Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Mahasiswa Diharap Menimba Ilmu Nilai-Nilai dari Gerakan Demokrasi Masa Lalu

Dari Kuliah Umum dan Bedah Buku Aldera Yang Digelar Universitas Cenderawasih

Universitas Cenderawasih (Uncen) menggelar kuliah umum dan bedah buku Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera)  yang menggambarkan pergerakan mahasiswa pada tahun 1993 sampai dengan 1999. Lantas apa saja yang terungkap?

Laporan: Noel IU Wenda_Jayapura

Sejumlah mahasiswa terlihat memadati kursi-kursi yang ada di tengah auditorium Uncen, Kamis (11/5) pekan kemarin. Merekat terlihat antusias untuk mengikuti kuliah umum  dan bedah buku Aliansi Rakyat Demokrasi yang berjudul Potret Gerakan Politik Kaum Muda Tahun 1993-1999. Isi buku ini mengggambarkan bagaimana kaum muda/mahasiswa melawan kediktatoran Orde Baru dibawa kepemimpinan Presiden Soeharto.

  Buku Aldera ini dibagikan langsung dalam kuliah umum oleh aktor pergerakan di masa itu, yakni Dr Pius Lustrilanang. Plt Rektor Uncen Dr Oscar Wambrauw yang hadir dalam kegiatan kuliah umum dan bedah buku ini memberikan apresiasi positif.

  “Pembelajaran yang ingin kita ambil dari kuliah Umum saat ini adalah para mahasiswa bisa melihat nilai-nilai dari pergerakan demokrasi itu seperti apa,” katanya di Audotorium Uncen,  Kamis, (11/5).

  Ia mengatakan dari diskusi tersebut banyak mahasiswa menanyakan pergerakan demokrasi pada saat itu dan apa semangat yang perlu dipegang oleh mahasiswa saat ini. “Yang disampaikan adalah komunikasi, kebersamaan dan aktifitas beliau, dan hal ini ditangkap oleh mahasiswa, di samping kita menjalankan demokrasi dengan kegiatan mahasiswa.”tuturnya,

Baca Juga :  Dua Kasus Narkoba dengan Berat 7 Kg, Ganja Banyak Disuplai dari PNG   

  Menurut Oscar, untuk melakukan pembaharuan harus tetap berpacu pada nilai-nilai tatanan yang ada. “Harus  menghargai orang lain saat melakukan aksi tapi tanpa mengorbankan orang lain tidak merusak fasilitas umum, tetapi dilakukan dengan cara yang baik, supaya demokrasi itu benar-benar terlihat,” katanya.

   Berdirinya aliansi Demokrasi Rakyat merupakan awal tongkat reformasi perubahan yang dimulai oleh mahasiswa di era Orde Baru di era reformasi. Untuk itu,dalam penyampaian tadi bahwa seperti perayaan-perayaan hari ulang tahun dan juga perayaan hari besar lainnya, perlu kelahiran demokrasi juga menjadi perayaan yang perlu diperingati setiap tahun.

  “Jngan sampai tongkat sejarah reformasi itu tidak diingat, maka dengan kegiatan beda buku ini, beliau akan berjuang pada tanggal 11 Juni menjadi perayaan reformasi dimulai di negara ini dan dapat di kenang dan diresapi dari masa ke masa,” katanya.

  Sementara itu Keynote speaker Anggota VI BPK RI Dr, Pius Lustrilanang yang juga pelaku pergerakan mahasiswa sebagai pendiri Aliansi Demokrasi rakyat (Aldera) mengatakan bahwa.

Pemerintah harus berpedoman pada sistem demokrasi. Karena perjuangan demokrasi sejak 1993 sampai dengan 1999 diperjuangkan dengan susah payah dan banyak korban.

  “Kita harus percaya kepada sistem yang demokratis dengan adanya demokrasi hari ini itu tidak terlepas dari perjuangan yang susah payah sebelumnya kurang lebih 25 Tahan,” katanya.

Baca Juga :  Di Dogiyai Ada Aspirasi Tolak DOB, Biak Minta Percepatan DOB Papua Utara

  Ia juga mengajak mahasiswa pemerintah masyarakat seluruh Papua dan Indonesia untuk tetap menjaga tatanan demokrasi yang telah ada jangan sampai dirasuki oleh orang-orang yang masih memegang sifat otoriter di Orde Baru.

  “Tetapi kita harus tetap waspada karena ada beberapa orang yang rindu terhadap peristiwa masa lalu untuk menerapkan yang rindu terhadap praktik-praktik otoriter yang muncul dengan ide-ide 3 periode,” katanya.

   Dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk tetap menjaga demokrasi di Papua. “Maka kita harus waspada siaga dan kita tetap tolak 3 periode,” katanya,

  Sementara itu, saat disinggung soal beberapa ruang demokrasi yang masih saja tertutup di Papua yang sering dihadang lewat tindakan aparat keamanan, Pius mengatakan hal tersebut harus mengutamakan komunikasi yang baik, sehingga dapat ada kesepakatan dari kedua belah pihak.

  “Tetap bangun komunikasi berbicara yang baik untuk aksi atau seperti apa,” katanya,

  Dalam kesempatan itu juga Dr, Pius Lustrilanang didampingi Plt Rektor Universitas Cendrawasih melakukan penanaman pohon di depan halaman gedung Auditorium Uncen sebagai bentuk penanaman demokrasi di kampus tersebut yang diharapkan bisa dirawat dan dijaga bagi generasi muda. (*/tri)

Dari Kuliah Umum dan Bedah Buku Aldera Yang Digelar Universitas Cenderawasih

Universitas Cenderawasih (Uncen) menggelar kuliah umum dan bedah buku Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera)  yang menggambarkan pergerakan mahasiswa pada tahun 1993 sampai dengan 1999. Lantas apa saja yang terungkap?

Laporan: Noel IU Wenda_Jayapura

Sejumlah mahasiswa terlihat memadati kursi-kursi yang ada di tengah auditorium Uncen, Kamis (11/5) pekan kemarin. Merekat terlihat antusias untuk mengikuti kuliah umum  dan bedah buku Aliansi Rakyat Demokrasi yang berjudul Potret Gerakan Politik Kaum Muda Tahun 1993-1999. Isi buku ini mengggambarkan bagaimana kaum muda/mahasiswa melawan kediktatoran Orde Baru dibawa kepemimpinan Presiden Soeharto.

  Buku Aldera ini dibagikan langsung dalam kuliah umum oleh aktor pergerakan di masa itu, yakni Dr Pius Lustrilanang. Plt Rektor Uncen Dr Oscar Wambrauw yang hadir dalam kegiatan kuliah umum dan bedah buku ini memberikan apresiasi positif.

  “Pembelajaran yang ingin kita ambil dari kuliah Umum saat ini adalah para mahasiswa bisa melihat nilai-nilai dari pergerakan demokrasi itu seperti apa,” katanya di Audotorium Uncen,  Kamis, (11/5).

  Ia mengatakan dari diskusi tersebut banyak mahasiswa menanyakan pergerakan demokrasi pada saat itu dan apa semangat yang perlu dipegang oleh mahasiswa saat ini. “Yang disampaikan adalah komunikasi, kebersamaan dan aktifitas beliau, dan hal ini ditangkap oleh mahasiswa, di samping kita menjalankan demokrasi dengan kegiatan mahasiswa.”tuturnya,

Baca Juga :  Gunakan Joki, Lima  Peserta UTBK SNBT Langsung Gugur

  Menurut Oscar, untuk melakukan pembaharuan harus tetap berpacu pada nilai-nilai tatanan yang ada. “Harus  menghargai orang lain saat melakukan aksi tapi tanpa mengorbankan orang lain tidak merusak fasilitas umum, tetapi dilakukan dengan cara yang baik, supaya demokrasi itu benar-benar terlihat,” katanya.

   Berdirinya aliansi Demokrasi Rakyat merupakan awal tongkat reformasi perubahan yang dimulai oleh mahasiswa di era Orde Baru di era reformasi. Untuk itu,dalam penyampaian tadi bahwa seperti perayaan-perayaan hari ulang tahun dan juga perayaan hari besar lainnya, perlu kelahiran demokrasi juga menjadi perayaan yang perlu diperingati setiap tahun.

  “Jngan sampai tongkat sejarah reformasi itu tidak diingat, maka dengan kegiatan beda buku ini, beliau akan berjuang pada tanggal 11 Juni menjadi perayaan reformasi dimulai di negara ini dan dapat di kenang dan diresapi dari masa ke masa,” katanya.

  Sementara itu Keynote speaker Anggota VI BPK RI Dr, Pius Lustrilanang yang juga pelaku pergerakan mahasiswa sebagai pendiri Aliansi Demokrasi rakyat (Aldera) mengatakan bahwa.

Pemerintah harus berpedoman pada sistem demokrasi. Karena perjuangan demokrasi sejak 1993 sampai dengan 1999 diperjuangkan dengan susah payah dan banyak korban.

  “Kita harus percaya kepada sistem yang demokratis dengan adanya demokrasi hari ini itu tidak terlepas dari perjuangan yang susah payah sebelumnya kurang lebih 25 Tahan,” katanya.

Baca Juga :  Sumur Gas di Kampung Holtekamp Mengandung Metana

  Ia juga mengajak mahasiswa pemerintah masyarakat seluruh Papua dan Indonesia untuk tetap menjaga tatanan demokrasi yang telah ada jangan sampai dirasuki oleh orang-orang yang masih memegang sifat otoriter di Orde Baru.

  “Tetapi kita harus tetap waspada karena ada beberapa orang yang rindu terhadap peristiwa masa lalu untuk menerapkan yang rindu terhadap praktik-praktik otoriter yang muncul dengan ide-ide 3 periode,” katanya.

   Dia juga mengajak seluruh masyarakat untuk tetap menjaga demokrasi di Papua. “Maka kita harus waspada siaga dan kita tetap tolak 3 periode,” katanya,

  Sementara itu, saat disinggung soal beberapa ruang demokrasi yang masih saja tertutup di Papua yang sering dihadang lewat tindakan aparat keamanan, Pius mengatakan hal tersebut harus mengutamakan komunikasi yang baik, sehingga dapat ada kesepakatan dari kedua belah pihak.

  “Tetap bangun komunikasi berbicara yang baik untuk aksi atau seperti apa,” katanya,

  Dalam kesempatan itu juga Dr, Pius Lustrilanang didampingi Plt Rektor Universitas Cendrawasih melakukan penanaman pohon di depan halaman gedung Auditorium Uncen sebagai bentuk penanaman demokrasi di kampus tersebut yang diharapkan bisa dirawat dan dijaga bagi generasi muda. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya