Saturday, April 27, 2024
27.7 C
Jayapura

Distrik Ngguti Masih Menjadi Kantong Penderita Kusta

Dinas Kesehatan Sudah Tempatkan Petugas di Sana

MERAUKE – Kepala Dinas Kabupaten Merauke, dr. Nevile membantah dengan keras jika tidak ada penanganan terhadap penderita Kusta yang ada di Distrik Ngguti selama ini, seperti yang disampaikan anggota DPRD Merauke Moses Jeremias Kaibu. Dihubungi lewat telpon selulernya, Jumat (1/4), Nevil mengungkapkan, sejumlah kampung di Distrik Ngguti selama ini masih menjadi kantong-kantong penderita kusta.

“Data yang diperoleh tersebut dari mana. Kan data dari Puskesmas. Karena dokter dan petugas Puskesmasnya keliling ke kampung-kampung mencari, kemudian mengobati kusta yang ada di sana,” katanya.

   Nevile menjelaskan, dokter dan petugas kesehatan yang ditempatkan di Ngguti untuk mencari dan mengobati jika mendapati warga yang menderita kusta. Namun lanjut dia, Kusta tidak seperti penyakit lainnya yang diobati sekarang bisa dalam waktu beberapa hari bisa sembuh. Karena kusta penyakit yang unik dan kronis. Pengobatannya lama. Untuk kusta basah, pengobatannya 1 tahun makan obat. “Tapi pengobatan orang kusta tidak bisa hanya dilihat seperti itu. Tapi dukungan sosial dan perawatan diri,” jelasnya.

Baca Juga :  Vaksin Booster, Daftar Dulu di Puskesmas

   Nevile menjelaskan, kemungkinan dokter yang ada di Puskesmas Ngguti sengaja menyampaikan data yang ada agar ada perhatian dari pihak lain. Dari DPRD, tokoh agama dan sebagainya. Karena untuk penderita Kusta, harus perawatan seumur hidup. Apalagi mereka sudah berada di posisi disebilitas karena syaraf dan kaki sudah tidak rasa. “Kalau mereka tetap cari makan dengan kaki kosong, itu kan membutuhkan dukungan pihak lain. Kalau kita, temukan, kita obati dan kita ajari untuk perawatan diri. Tapi setelah di rumah dan kembali ke masyarakat, itu yang butuh dukungan dari pihak lain,” terangnya.

   Ditanya soal penanganan penderita Kusta,apakah yang harus dilokalisir dengan ditempatkan satu lokasi khusus agar tidak menular ke orang lain, Nevil menjelaskan bahwa Kusta adalah penyakit menular tapi tidak mudah menular ke orang lain.

Baca Juga :  Pejabat Eselon II, II dan IV  Segera Dilantik

“Karena kita manusia ini punya kekebalan terhadap kusta. Kalau ada 100 orang, paling 5 diantaranya yang kena, tapi 3 orang akan sembuh dengan sendirinya. Paling 2 orang yang menderita karena sakit. Kemudian inkubasinya cukup lama. Kalau kena sekarang, paling 2-5 tahun mendatang baru muncul gejala. Gejalanya seperti panu dan itu orang tidak akan tahu.

Nevile menambahkan, dirinya sudah meminta data ke Puskesmas Ngguti untuk dilakukan cros cek. Jangan sampai data itu sudah termasuk yang sudah pernah diobati dulu. “Artinya kita harus cek kembali,” terangnya.

Hanya saja, data yang diminta itu belum dikirim dari Puskesmas Ngguti.

  Seperti disampaikan Anggota DPRD Merauke, Moses Jeremias Kaibu sebelumnya bahwa pihaknya mendapatkan data dari dr Noor jika di Distrik Ngguti saat ini sudah ada sekitar 85 orang penderita Kusta dan itu perlu penanganan serius dari pemerintah agar kusta tersebut agar tidak semakin menyebar ke orang lain. (ulo/tho)

Dinas Kesehatan Sudah Tempatkan Petugas di Sana

MERAUKE – Kepala Dinas Kabupaten Merauke, dr. Nevile membantah dengan keras jika tidak ada penanganan terhadap penderita Kusta yang ada di Distrik Ngguti selama ini, seperti yang disampaikan anggota DPRD Merauke Moses Jeremias Kaibu. Dihubungi lewat telpon selulernya, Jumat (1/4), Nevil mengungkapkan, sejumlah kampung di Distrik Ngguti selama ini masih menjadi kantong-kantong penderita kusta.

“Data yang diperoleh tersebut dari mana. Kan data dari Puskesmas. Karena dokter dan petugas Puskesmasnya keliling ke kampung-kampung mencari, kemudian mengobati kusta yang ada di sana,” katanya.

   Nevile menjelaskan, dokter dan petugas kesehatan yang ditempatkan di Ngguti untuk mencari dan mengobati jika mendapati warga yang menderita kusta. Namun lanjut dia, Kusta tidak seperti penyakit lainnya yang diobati sekarang bisa dalam waktu beberapa hari bisa sembuh. Karena kusta penyakit yang unik dan kronis. Pengobatannya lama. Untuk kusta basah, pengobatannya 1 tahun makan obat. “Tapi pengobatan orang kusta tidak bisa hanya dilihat seperti itu. Tapi dukungan sosial dan perawatan diri,” jelasnya.

Baca Juga :  Tidak Ada Pasien Covid yang Dirawat di RSUD Jayapura

   Nevile menjelaskan, kemungkinan dokter yang ada di Puskesmas Ngguti sengaja menyampaikan data yang ada agar ada perhatian dari pihak lain. Dari DPRD, tokoh agama dan sebagainya. Karena untuk penderita Kusta, harus perawatan seumur hidup. Apalagi mereka sudah berada di posisi disebilitas karena syaraf dan kaki sudah tidak rasa. “Kalau mereka tetap cari makan dengan kaki kosong, itu kan membutuhkan dukungan pihak lain. Kalau kita, temukan, kita obati dan kita ajari untuk perawatan diri. Tapi setelah di rumah dan kembali ke masyarakat, itu yang butuh dukungan dari pihak lain,” terangnya.

   Ditanya soal penanganan penderita Kusta,apakah yang harus dilokalisir dengan ditempatkan satu lokasi khusus agar tidak menular ke orang lain, Nevil menjelaskan bahwa Kusta adalah penyakit menular tapi tidak mudah menular ke orang lain.

Baca Juga :  Vaksin Booster, Daftar Dulu di Puskesmas

“Karena kita manusia ini punya kekebalan terhadap kusta. Kalau ada 100 orang, paling 5 diantaranya yang kena, tapi 3 orang akan sembuh dengan sendirinya. Paling 2 orang yang menderita karena sakit. Kemudian inkubasinya cukup lama. Kalau kena sekarang, paling 2-5 tahun mendatang baru muncul gejala. Gejalanya seperti panu dan itu orang tidak akan tahu.

Nevile menambahkan, dirinya sudah meminta data ke Puskesmas Ngguti untuk dilakukan cros cek. Jangan sampai data itu sudah termasuk yang sudah pernah diobati dulu. “Artinya kita harus cek kembali,” terangnya.

Hanya saja, data yang diminta itu belum dikirim dari Puskesmas Ngguti.

  Seperti disampaikan Anggota DPRD Merauke, Moses Jeremias Kaibu sebelumnya bahwa pihaknya mendapatkan data dari dr Noor jika di Distrik Ngguti saat ini sudah ada sekitar 85 orang penderita Kusta dan itu perlu penanganan serius dari pemerintah agar kusta tersebut agar tidak semakin menyebar ke orang lain. (ulo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya