Monday, April 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Drama Jelang Kelahiran di Tepi Laut Jadi Pemicunya

Solusi buat Ibu Hamil untuk Tekan Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu di Indonesia masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup. Keprihatinan itu memicu lahirnya inisiatif untuk membuat layanan telemedisin kehamilan.

FERLYNDA PUTRI, Jakarta

SPEEDBOAT yang bertemu dengan orang yang akan melahirkan itu tak bisa bersandar di dekat pantai. Air laut sedang surut. Sang ibu hamil pun harus digotong ramai-ramai ke tengah laut.

Perempuan tersebut sudah cukup tua untuk melahirkan. Usianya di atas 35 tahun. Selain itu, pemeriksaan, plasenta atau ari-arinya untuk menutup jalan lahir. Meski pembukaan sudah lengkap, bayi tidak kunjung keluar. Satu-satunya jalan adalah operasi.

Padahal, rumah sakit dengan pulau tempat ibu itu sekitar 1 jam perjalanan dengan menaiki speedboat. Seandainya ibu tersebut sudah diberi tahu harus merapat ke rumah sakit terdekat sebelum waktunya lahir, mungkin perlu ada drama seperti kecemasan di tepi laut pada akhir Februari lalu.

Kejadian itulah yang menjadi salah satu pencetus lahirnya Hamilku.id. Dokter Sonny Fadli SpOG, sang inisiator, merasa resah karena seharusnya kejadian seperti itu bisa dilakukan. Dengan begitu, lahir dengan risiko dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.

Kejadian di daerah terluar dan biasanya memang tak terlepas dari masalah akses. Sonny yang pernah disimpan di Mamberamo, Papua, merasakan hal yang sama ketika ditempatkan di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, setahun terakhir. Jumlah tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan tak sebanyak di Jawa. akibatnya, risiko meningkat.

Jumlah pasien yang datang sebanyak ketika praktik di Jawa. ”Begitu ada pasien, yang datang terlambat,” kata Sonny kepada Jawa Pos kemarin (21/12).

Dari sini dia berkonstruk dengan beberapa teman dokter. Telemedisin merupakan salah satu opsi solusi. Di luar negeri, telemedisin memang sudah biasa digunakan. Namun, bagaimana jika itu diterapkan di Indonesia, negara dengan angka kematian ibu masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup?

Baca Juga :  Perlu Strategi Lebih Tangani Ganja, Sosialisasi Lewat Gereja Dianggap Efektif

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya, mengumpulkan beberapa orang untuk mewujudkan gagasan tersebut menjadi sebuah solusi. Aplikasi untuk ibu hamil harus diwujudkan. Dia memilih telemedisin karena tak menemukan cara lain yang lebih mudah dan cepat ditempatkan di tempat yang tepat di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sekitar Juni, lahirlah Hamilku.id sebagai domain inti. Lalu, ada tiga subdomain: Bidan.Hamilku.id untuk bidan, Dokter.Hamilku.id untuk dokter umum, dan Obgyn.Hamilku.id. ”Sementara untuk dokter umum dan bidan,” kata Sonny.

Saat ini Hamilku.id baru berupa website sehingga dapat diakses melalui komputer maupun handphone. Ketika ada kasus gawat, bidan atau dokter umum bisa perawatan dengan spesialis kandungan.

Tahap awal, bidan atau dokter umum memasukkan data kondisi pasien. Paling baik ketika mulai trimester pertama. Jadi, kondisi pasien terpantau. Dari sini, dokter spesiais kandungan akan membuatkan skrining risiko.

Sejak Juni, ada 50 ibu hamil. Seluruhnya merupakan pasien dari dokter umum dan bidan di empat puskesmas di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sementara itu, dokter spesialis kandungannya baru Sonny.

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, memang baru ada tiga spesialis konten dan salah satunya adalah Sonny. ”Ini kan masih sidang. Jadi, sementara saya menyerahkan ke bidan-bidan puskesmas di wilayah rumah sakit tempat saya praktik,” ungkap dokter yang berpraktik di RSUD Tarempa tersebut.

Bidan di puskesmas bertugas melakukan skrining. Jika tak ada risiko, pemeriksaan hingga persalinan cukup dilakukan di bidan. Jika ada risiko sedang, bisa terhubung dengan dokter umum. Lalu, jika ternyata memiliki riwayat risiko yang berat, pasien bisa ditangani spesialis kandungan.

Baca Juga :  Terlambat Kirim Dapodik Tak Dapat Dana BOS,  Tenaga Guru juga Masih Kurang

Di daerah, spesialis kandungan acap kali hanya ditemui di rumah sakit daerah. Jika jangkauan rumah sakitnya luas atau geografisnya susah, bidan otomatis menjadi ujung tombak. Lalu, ketika mendekati persalinan, ibu hamil bisa mendekat ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis kandungan.

Pada saat percobaan ini, ternyata Hamilku.id bisa membantu pengawasan Covid-19 terhadap ibu hamil. Misalnya, jika terdapat riwayat ibu hamil belum divaksin, Sonny akan memberikan pengingat dan rekomendasi untuk segera mendapat vaksin Covid-19.

Seharusnya tepat pada Hari Ibu hari ini aplikasi tersebut sudah bisa diakses secara luas. Sayangnya, pada awal Desember terjadi kebakaran di Gedung Cyber, Jakarta, yang akhirnya mengakibatkan gangguan pada sistem aplikasi Hamilku.id. ”Launching-nya jadi mundur Januari,” jelasnya.

Namun, Sonny dkk jadi memiliki waktu untuk mengembangkan aplikasi. Saat ini baru ada integrasi komunikasi antara dokter spesialis kandungan, dokter umum, dan bidan. Ke depan, dikembangkan fitur komunikasi dengan ibu hamil. ”Pengembangan masih terus dilakukan,” ujarnya.

Sonny juga telah menghubungi sejawatnya di beberapa rumah sakit di Jember, Banyuwangi, Malang, dan Sidoarjo. Suami dari dr Zettira Maulida SpOG itu ingin agar Hamilku.id memberikan manfaat lebih luas. ”Harapannya nanti, lebih banyak yang merasakan manfaatnya,” tuturnya.

Angka kematian ibu yang tinggi, menurut Sonny, bisa diatasi. Kuncinya adalah memberikan pelayanan yang cepat sehingga kasus kegawatan pada ibu hamil dapat segera ditangani. Dengan demikian, kejadian yang dialami si ibu pada akhir Februari lalu itu tak terulang. Beruntung, ibu dan bayinya akhirnya selamat. (*/c14/ttg/JPG)

Solusi buat Ibu Hamil untuk Tekan Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu di Indonesia masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup. Keprihatinan itu memicu lahirnya inisiatif untuk membuat layanan telemedisin kehamilan.

FERLYNDA PUTRI, Jakarta

SPEEDBOAT yang bertemu dengan orang yang akan melahirkan itu tak bisa bersandar di dekat pantai. Air laut sedang surut. Sang ibu hamil pun harus digotong ramai-ramai ke tengah laut.

Perempuan tersebut sudah cukup tua untuk melahirkan. Usianya di atas 35 tahun. Selain itu, pemeriksaan, plasenta atau ari-arinya untuk menutup jalan lahir. Meski pembukaan sudah lengkap, bayi tidak kunjung keluar. Satu-satunya jalan adalah operasi.

Padahal, rumah sakit dengan pulau tempat ibu itu sekitar 1 jam perjalanan dengan menaiki speedboat. Seandainya ibu tersebut sudah diberi tahu harus merapat ke rumah sakit terdekat sebelum waktunya lahir, mungkin perlu ada drama seperti kecemasan di tepi laut pada akhir Februari lalu.

Kejadian itulah yang menjadi salah satu pencetus lahirnya Hamilku.id. Dokter Sonny Fadli SpOG, sang inisiator, merasa resah karena seharusnya kejadian seperti itu bisa dilakukan. Dengan begitu, lahir dengan risiko dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.

Kejadian di daerah terluar dan biasanya memang tak terlepas dari masalah akses. Sonny yang pernah disimpan di Mamberamo, Papua, merasakan hal yang sama ketika ditempatkan di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, setahun terakhir. Jumlah tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan tak sebanyak di Jawa. akibatnya, risiko meningkat.

Jumlah pasien yang datang sebanyak ketika praktik di Jawa. ”Begitu ada pasien, yang datang terlambat,” kata Sonny kepada Jawa Pos kemarin (21/12).

Dari sini dia berkonstruk dengan beberapa teman dokter. Telemedisin merupakan salah satu opsi solusi. Di luar negeri, telemedisin memang sudah biasa digunakan. Namun, bagaimana jika itu diterapkan di Indonesia, negara dengan angka kematian ibu masih 305 orang per 100 ribu kelahiran hidup?

Baca Juga :  Menjadi Mediator Berarti Harus Siap Dikambinghitamkan

Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya, mengumpulkan beberapa orang untuk mewujudkan gagasan tersebut menjadi sebuah solusi. Aplikasi untuk ibu hamil harus diwujudkan. Dia memilih telemedisin karena tak menemukan cara lain yang lebih mudah dan cepat ditempatkan di tempat yang tepat di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sekitar Juni, lahirlah Hamilku.id sebagai domain inti. Lalu, ada tiga subdomain: Bidan.Hamilku.id untuk bidan, Dokter.Hamilku.id untuk dokter umum, dan Obgyn.Hamilku.id. ”Sementara untuk dokter umum dan bidan,” kata Sonny.

Saat ini Hamilku.id baru berupa website sehingga dapat diakses melalui komputer maupun handphone. Ketika ada kasus gawat, bidan atau dokter umum bisa perawatan dengan spesialis kandungan.

Tahap awal, bidan atau dokter umum memasukkan data kondisi pasien. Paling baik ketika mulai trimester pertama. Jadi, kondisi pasien terpantau. Dari sini, dokter spesiais kandungan akan membuatkan skrining risiko.

Sejak Juni, ada 50 ibu hamil. Seluruhnya merupakan pasien dari dokter umum dan bidan di empat puskesmas di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sementara itu, dokter spesialis kandungannya baru Sonny.

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, memang baru ada tiga spesialis konten dan salah satunya adalah Sonny. ”Ini kan masih sidang. Jadi, sementara saya menyerahkan ke bidan-bidan puskesmas di wilayah rumah sakit tempat saya praktik,” ungkap dokter yang berpraktik di RSUD Tarempa tersebut.

Bidan di puskesmas bertugas melakukan skrining. Jika tak ada risiko, pemeriksaan hingga persalinan cukup dilakukan di bidan. Jika ada risiko sedang, bisa terhubung dengan dokter umum. Lalu, jika ternyata memiliki riwayat risiko yang berat, pasien bisa ditangani spesialis kandungan.

Baca Juga :  Tak Lagi Layani Pasien KPS, Ada Dokter Anak Kerja 6 Bulan Terima Rp 3 Juta

Di daerah, spesialis kandungan acap kali hanya ditemui di rumah sakit daerah. Jika jangkauan rumah sakitnya luas atau geografisnya susah, bidan otomatis menjadi ujung tombak. Lalu, ketika mendekati persalinan, ibu hamil bisa mendekat ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis kandungan.

Pada saat percobaan ini, ternyata Hamilku.id bisa membantu pengawasan Covid-19 terhadap ibu hamil. Misalnya, jika terdapat riwayat ibu hamil belum divaksin, Sonny akan memberikan pengingat dan rekomendasi untuk segera mendapat vaksin Covid-19.

Seharusnya tepat pada Hari Ibu hari ini aplikasi tersebut sudah bisa diakses secara luas. Sayangnya, pada awal Desember terjadi kebakaran di Gedung Cyber, Jakarta, yang akhirnya mengakibatkan gangguan pada sistem aplikasi Hamilku.id. ”Launching-nya jadi mundur Januari,” jelasnya.

Namun, Sonny dkk jadi memiliki waktu untuk mengembangkan aplikasi. Saat ini baru ada integrasi komunikasi antara dokter spesialis kandungan, dokter umum, dan bidan. Ke depan, dikembangkan fitur komunikasi dengan ibu hamil. ”Pengembangan masih terus dilakukan,” ujarnya.

Sonny juga telah menghubungi sejawatnya di beberapa rumah sakit di Jember, Banyuwangi, Malang, dan Sidoarjo. Suami dari dr Zettira Maulida SpOG itu ingin agar Hamilku.id memberikan manfaat lebih luas. ”Harapannya nanti, lebih banyak yang merasakan manfaatnya,” tuturnya.

Angka kematian ibu yang tinggi, menurut Sonny, bisa diatasi. Kuncinya adalah memberikan pelayanan yang cepat sehingga kasus kegawatan pada ibu hamil dapat segera ditangani. Dengan demikian, kejadian yang dialami si ibu pada akhir Februari lalu itu tak terulang. Beruntung, ibu dan bayinya akhirnya selamat. (*/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya