Monday, September 30, 2024
28.7 C
Jayapura

Ada Burung Anti Keributan, Ada Monyet Suka Ganggu Anak Kecil

Ia menjelaskan bahwa Cenderawasih adalah burung yang paling anti dengan keributan sehingga kandangnya memang diseting harus berjarak sebab jika tidak maka akan semakin sulit burung berbulu indah ini menyesuaikan sebelum dilepasliarkan. Lalu menyangkut proses perawatan atau biasa disebut habituasi tumbuhan dan satwa dijelaskan Laode bahwa hal tersebut dilakukan berdasarkan hasil identifikasi.

Hewan peliharaan biasanya dihabituasi selama berbulan bulan. Hal itu terjadi karena sudah terlanjur jinak dengan manusia sehingga untuk mengembalikan sifat liarnya butuh proses. Berbeda dengan satwa liar hasil tangkapan alam proses habituasinya bisa satu minggu bahkan 3-4 hari sudah bisa dikembalikan ke alam. “Tapi pada prinsipnya semua hewan itu punya sifat liar,”kata Irianto.

Selain itu untuk melepasliarkan hewan tersebut juga tak bisa sembarangtempat sebab ada beberapa jenis hewan yang memang tidak cocok dengan hawa habitat yang ada di wilayah utara seperti Kota Jayapura, Keerom, Kabupaten Jayapura maupun wilayah lain yang ada dibagian utara tanah Papua.  Beberapa diantaranya seperti Burung Cendrawasih Paradiseae apoda atau Cenderawasih dengan ukuran besar hanya dapat hidup di wilayah selatan, seperti wilayah Merauke, Timika, Asmat, atau wilayah lain di Selatan.

Pun sebaliknya dengan Cendrawasih Minor atau Cenderwasih dengan ukuran kecil hanya bisa hidup diwilayah utara sehingga bisa dilepasliarkan di hutan Cycloop. “Selain itu burung kasuari, kasuari yang memiliki glambir ganda hanya dapat hidup di wilayah selatan sedangkan kasuari dengan glambir tunggal bisa hidup di wilayah utara. Bahkan salah satu satwa yang juga saat ini sedang ditampung di Kandang Transit Jayapura yaitu monyet,” tambah Laode.

Baca Juga :  Dorong Penyelesaian Masalah Kesehatan dan Mutu Pendidikan

Hewan  tersebut justru tidak dapat hidup di habitat Papua pada umumnya. Hal itu diketahui dari hasil didentifikasi tim BKKSDA. Dimana monyet tersebut hanya bisa hidup di wilayah Sulawesi Selatan. Adapun monyet ini merupakan hasil tangkapan BKSDA disekitar Polimak II, Distrik Jayapura Selatan. Laode menceritakan hal tersebut bermula dari adanya laporan masyarakat bahwa monyet tersebut sering menggangu anak-anak di wilayah Polimak.

Sehingga warga setempat melapor ke kandang trasnit. Pihak kandang transit kemudian menangkp lalu dibawa ke Buper.

“Setelah kami cek, monyet ini sepertinya hasil adopasi dari luar Papua. Oleh tuannya dipelihara di Kota Jayapura sejak kecil, akan tetapi dalam proses peliharaannya dilepas liar begitu saja. Dan karena tidak sesuai dengan habitatnya sehingga dia ganas kemudian sering menganggu warga,” sambung Iranto.

Diapun mengatakan secara umum memang wilayah Papua tidak memiiliki hewan endemik seperti monyet. Hal itu terjadi karena faktor alam yang tidak menentu. Monyet yang ada saat sebagian besar hasil adopsi dari luar daerah Papua.

“Pada umumnya Papua tidak punya monyet, jenis apapun,” katanya.

Selain monyet, juga salah satu satwa yang endemik bahkan hampir punah yang habitatnya tidak disembarang tempat. Satwa tersebut adalah ular Sanca Bulan. Ular bulan ini hanya bisa hidup di wilayah selatan Papua seperti daerah Wamena, atau wilayah dengan suhu dingin.

“Kalau di wilayah utara hanya biasa hanya ada ular bodok. Ular ini masih banyak di Papua namun sangat ganas,” katanya. Lebih lanjut dijelaskan selama proses habituasi, hewan maupun tumbuhan tersebut dirawat dengan cara diberikan makan, disuntik bila sakit. Sementara tumbuhan pot- potnya juga dibersihkan dan juga disirami air agar tetap mekar.

Baca Juga :  “Apa Perjuangan Saya Masih  Kurang, Hingga Negara Abaikan Keluarga Saya?”

Adapun petugas yang merawat satwa maupun tumbuhan tersebut berjumlah 9 orang, itu terdiri dari dokter, perawat, petugas cleaning servis serta tim  kerja lainnya yang telah diploting masing-masing. Hanya saja karena tahun 2023 itu ada penerimaan PPPK lalu semuanya lulus akhirnya saat ini hanya dirinya sendiri yang jaga. “Kalau ada hewan masuk saya biasa panggil dokter umum untuk cek kesehatannya,” bebernya.

Lalu satwa yang paling dominan ditampung  dikatakan berjenis burung. “Burung Kaka Tua dan Burung Nuri. Satwa lainnya seperti Burung Cenderawasih dan Kasuari hanya ditampung jika ada temuan pihak terkait seperti Balai Karantina Hewan, serta instansi terkait dibidang lingkungan,” tambah Laode. Hal lain yang terungkap adalah sebagian besar satwa sitaan ini adalah yang hendak dibawa keluar, biasanya didapat dibandara atau pelabuan laut Jayapura.

“Khusus tumbuhan paling banyak itu taman anggrek, biasanya orang jual keluar daerah,”sambungnya. Dan hasil penelitian tim BKKSDA satwa yang sangat langka di Papua saat ini ada dua jenis yaitu landak dan ular bulan. “Dua satwa tersebut sudah sangat jarang ditemukan di alam liar. Pun juga dengan satwa lainnya seperti Burung Cenderawasih maupun Kasuari,”  bebernya.

Ia menjelaskan bahwa Cenderawasih adalah burung yang paling anti dengan keributan sehingga kandangnya memang diseting harus berjarak sebab jika tidak maka akan semakin sulit burung berbulu indah ini menyesuaikan sebelum dilepasliarkan. Lalu menyangkut proses perawatan atau biasa disebut habituasi tumbuhan dan satwa dijelaskan Laode bahwa hal tersebut dilakukan berdasarkan hasil identifikasi.

Hewan peliharaan biasanya dihabituasi selama berbulan bulan. Hal itu terjadi karena sudah terlanjur jinak dengan manusia sehingga untuk mengembalikan sifat liarnya butuh proses. Berbeda dengan satwa liar hasil tangkapan alam proses habituasinya bisa satu minggu bahkan 3-4 hari sudah bisa dikembalikan ke alam. “Tapi pada prinsipnya semua hewan itu punya sifat liar,”kata Irianto.

Selain itu untuk melepasliarkan hewan tersebut juga tak bisa sembarangtempat sebab ada beberapa jenis hewan yang memang tidak cocok dengan hawa habitat yang ada di wilayah utara seperti Kota Jayapura, Keerom, Kabupaten Jayapura maupun wilayah lain yang ada dibagian utara tanah Papua.  Beberapa diantaranya seperti Burung Cendrawasih Paradiseae apoda atau Cenderawasih dengan ukuran besar hanya dapat hidup di wilayah selatan, seperti wilayah Merauke, Timika, Asmat, atau wilayah lain di Selatan.

Pun sebaliknya dengan Cendrawasih Minor atau Cenderwasih dengan ukuran kecil hanya bisa hidup diwilayah utara sehingga bisa dilepasliarkan di hutan Cycloop. “Selain itu burung kasuari, kasuari yang memiliki glambir ganda hanya dapat hidup di wilayah selatan sedangkan kasuari dengan glambir tunggal bisa hidup di wilayah utara. Bahkan salah satu satwa yang juga saat ini sedang ditampung di Kandang Transit Jayapura yaitu monyet,” tambah Laode.

Baca Juga :  Safari Ramadan, PMI Bantu Sembako di Ponpes DDI

Hewan  tersebut justru tidak dapat hidup di habitat Papua pada umumnya. Hal itu diketahui dari hasil didentifikasi tim BKKSDA. Dimana monyet tersebut hanya bisa hidup di wilayah Sulawesi Selatan. Adapun monyet ini merupakan hasil tangkapan BKSDA disekitar Polimak II, Distrik Jayapura Selatan. Laode menceritakan hal tersebut bermula dari adanya laporan masyarakat bahwa monyet tersebut sering menggangu anak-anak di wilayah Polimak.

Sehingga warga setempat melapor ke kandang trasnit. Pihak kandang transit kemudian menangkp lalu dibawa ke Buper.

“Setelah kami cek, monyet ini sepertinya hasil adopasi dari luar Papua. Oleh tuannya dipelihara di Kota Jayapura sejak kecil, akan tetapi dalam proses peliharaannya dilepas liar begitu saja. Dan karena tidak sesuai dengan habitatnya sehingga dia ganas kemudian sering menganggu warga,” sambung Iranto.

Diapun mengatakan secara umum memang wilayah Papua tidak memiiliki hewan endemik seperti monyet. Hal itu terjadi karena faktor alam yang tidak menentu. Monyet yang ada saat sebagian besar hasil adopsi dari luar daerah Papua.

“Pada umumnya Papua tidak punya monyet, jenis apapun,” katanya.

Selain monyet, juga salah satu satwa yang endemik bahkan hampir punah yang habitatnya tidak disembarang tempat. Satwa tersebut adalah ular Sanca Bulan. Ular bulan ini hanya bisa hidup di wilayah selatan Papua seperti daerah Wamena, atau wilayah dengan suhu dingin.

“Kalau di wilayah utara hanya biasa hanya ada ular bodok. Ular ini masih banyak di Papua namun sangat ganas,” katanya. Lebih lanjut dijelaskan selama proses habituasi, hewan maupun tumbuhan tersebut dirawat dengan cara diberikan makan, disuntik bila sakit. Sementara tumbuhan pot- potnya juga dibersihkan dan juga disirami air agar tetap mekar.

Baca Juga :  Pertama Kali Donor di Usia 18 Tahun, Ketika Ada yang Sangat Membutuhkan Darah 

Adapun petugas yang merawat satwa maupun tumbuhan tersebut berjumlah 9 orang, itu terdiri dari dokter, perawat, petugas cleaning servis serta tim  kerja lainnya yang telah diploting masing-masing. Hanya saja karena tahun 2023 itu ada penerimaan PPPK lalu semuanya lulus akhirnya saat ini hanya dirinya sendiri yang jaga. “Kalau ada hewan masuk saya biasa panggil dokter umum untuk cek kesehatannya,” bebernya.

Lalu satwa yang paling dominan ditampung  dikatakan berjenis burung. “Burung Kaka Tua dan Burung Nuri. Satwa lainnya seperti Burung Cenderawasih dan Kasuari hanya ditampung jika ada temuan pihak terkait seperti Balai Karantina Hewan, serta instansi terkait dibidang lingkungan,” tambah Laode. Hal lain yang terungkap adalah sebagian besar satwa sitaan ini adalah yang hendak dibawa keluar, biasanya didapat dibandara atau pelabuan laut Jayapura.

“Khusus tumbuhan paling banyak itu taman anggrek, biasanya orang jual keluar daerah,”sambungnya. Dan hasil penelitian tim BKKSDA satwa yang sangat langka di Papua saat ini ada dua jenis yaitu landak dan ular bulan. “Dua satwa tersebut sudah sangat jarang ditemukan di alam liar. Pun juga dengan satwa lainnya seperti Burung Cenderawasih maupun Kasuari,”  bebernya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya