Diakuinya selama pelatihan hal yang berat penyesuaian penggunaan mesin. Sebab selain dirinya yang tidak punya pengalaman menjahit, sehingga harus beradaptasi. Namun dengan keuletannya mengikuti pelatihan tersebut, akhirnya bisa membuat sandal hotel. “Memang tidak mudah, tapi dengan pelatihan ini kami sudah mulai bisa beradaptasi dengan pola kerja mesin jahit listrik,” katanya.
Sebab sistem kerja mesin listrik berbeda jauh dengan mesin jahit manual. Namun hal itu baginya bukan kendala, tapi akan terbiasa dan bisa menghasilkan produk yang kualitas. “Semua bisa karena biasa, kami tidak pernah puas untuk terus belajar,” ujarnya.
Diapun mengharapkan Kemensos tidak hanya memberikan pelsaihan menjahit, tapi ada pelatihan management keuangan terutama sistem pemasaran. “Karena boleh saja kita tau menjahit, tapi kalau tidak tau cara menjual, apalagi saat ini, semua penjualan serba teknologi, sehingga kami harap ada pelatihan pemasaran,” harapnya.
Para peserta pelatihan ini selanjutnya akan bekerja memproduksi sandal hotel, untuk diedarkan di setiap hotel. “Rencananya setelah pelatihan, kami bersama BBPPKS Jayapura, akan mengatur mekanisme terkait tindak lanjut dari pelatihan ini,” ujar Direktur PPPW Meri Apiem.
Untuk peserta PPPW lanjutnya akan disiapkan tempat produksi khusus. Hal itupun akan berkerjasama dengan pihak BBPPKS. “Karena mesin jahit pelatihan ini diberikan kepada peserta, tapi dalam bentuk kelompok, jadi setelah pelatihan mereka (Peserta PPPW red) masih bekerja secara kelompok,” jelasnya.
Sementara itu Kepala BBPPKS Jayapura John H. Mampioper mengatakan setelah pelatihan, hasil praktek peserta pelatihan akan didistribusikan ke mitra kerja dalam hal ini ke setiap hotel. Selain itu peserta pelatihan akan diberikan pelatihan manangement keuangan. Seperti teknik pemasaran terutama digital.
“Pada prinsipnya pelatihan ini tidak sampai disini, tapi bagaimana karya mereka ini bisa menghasilkan uang, sehingga harus belajar cara pemasaran,” kata John.