal. Karena   ternyata di Merauke sebanyak 29  persen menderita  HIV  yang mengikuti pengobatan  ARV tersebut meninggal.   Sementara   kabupaten lainnya di Papua rata-rata   hanya 14 persen,’’ kata Ketua Yayasan  Cenderawasih Bersatu Sefnath JD Lobwaer ditemui media ini saat  berada di Kantor  Dinas  Sosial Kabupaten Merauke,  Rabu (2/10).  

   Sefnath menjelaskan,   penanggulangan  HIV di Indonesia   sekarang ini menggunakan  indicator,  yaitu 90 persen ODHA mengetahui statusnya, 90 persen ODHA  mulai terapi   ARV  dan 90 persen ODHA ketika melakukan pemeriksaan tidak terdeteksi.   

Baca Juga :  Satpol PP Tertibkan Bangunan di Atas Bantaran Drainase 

‘’Nah, ternyata di Merauke sampai Juni  2019 memiliki 2.280 kasus.    Tapi dari 2.280 kasus ini  hanya 758  yang  menjalani terapi ARV.   Seharusnya  di atas 1.000  yang melakukan  terapi ARV. Nah, dari  758 yang menjalani  terapi  ARV tersebut   sampai Juni 2019  hanya 383  yang melakukan pengobatan secara rutin.  Ini menjadi pekerjaan besar bagi Kabupaten Merauke. Kenapa menjadi  PR  besar? Karena  Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten yang menjadi pembelajaran  HIV selama ini.  Tapi jika didudukan dengan  indikator  tersebut ada  PR besar,’’ jelasnya. 

  Dikatakan, kematikan     ODHA merupakan salah satu indikator menuju  eliminasi HIV tahun 2030. Sementara    kematian di Merauke  dari penderita HIV sebesar 29  persen. Sementara rata-rata Papua 14 persen. ‘’Tentu ini sangat memprihatinkan.  Seharusnya dengan ketersediaan ARV dan sudah  dipermudah dengan hanya minum sekali sehari menjadi  hal yang membuat kualitas ODHA semakin baik. Tapi ternyata data yang ada di kami, Kabupaten Merauke  bahwa ARV tersedia, layanan tersedia,   tapi kematian menjadi lebih tinggi.  Ini juga menjadi  intropeksi   bagi seluruh  penanggulangan HIV di   Kabupaten Merauke. Apa yang salah?   Ini yang harus didudukan dan dibicarakan secara bersama baik oleh KPA, dinas kesehatan, dinas sosial, LSM, pemberdayaan perempuan,’’ tandasnya. 

Baca Juga :  Putusan Sela, Perkara Bupati Merauke Dilanjutkan

   Yayasan Cenderawasih  Bersatu merupakan yayasan yang bergerak dalam dukungan  ODHA yang kantor pusat di Merauke. Namun karena   sekarang ini  melakukan intervensi  terhadap 8 kabupaten  di Papua yang memiliki HIV  tinggi, sehingga sekarang ini  berada di Jayapura.  

  “Kami diminta oleh Kementerian  untuk melakukan intervensi  untuk memberikan dukungan terhadap  8 kabupaten di Papua yaitu Merauke,   Kabupaten  dan Kota Jayapura, Mimika, Biak, Wamena, Paniai dan Nabire. Tahun 2020  kami akan  masuk ke  Yapen karena  data kasusnya mulai  tinggi,’’ tandasnya. (ulo/tri)    

Berita Terbaru

Artikel Lainnya