Dari Jualan Pinang di Koya Koso, Mama Paldo Hidupi Enam Anak
Dalam setiap usaha dan kerja yang dilakukan, bila dilakukan dengan tekun dan sepenuh hati, tentu bisa melahirkan sesuatu yang luar biasa. Seperti halnya Mama Paldo, yang dari berjualan pinang, mampu membiayai sekolah anaknya hingga lulus menjadi seorang sarjana. Lantas seperti apa perjuangan usahanya selama ini?
Laporan: Noel Wenda_Jayapura
Membiayai anak untuk sekolah menjadi tanggung jawab setiap orang tua agar melihat anaknya sukses kelak dan berhasil. Hal ini tentu menjadi pergumulan orang tua, sehingga mereka berupaya untuk bekerja keras tidak hanya sebagai pekerja kantor tetapi juga pengusaha dan bidang usaha lainnya.
Mama Paldo Wanena, perempuan Papua pekerja keras yang berjualan pinang selama 13 tahun di pinggiran jalan Kampung koya koso Distrik Abepura, menekuni usahanya ini demi kelangsungan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya.
Siang itu, Cenderawasih Pos menemui mama Paldo di pinggir jalan tempatnya berjualan, Dengan sedikit canda dia pun menyapa dengan ramah menyambut kami yang sempat membeli beberapa tumpukan pinang yang dijual terpisah dengan oki yang dijualnya.
Wanita asli suku Lanny itu sudah berusia 39 tahun. Dia memiliki 2 orang anak perempuan Panimo Wanena berusia 13 tahun dan laki-laki Paldo Wanena berusia 7 Tahun, dan 4 saudara laki-laki. Ia mengaku , meskipun usianya masih terbilang muda, namun sudah memiliki anak enam.
Karena besarnya kebutuhan hidup itu, ia mengaku tidak bisa melepaskan aktivitas berjualan pinang demi menyambung hidup dan biaya sekolah anaknya. “Saya sudah 13 tahun menjual pinang di sini,” kata mama Paldo.
Di usia ini, semangat mama paldo berjualan pinang tak pernah surut. Hasil jualan pinangnya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan biaya sekolah anak – anaknya.
Lebih lanjut ia bercerita biasanya setelah bangun pagi, jam 06 dia membuat sarapan untuk keluarga. Setelah itu, Ia harus ke kebun potong pinang, sirih dan untuk dijual di pondok pinangnya yang berada di depan jalan Koya Koso.
“Kami berjualan dari pagi jam 6 keluar dan kami pulang jam 09 malam. Kalau pinang laku cepat kita pulang jam 07 , dan jualan kami 1 hari kalo pembeli ramai kita biasa dapat 300.000 kalo pembeli sepi kita dapat hanya 150.000 saja,” kata mama Paldo,
Mama paldo berjualan pinang sejak tahun 2009. Saat itu dia mama paldo cerita dulu ia menjual di pinggir pondok masing –masing, tetapi pemerintah bantu bangun tempat jaulan pinang dengan cukup baik, terlindung dari panas dan mata hari.
“Sore hari kita jual sayur-sayur dan jagung bakar dan lain-lain setiap sore di tepi jalan.” ungkapnya.
Dari hasil jualannya tersebut, ia mengaku telah berhasil menyekolahkan anaknya bahkan anaknya pertamanya yang bernama Paldo Wenane telah lulus kuliah dan mendapat gelar S1.
Ia bercerita dalam proses sekolah anak-anaknya dirinya harus menabung secara baik untuk memberikan biaya sekolah di tengah tuntutan keluarga dan budaya Papua yang lebih cenderung boros. Untuk itu setiap kali berjualan Ia terus menyisihkan beberapa dari hasil penjualannya untuk biaya sekolah dan selanjutnya untuk biaya makan keluarga.
“Kita semua ini tidak kerja kantor, tapi kita bisa menyekolahkan anak kita dan itu saya rasa sendiri jadi yang penting bagaimana berharap kepada Tuhan tidak bersungut-sungut rajin bekerja dan bisa menyisihkan uang untuk anak sekolah,” ujarnya.
Ia pun berharap untuk tempat jualan agar kedepannya bisa dibangun permanen, sehingga mama-mama bisa mendapat tempat yang lebih layak dan pembeli juga nyaman saat datang ke tempat jualan pinangnya ini. Saat ini, untuk penjual bisa bisa berteduh dari panas dan hujan, sementara pembeli belum bisa.
“Kami harapkan bisa ada tempat jualan yang dibangun permanen supaya kita bisa jualan dengan nyaman, pembeli juga bisa singgah saat hujan dan panas,” katanya. (*/tri)