Jejak Abisai Rollo Menghidupkan Kembali Peradaban di Wilayah Perbatasan RI-PNG
Wali Kota Abisai Rollo, tak hanya jadi orang nomor satu di Kota Jayapura saat ini. Dulunya, Abisai Rollo muda pernah menjadi pelaku sejarah, dalam mengupayakan kembalinya peradaban masyarakat adat warga Mosso yang sempat hilang.
Laporan: Mustakim Ali_Jayapura
Tidak banyak yang tahu, Wali Kota Jayapura, Abisai Rollo, bukan hanya seorang pemimpin politik, melainkan juga bagian dari sejarah panjang perjalanan masyarakat adat di wilayah perbatasan.
Kisah keterlibatannya dalam membangkitkan kembali peradaban Kampung Mosso, satu kampung di ujung batas Republik Indonesia dan Papua Nugini (PNG), menjadi catatan penting bagi generasi saat ini.
Puluhan tahun silam, tepatnya ketika gejolak politik di perbatasan RI-PNG memanas, masyarakat Mosso terpaksa meninggalkan tanah leluhur mereka. Mereka memilih menetap di Kampung Nyao, Provinsi Wanimo Green, PNG, dan perlahan-lahan menyatu sebagai warga negara di seberang batas itu.
Namun, pada akhir 1990-an, harapan baru muncul. Abisai Rollo, kala itu masih dikenal sebagai tokoh muda adat dari Kampung Skouw Yambe, merasa terpanggil untuk mengembalikan warga Mosso ke tanah asal mereka.
“Saya waktu itu buka perusahaan kayu di daerah Skouw. Dari situ, kami mulai membuka jalan ke bekas pemukiman Mosso yang lama,” kenang Abisai.
Tidak berhenti di situ, ia kemudian melakukan perjalanan penuh risiko. Seorang diri ia menembus hutan belantara menuju Kampung Nyao. Perjalanan itu bukan sekadar langkah fisik, melainkan panggilan batin seorang anak adat untuk mempertemukan kembali masyarakatnya dengan tanah leluhur.
“Saya bawa pulang beberapa orang. Ada Pak Carels Foa yang sekarang menjadi Ondoafi Mosso, almarhum Abraham, almarhum Agus, dan Dominggus Foa. Mereka pulang dengan prosesi adat, menandai kembalinya kehidupan di tanah ini,” tuturnya.