Sunday, June 30, 2024
27.7 C
Jayapura

Ada Syarat Khusus, Keterangan dari Psikolog atau Dokter Terkait Keterbatasan

Melihat Kesiapan Sekolah Luar Biasa (SLB) Dalam Penerimaan Siswa Baru Baru (Bagian I)

Memasuki awal tahun ajaran baru sejumlah sekolah membuka penerimaan peserta didik baru, tak hanya sekolah umu, Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Jayapura juga melakukan penerimaan peserta didik baru.

Laporan: Jimianus Karlodi_JAYAPURA

Mendidik siswa berkebutuhan khusus, bagi seorang guru memanglah tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Tidak jarang ada guru yang merasa bingung dan frustasi yang pada akhirnya tidak memperhatikan sejauh mana perkembangan anak tersebut.

  Hal itu dirasakan beberapa sekolah di Kota Jayapura yaitu SLB Negeri Pembina Provinsi Papua yang berlokasi di  Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura dan SLB Negeri I Jayapura yang terletak di Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura, Papua.

  Sebagai tenaga pendidik, guru juga bertanggungjawab tidak hanya kemampuan kognitif dari anak berkebutuhan khusus, tapi juga bertanggungjawab membentuk mental dan karakter si anak. Dengan begitu, harapan tumbuhnya rasa percaya diri dari anak berkebutuhan khusus bisa meminimalisir atau bahkan menghilangkan perundungan yang dialaminya.

  Untuk itu Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025 untuk jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) sementara berjalan. Berbeda dengan jalur PPDB lainnya, pendaftaran SLB dilakukan secara   langsung ke sekolah tujuan.

  Saat disambangi Cenderawasih Pos, Selasa (25/6) kedua sekolah tersebut tanpak sepi tidak seperti sekolah pada umumnya. yang mendaftar dapat kita hitung dengan jari. Sementara itu dalam ruangan tanpak guru-guru sibuk dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Baca Juga :  Permintaan Tiket di Lion Group Masih Normal

   Wakil Kepala sekolah (Wakasek) SLB Negeri Pembina Provinsi Papua, Sunarty menyampaikan bahwa hingga saat ini, saat pembukaan pendaftaran, Selasa (18/6) murid yang terdaftar berjumlah 12 orang, Jumlah tersebut termasuk jumlah keseluruhan dari TK, SD, SMP dan SMA, kuota yang dibutuhkan sekira 20 orang. Sementara itu, untuk penutupan pendaftaran tinggal dua hari lagi, yakni pada, Jumat (28/6) nanti.

   Disebutkannya angka tersebut sudah termasuk banyak, karena kalau dibandingkan dengan sekolah pada umumnya, itu bisa dibandingkan 1 berbanding 10. Satu sekolah SLB dan 10 sekolah umumnya. Kemudian untuk pendaftaran di sekolah tidak di pungut biaya, kalaupun ada itu, hanya untuk biaya administrasi semata.  Akan tetapi Sunarty jelaskan bahwa siswa hanya siapkan biaya untuk Psikologi, uang komite, kemudian untuk seragam kain batik yang telah disediakan sekolah.

  Sunarty kemudian menjelaskan, untuk TK hingga saat ini belum ada yang terdaftar, sementara itu, untuk SD 2 orang, SMP 5 orang dan SMA 1 orang. “Untuk sampai hari ini, baru beberapa hari, dari tanggal 18 kita buka sampai saat ini delapan siswa,” kata Sunarty kepada Cenderawasih Pos, Selasa (25/6).

Baca Juga :  Tinggal Berharap Pemasukan dari  Retribusi Los dan Kamar Mandi

   Disampaikannya untuk proses pembelajaran hampir sama dengan sekolah pada umumnya, walaupun ada perbedaannya tetapi tidak signifikan. Tidak hanya itu, untuk pendaftaran juga tidak beda jauh, yang membedakan itu hanya surat keterangan resmi dari psikolog atau surat keterangan resmi dari dokter terkait dengan keterbatasan yang dimiliki siswa.

   “Kalau anak mendaftar itu harus ada surat ketunaan dari psikolog, kalau tuna netra, harus dari dokter mata, kalau tunadaksa bisa dokter umum, supaya kita tau IQ nya berapa supaya pelayanan juga sesuai dengan kemampuan anak,” bebernya.

  Lanjut Dia, siswa yang daftar sekolah di SLB itu didominasi oleh siswa Tuna Grahita kemudian disusul Autis dan tuna rungu. Diapun menjelaskan lebih detail terkait dengan ketiga kebutuhan khusus tersebut, yang Pertama, Tunagrahita merupakan kondisi ketika seseorang mengalami keterbelakangan mental.

   Kemudian yang Kedua, Autis merupakan kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi bagaimana seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan hal-hal di sekitarnya. Kata Dia, seseorang dengan autisme harus bekerja lebih keras untuk beradaptasi dengan lingkungannya, mengingat kondisi ini diidap seumur hidup.

  Dan Terakhir,   Tunarungu adalah anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali.

Melihat Kesiapan Sekolah Luar Biasa (SLB) Dalam Penerimaan Siswa Baru Baru (Bagian I)

Memasuki awal tahun ajaran baru sejumlah sekolah membuka penerimaan peserta didik baru, tak hanya sekolah umu, Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Jayapura juga melakukan penerimaan peserta didik baru.

Laporan: Jimianus Karlodi_JAYAPURA

Mendidik siswa berkebutuhan khusus, bagi seorang guru memanglah tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Tidak jarang ada guru yang merasa bingung dan frustasi yang pada akhirnya tidak memperhatikan sejauh mana perkembangan anak tersebut.

  Hal itu dirasakan beberapa sekolah di Kota Jayapura yaitu SLB Negeri Pembina Provinsi Papua yang berlokasi di  Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura dan SLB Negeri I Jayapura yang terletak di Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura, Papua.

  Sebagai tenaga pendidik, guru juga bertanggungjawab tidak hanya kemampuan kognitif dari anak berkebutuhan khusus, tapi juga bertanggungjawab membentuk mental dan karakter si anak. Dengan begitu, harapan tumbuhnya rasa percaya diri dari anak berkebutuhan khusus bisa meminimalisir atau bahkan menghilangkan perundungan yang dialaminya.

  Untuk itu Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025 untuk jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) sementara berjalan. Berbeda dengan jalur PPDB lainnya, pendaftaran SLB dilakukan secara   langsung ke sekolah tujuan.

  Saat disambangi Cenderawasih Pos, Selasa (25/6) kedua sekolah tersebut tanpak sepi tidak seperti sekolah pada umumnya. yang mendaftar dapat kita hitung dengan jari. Sementara itu dalam ruangan tanpak guru-guru sibuk dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Baca Juga :  Juni, Dana Pengamanan Pilkada TNI-Polri Dicairkan

   Wakil Kepala sekolah (Wakasek) SLB Negeri Pembina Provinsi Papua, Sunarty menyampaikan bahwa hingga saat ini, saat pembukaan pendaftaran, Selasa (18/6) murid yang terdaftar berjumlah 12 orang, Jumlah tersebut termasuk jumlah keseluruhan dari TK, SD, SMP dan SMA, kuota yang dibutuhkan sekira 20 orang. Sementara itu, untuk penutupan pendaftaran tinggal dua hari lagi, yakni pada, Jumat (28/6) nanti.

   Disebutkannya angka tersebut sudah termasuk banyak, karena kalau dibandingkan dengan sekolah pada umumnya, itu bisa dibandingkan 1 berbanding 10. Satu sekolah SLB dan 10 sekolah umumnya. Kemudian untuk pendaftaran di sekolah tidak di pungut biaya, kalaupun ada itu, hanya untuk biaya administrasi semata.  Akan tetapi Sunarty jelaskan bahwa siswa hanya siapkan biaya untuk Psikologi, uang komite, kemudian untuk seragam kain batik yang telah disediakan sekolah.

  Sunarty kemudian menjelaskan, untuk TK hingga saat ini belum ada yang terdaftar, sementara itu, untuk SD 2 orang, SMP 5 orang dan SMA 1 orang. “Untuk sampai hari ini, baru beberapa hari, dari tanggal 18 kita buka sampai saat ini delapan siswa,” kata Sunarty kepada Cenderawasih Pos, Selasa (25/6).

Baca Juga :  Club Motor Perlu Menjadi Tauladan Bagi Warga

   Disampaikannya untuk proses pembelajaran hampir sama dengan sekolah pada umumnya, walaupun ada perbedaannya tetapi tidak signifikan. Tidak hanya itu, untuk pendaftaran juga tidak beda jauh, yang membedakan itu hanya surat keterangan resmi dari psikolog atau surat keterangan resmi dari dokter terkait dengan keterbatasan yang dimiliki siswa.

   “Kalau anak mendaftar itu harus ada surat ketunaan dari psikolog, kalau tuna netra, harus dari dokter mata, kalau tunadaksa bisa dokter umum, supaya kita tau IQ nya berapa supaya pelayanan juga sesuai dengan kemampuan anak,” bebernya.

  Lanjut Dia, siswa yang daftar sekolah di SLB itu didominasi oleh siswa Tuna Grahita kemudian disusul Autis dan tuna rungu. Diapun menjelaskan lebih detail terkait dengan ketiga kebutuhan khusus tersebut, yang Pertama, Tunagrahita merupakan kondisi ketika seseorang mengalami keterbelakangan mental.

   Kemudian yang Kedua, Autis merupakan kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi bagaimana seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan hal-hal di sekitarnya. Kata Dia, seseorang dengan autisme harus bekerja lebih keras untuk beradaptasi dengan lingkungannya, mengingat kondisi ini diidap seumur hidup.

  Dan Terakhir,   Tunarungu adalah anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya