Sunday, April 28, 2024
29.7 C
Jayapura

Adopsi Empat Balita Asal Papua, Berharap Berguna Bagi Nusa dan Bangsa

Ketika Mantan Danlantamal X Jayapura  Brigjend TNI (Mar) Feryanto Marpaung Pindah Tugas

Nahkoda kepemimpinan Lantamal X Jayapura secara resmi telah diserahterimakan dari pejabat lama Brigjen TNI (Mar) Feryanto P. Marpaung kepada pejabat yang baru Brigjen TNI (Mar) Ludi Prastyono, M.Tr. Opsla. Mengakhir tugas di Papua, Brigjen Feryanto Marpaung pamit kepada seluruh jajaran Lantamal X Jayapura, Senin (17/4).

Laporan: Gamel Abdel Naser_Jayapura

Upacara Sertijab Danlantamal X Jayapura yang dipimpin oleh Pangkoarmada III Laksda TNI Agus Hariadi, M.Han sebenarnya sudah dilaksanakan di Mako Koarmada III kelurahan Majener Katapop Sorong Papua Barat Daya,  Jum’at (14/4).

   Namun rangkaian Sertijab ini masih berlanjut dengan agenda Exit Brifing dan Entry Brifing, serta Pelepasan dan Penyerahan (Kemudi) Simbol penyerahan Nahkoda kepemimpinan Lantamal X dengan upacara Tradisi “Farewell”di Mako Lantamal X Jayapura Jalan Amphibi No.1 Hamadi Jayapura, Senin (17/4) pagi kemarin.

   Sebuah pemandangan tak biasa terlihat pada apel exit briefing pelepasan Danlantamal X pagi kemarin. Dimana,  di tengah ratusan pasukan terlihat Danlantamal lama, Brigjend TNI (Mar) Feryanto Marpaung  bersama sang istri mengapit empat balita yang semua anak asli Papua. Bahkan jenderal bintang satu ini membawa serta keempat anak tersebut ke lapangan apel saat berpamitan.

    Feryanto meminta izin harus mengakhiri tugasnya di Lantamal X dan ia digantikan oleh Brigjend TNI (Mar) Ludi Prastyono. Dalam apel tersebut ia menyempatkan menjelaskan soal keempat anak tersebut. “Ada program kami berkunjung ke panti – panti. Biasa saya dengan istri juga berinisiatif keliling jalan sendiri  dan saat mendatangi salah satu panti, saya dan istri menemukan satu anak yang kondisinya tidak sehat. Demam tinggi. Setelah itu kami pulang,” kata Brigjend Feryanto.

Baca Juga :  Keliling 6 Kali/Bulan di Setiap Kelurahan, Minat Baca Anak-anak Lebih Tinggi

    Namun beberapa hari kemudian keduanya terpikir soal kondisi kesehatan balita berusia 3 tahun tersebut dan sepekan kemudian ia dan istrinya mencoba kembali ke panti tadi dan ternyata anak yang diberi nama Ucok ini masih dalam kondisi demam tinggi. “Saya membayangkan selama  1 minggu ia tersiksa karena sakit dan saya bersama istri meminta izin kepada pengurus panti membawa anak tadi ke rumah sakit,” ceritanya.

   Hasilnya cukup mencengangkan dimana kata  Brigjend Feryanto ternyata anak laki – laki yang memiliki darah Wamena – Yahukimo ini sakit malaria sudah stadium 4.

   “Di dalam darahnya banyak sekali bibit malarianya. Lalu kami obati opname 1 minggu dan bersyukur sekarang sudah baik,” tambah Feryanto. Bahkan untuk merawat anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya itu sang istri, sampai harus tinggal di rumah sakit untuk mengawal pengobatan. “Istri saya sampai harus tidur dengan Ucok ini, bahkan satu ranjang  untuk menjaga,”  bebernya.

Baca Juga :  Tinggal Pilih Paket Tour, Fasilitas dan Pelayanan Dijamin Memuaskan 

   Setelah sembuh ia bersama istri menanyakan riwayat sang anak, ternyata memang tidak lagi diurus oleh kedua orang tuanya. “Kami mengajukan adopsi ke panti dan disetujui termasuk meminta pengakuan lewat pengadilan dan suratnya dikabulkan, sehingga anak ini kini menjadi anak kami,” ucap Brigjend Feryanto.

   Namun karena balita tadi memiliki adik yang masih bayi akhirnya keduanya diurus untuk menjadi anak adopsi. “Lalu dua lagi kami temukan di panti berbeda. Ada yang yang masih 2 tahun dan saat itu batuk parah. Kami sempat curigai apakah TBC atau HIV lalu kami periksakan dan ternyata memang ada virus di paru-parunya, tapi bukan TBC,” katanya.

   Setelah itu Brigjend Feryanto kembali meminta izin ke pengurus panti untuk mengadopsi dan niat tersebut kembali disetujui. Sementara cerita dari satu anak lainnya adalah ketika ia kembali ke sebuah panti disitu ia mendapati seorang balita yang mengalami stunting dan busung lapar. Iapun bersama istri mengurus , memberikan nutrisi hingga saat ini sudah bisa tertawa dan lincah bermain.

   “Anak saya di Surabaya ada 4 dan dari Papua kami diberi anugerah untuk membawa 4 orang anak lagi dan itu sangat kami syukuri. Ini menjadi tanggungjawab kami dan mereka akan kami didik menjadi anak yang berguna bagi nusa bangsa,” tutup Brigjend Feryanto seraya berpamitan. (*/tri)

Ketika Mantan Danlantamal X Jayapura  Brigjend TNI (Mar) Feryanto Marpaung Pindah Tugas

Nahkoda kepemimpinan Lantamal X Jayapura secara resmi telah diserahterimakan dari pejabat lama Brigjen TNI (Mar) Feryanto P. Marpaung kepada pejabat yang baru Brigjen TNI (Mar) Ludi Prastyono, M.Tr. Opsla. Mengakhir tugas di Papua, Brigjen Feryanto Marpaung pamit kepada seluruh jajaran Lantamal X Jayapura, Senin (17/4).

Laporan: Gamel Abdel Naser_Jayapura

Upacara Sertijab Danlantamal X Jayapura yang dipimpin oleh Pangkoarmada III Laksda TNI Agus Hariadi, M.Han sebenarnya sudah dilaksanakan di Mako Koarmada III kelurahan Majener Katapop Sorong Papua Barat Daya,  Jum’at (14/4).

   Namun rangkaian Sertijab ini masih berlanjut dengan agenda Exit Brifing dan Entry Brifing, serta Pelepasan dan Penyerahan (Kemudi) Simbol penyerahan Nahkoda kepemimpinan Lantamal X dengan upacara Tradisi “Farewell”di Mako Lantamal X Jayapura Jalan Amphibi No.1 Hamadi Jayapura, Senin (17/4) pagi kemarin.

   Sebuah pemandangan tak biasa terlihat pada apel exit briefing pelepasan Danlantamal X pagi kemarin. Dimana,  di tengah ratusan pasukan terlihat Danlantamal lama, Brigjend TNI (Mar) Feryanto Marpaung  bersama sang istri mengapit empat balita yang semua anak asli Papua. Bahkan jenderal bintang satu ini membawa serta keempat anak tersebut ke lapangan apel saat berpamitan.

    Feryanto meminta izin harus mengakhiri tugasnya di Lantamal X dan ia digantikan oleh Brigjend TNI (Mar) Ludi Prastyono. Dalam apel tersebut ia menyempatkan menjelaskan soal keempat anak tersebut. “Ada program kami berkunjung ke panti – panti. Biasa saya dengan istri juga berinisiatif keliling jalan sendiri  dan saat mendatangi salah satu panti, saya dan istri menemukan satu anak yang kondisinya tidak sehat. Demam tinggi. Setelah itu kami pulang,” kata Brigjend Feryanto.

Baca Juga :  Akhirnya Palang Dibuka

    Namun beberapa hari kemudian keduanya terpikir soal kondisi kesehatan balita berusia 3 tahun tersebut dan sepekan kemudian ia dan istrinya mencoba kembali ke panti tadi dan ternyata anak yang diberi nama Ucok ini masih dalam kondisi demam tinggi. “Saya membayangkan selama  1 minggu ia tersiksa karena sakit dan saya bersama istri meminta izin kepada pengurus panti membawa anak tadi ke rumah sakit,” ceritanya.

   Hasilnya cukup mencengangkan dimana kata  Brigjend Feryanto ternyata anak laki – laki yang memiliki darah Wamena – Yahukimo ini sakit malaria sudah stadium 4.

   “Di dalam darahnya banyak sekali bibit malarianya. Lalu kami obati opname 1 minggu dan bersyukur sekarang sudah baik,” tambah Feryanto. Bahkan untuk merawat anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya itu sang istri, sampai harus tinggal di rumah sakit untuk mengawal pengobatan. “Istri saya sampai harus tidur dengan Ucok ini, bahkan satu ranjang  untuk menjaga,”  bebernya.

Baca Juga :  Pajak Daerah Pemprov Bertambah dari Lima Jenis Menjadi Tujuh Jenis 

   Setelah sembuh ia bersama istri menanyakan riwayat sang anak, ternyata memang tidak lagi diurus oleh kedua orang tuanya. “Kami mengajukan adopsi ke panti dan disetujui termasuk meminta pengakuan lewat pengadilan dan suratnya dikabulkan, sehingga anak ini kini menjadi anak kami,” ucap Brigjend Feryanto.

   Namun karena balita tadi memiliki adik yang masih bayi akhirnya keduanya diurus untuk menjadi anak adopsi. “Lalu dua lagi kami temukan di panti berbeda. Ada yang yang masih 2 tahun dan saat itu batuk parah. Kami sempat curigai apakah TBC atau HIV lalu kami periksakan dan ternyata memang ada virus di paru-parunya, tapi bukan TBC,” katanya.

   Setelah itu Brigjend Feryanto kembali meminta izin ke pengurus panti untuk mengadopsi dan niat tersebut kembali disetujui. Sementara cerita dari satu anak lainnya adalah ketika ia kembali ke sebuah panti disitu ia mendapati seorang balita yang mengalami stunting dan busung lapar. Iapun bersama istri mengurus , memberikan nutrisi hingga saat ini sudah bisa tertawa dan lincah bermain.

   “Anak saya di Surabaya ada 4 dan dari Papua kami diberi anugerah untuk membawa 4 orang anak lagi dan itu sangat kami syukuri. Ini menjadi tanggungjawab kami dan mereka akan kami didik menjadi anak yang berguna bagi nusa bangsa,” tutup Brigjend Feryanto seraya berpamitan. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya