Emma Awinero-Tjoe Sosok Wanita Renta yang Komitmen Melestarikan Bahasa Nafri
Meski sudah memasuki usia senja, 75 tahun, namun Mama Emma Awinero-Tjoe tidak mengenal lelah ajarkan anak-anak kampung Nafri lestarikan bahasa lokal. Hal ini supaya bahasa daerah ini tidak hilang atau punah penuturnya, seperti sejumlah bahasa daerah di Papua lainnya.
Laporan: Jimianus Karlodi- Jayapura
Di sebuah sudut tenang di Kota Jayapura, tepatnya di sebuah perkampungan yang dikelilingi perbukitan, pepohonan hijau dan pemandangan teluk Youtefa, seorang wanita lanjut usia (lansia) menapaki usia senja dengan satu tekad, melestarikan bahasa daerah Nafri.
Dia adalah Mama Emma Awinero-Tjoe. Meski bukan tokoh terkenal atau pemuka masyarakat yang terkenal di Kota Jayapura, namun kisah hidupnya menyimpan pelajaran berharga bagi siapa pun yang mendambakan hidup yang sederhana namun bermakna.
Mama Emma Awinero-Tjoe dalah Sosok Perempuan multi-talent dari Kampung Nafri Kota Jayapura. Ia adalah seorang budayawan dan seniman yang memiliki kemampuan menggunakan lima (5) bahasa.
Setiap hari perempuan yang akrab disapa Mama Emma itu, bekerja sebagai penutur bahasa lokal kampung Nafri. Meski memasuki usia 75 tahun, rasa lelah dan mengeluh sepertinya tidak nampak dari raut wajah perempuan kelahiran, Sentani, 08 April 1950 untuk terus meluangkan waktunya berbagi, mengajarkan kepada anak-anak cucunya di Tanah Port-Numbay khususnya di Kampung Nafri tentang seni dan budaya.
Pekerjaan itu telah ia tekuni selama lebih dari 10 tahun sejak 2015 lalu, melalui sanggar miliknya Fufe Mbea (bahasa kampung Nafri) yang artinya Satu Hati.