Setelah itu, pernyataan dari Plt. Sekda Kota Jayapura, Evert Merauje yang menyebutkan akan menjaga dan mengambil tindakan tegas kepada pihak-pihak yang mengganggu aktivitas masyarakat dalam kaitan pemanfaatan TPU itu.
“Ada kekuatan di situ, sehingga hari ini bisa lihat sendiri sangat banyak yang datang,”ujarnya lega.
Ibu Sinta mengaku hanya memendam rasa rindu selama lebih dari satu bulan untuk tidak mendatangi tempat pemakaman itu. Padahal anaknya baru dimakamkan pada Mei lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Ibu Sinta mengaku, hampir setiap harinya hanya bisa meneteskan air mata bila merindukan sosok mendiang putranya yang sudah meninggal.
Selain berdoa, dirinya juga berharap kebaikan hati dari pemilik tanah untuk memperbolehkannya datang berziarah. “Jadi hari ini baru bisa datang, sejak hampir satu bulan lebih ini, saya sudah sangat rindu, pengin ketemu,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Setelah situasi dipastikan aman, dirinya bersama keluarga memberanikan diri datang. Betul saja, banyak masyarakat adat lalu lalang menjaga aktivitas para peziarah.”Alhamdulilah aman,” singkatnya.
Di tempat yang sama, Abdul Saleh seorang pria paro baya juga mendatangi pemakaman itu setelah sekian lama tidak datang berziarah ke makam orangtuanya. Dia mengaku, hati senang dan lega setelah pemilik ulayat membuka paksa palang TPU itu. “Kami berharap ke depan jangan sampai begini lagi,”ungkapnya.
Mereka mengaku tak lagi khawatir dengan ancaman yang dilakukan oknum tertentu terkait dengan pemanfaatan kembali TPU itu. Pasalnya, pemilik ulayat dari Suku besar Kaigere secara bergantian datang ke TPU melakukan penjagaan sambil berpatroli keliling. Mereka tidak saja berpatroli di TPU islam, tetapi juga kegiatan yang sama juga dilakukan di TPU Kristen.
“Kita senang, karena di atas tadi banyak masyarakat adat jaga, kita bisa ziarah dengan hati tenang,” ujarnya.
Untuk menjaga kegiatan masyarakat di TPU itu, pihak keluarga besar Kaigere turun dengan kekuatan penuh. Semua masyarakat adat tersebut berbagi waktu untuk melakukan penjagaan di sekitar lokasi TPU. Semua masyarakat adat yang bertugas menjaga lokasi TPU itu, pusat komandonya di kediaman Kepala Suku Kaigere.
“Kami yang berjaga disini, titik kumpul semua di rumah bapak kepala suku Kaigere, kami sudah siap mau terjadi apa saja disini,” ujar Trisie Kaigere. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos