Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Produksi Minyak Sawit, Perlu Pabrik Mini di Keerom

Wabup Piter Gusbager ( FOTO:Yewen/Cepos)

KEEROM-Wakil Bupati Keerom, Piter Gusbager mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah fokus melakukan peremajaan terhadap kelapa sawit yang mati suri. Apalagi ketika kelapa sawit mati, perekonomian di Kabupaten Keerom terlihat mati semuanya.

   Sebelum adanya Kabupaten Keerom, kata Piter, Kelapa Sawit selama ini telah berkontribusi nyata untuk peningkatan daya beli masyarakat, dan peredaran uang di daerah Kabupaten Keerom, tetapi dengan kelapa sawit mati suri, masyarakat mempunyai daya beli dan usaha-usaha ini terjadi kerugian.

   Biasanya masyarakat mempunyai keuntungan bisa Rp 13-14 juta, sekarang malah turun sampai dengan Rp 5 juta. Hal ini jauh sekali ketika kelapa sawit terganggu. Oleh karena itu, dirinya berkomitmen dimana telah melakukan kajian ilmiah dan sekarang sudah melakukan peremajaan di dinding plasma.

  “Tapi sekarang masih ada masalah dengan masyarakat adat, sehingga kita minta masalah adat ini dinegosiasi dan diselesaikan dulu, supaya peremajaan ini tidak terjadi polemik di tengah jalan,” kata Piter kepada Cenderawasih Pos di Keerom, Jumat (17/1).

Baca Juga :  Masyarakat Waris Kini Bisa Nikmati Akses Internet

   Oleh karena itu, selaku Wabup Keerom, Piter sendiri yang turun tangan untuk menyelesaikan masalah hak ulayat di lokasi peremajaan sawit, sehingga kedepan tidak ada masalah lagi yang muncul. Ini penting dilakukan segera, agar beberapa dinding plasma bisa dilakukan penanaman kepala kelapa sawit.

   Tidak hanya itu, untuk jangan pendek, Piter mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan adanya pabrik mini, karena sebagian besar lahan KKPA dan sebagian besar lahan plasma masih memproduksi buah kelapa sawit. Memang ada usia kelapa sawit yang sudah 30 tahun bisa berbuah, tetapi yang berada di usia 20 tahun ke bawah masih ada buah.

   “Kenapa pabrik Arso XII PKS itu tidak bisa beroperasi, karena kapasitasnya terlalu besar, sementara produksi TBS ini menurun, sehingga tidak bisa beroperasi karena kerugian. Solusinya adalah kita mau adanya pabrik mini,” kata Piter.

Baca Juga :  Piter Gusbager Menang di PTUN Jayapura

   Piter, mengatakan dengan adanya pabrik mini, maka buah-buah sawit yang ada ini masih diolah dan dapat dijual dengan kapasitas pabrik mini yang kapasitasnya lebih rendah dan bisa menangani buah-buah yang masih ada. Karena pabrik besar tidak bisa beroperasi, sebab membutuhkan biaya operasional yang sangat tinggi.

   Piter juga menyinggung mengenai masalah kakao yang sudah hampir kurang lebih 3 tahun ini tidak berjalan dengan baik.Hal inilah yang tidak dibereskan oleh  pemerintah daerah. Hampir 100 persen kakao di Kabupaten Keerom sudah tidak ada dan mati karena virus.

   “Hari ini kita bisa lihat, begitu kakao mati, sawit mati, petani beramai-ramai pergi ke usaha palawija, karena begitu banyak mau jual dan bingung tidak ada pasarnya, maka harga jatuh. Karena petani hampir menyiapkan komoditi yang sama, sehingga bingung mau jual kemana,” jelasnya.(bet/tri).

Wabup Piter Gusbager ( FOTO:Yewen/Cepos)

KEEROM-Wakil Bupati Keerom, Piter Gusbager mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah fokus melakukan peremajaan terhadap kelapa sawit yang mati suri. Apalagi ketika kelapa sawit mati, perekonomian di Kabupaten Keerom terlihat mati semuanya.

   Sebelum adanya Kabupaten Keerom, kata Piter, Kelapa Sawit selama ini telah berkontribusi nyata untuk peningkatan daya beli masyarakat, dan peredaran uang di daerah Kabupaten Keerom, tetapi dengan kelapa sawit mati suri, masyarakat mempunyai daya beli dan usaha-usaha ini terjadi kerugian.

   Biasanya masyarakat mempunyai keuntungan bisa Rp 13-14 juta, sekarang malah turun sampai dengan Rp 5 juta. Hal ini jauh sekali ketika kelapa sawit terganggu. Oleh karena itu, dirinya berkomitmen dimana telah melakukan kajian ilmiah dan sekarang sudah melakukan peremajaan di dinding plasma.

  “Tapi sekarang masih ada masalah dengan masyarakat adat, sehingga kita minta masalah adat ini dinegosiasi dan diselesaikan dulu, supaya peremajaan ini tidak terjadi polemik di tengah jalan,” kata Piter kepada Cenderawasih Pos di Keerom, Jumat (17/1).

Baca Juga :  Bupati Gusbager Apresiasi Sosialisasi MoU APIP dan APH

   Oleh karena itu, selaku Wabup Keerom, Piter sendiri yang turun tangan untuk menyelesaikan masalah hak ulayat di lokasi peremajaan sawit, sehingga kedepan tidak ada masalah lagi yang muncul. Ini penting dilakukan segera, agar beberapa dinding plasma bisa dilakukan penanaman kepala kelapa sawit.

   Tidak hanya itu, untuk jangan pendek, Piter mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan adanya pabrik mini, karena sebagian besar lahan KKPA dan sebagian besar lahan plasma masih memproduksi buah kelapa sawit. Memang ada usia kelapa sawit yang sudah 30 tahun bisa berbuah, tetapi yang berada di usia 20 tahun ke bawah masih ada buah.

   “Kenapa pabrik Arso XII PKS itu tidak bisa beroperasi, karena kapasitasnya terlalu besar, sementara produksi TBS ini menurun, sehingga tidak bisa beroperasi karena kerugian. Solusinya adalah kita mau adanya pabrik mini,” kata Piter.

Baca Juga :  Ke Keerom, Ada Dua Agenda yang Diusulkan

   Piter, mengatakan dengan adanya pabrik mini, maka buah-buah sawit yang ada ini masih diolah dan dapat dijual dengan kapasitas pabrik mini yang kapasitasnya lebih rendah dan bisa menangani buah-buah yang masih ada. Karena pabrik besar tidak bisa beroperasi, sebab membutuhkan biaya operasional yang sangat tinggi.

   Piter juga menyinggung mengenai masalah kakao yang sudah hampir kurang lebih 3 tahun ini tidak berjalan dengan baik.Hal inilah yang tidak dibereskan oleh  pemerintah daerah. Hampir 100 persen kakao di Kabupaten Keerom sudah tidak ada dan mati karena virus.

   “Hari ini kita bisa lihat, begitu kakao mati, sawit mati, petani beramai-ramai pergi ke usaha palawija, karena begitu banyak mau jual dan bingung tidak ada pasarnya, maka harga jatuh. Karena petani hampir menyiapkan komoditi yang sama, sehingga bingung mau jual kemana,” jelasnya.(bet/tri).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya