Melihat Pemukiman Masyarakat di Teluk Youtefa yang kini Jadi “Tempat Buangan Sampah”
Tiap kali hujan deras dan banjir, sampah-sampah dari warga Kota Jayapura hanyut terbawa banjir menuju teluk Youtefa. Tiap kali dibersihkan, tapi tiap kali habis hujan deras dan banjir, tumpukan sampah kembali mewarnai tepian pantai di Youtefa. Lantas bagaimana kondisi teluk Yotefa kini?
Laporan: Robert Mboik/Cepos
Keberadaan Teluk Youtefa yang memiliki kekhasan panorama alam yang indah. Apalagi hunian masyarakat adat yang masih bertahan dengan rumah panggung diatas laut juga menambah kesan yang sangat menawan. Namun eksistensinya sudah mulai ternoda, dengan persoalan pencemaran lingkungan terutama sampah dan limbah yang terus terjadi di wilayah itu.
Bagi masyarakat Kampung Enggros dan Tobati yang mendiami kawasan teluk itu, menghadapi persoalan ini seolah tidak bisa berbuat banyak. Mereka pasrah menanti langkah dan upaya pemerintah untuk memperbaiki, guna menyelamatkan ekosistem di sekitar teluk agar tidak sampai pada persoalan kritis dan berdampak pada masyarakat lokal.
Secara tidak sadar masyarakat Kampung Enggros dan Tobati saat ini sedang menghadapi bahaya dan ancaman serius dampak dari keberadaan limbah cair maupun sampah plastik yang hampir setiap hari terbuang ke Teluk Youtefa.
Meskipun dampak itu saat ini belum benar-benar terasa oleh sebagian besar masyarakat lokal yang bertahan dikampung Enggros dan Tobati. Tapi bukan tidak mungkin apabila tidak ada upaya nyata dan serius yang dilakukan mulai saat ini, bukan tidak mungkin seiring berjalanya waktu, ekosistem yang ada, mulai dari aneka ikan, kepiting, hutan bakau bisa saja hilang dan rusak.
Meskipun untuk memastikan teori ini butuh penelitian mendalam. Namun ancaman dari dampak gangguan ekosistem dikawasan teluk Youtefa sudah mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat, seperti pemerhati dan aktivis lingkungan.
Salah satu yang mengkritisi masalah sampah di teluk Youtefa adalah Ibu Petronela Meraudje, peraih Kalpataru 2023 itu, menyampaikan kekhawatiranya terhadap masalah serius yang terjadi di sekitar kawasan Teluk Youtefa.
“Hari ini Teluk Youtefa menjadi tempat sampah terbesar di Kota Jayapura, padahal Teluk Youtefa adalah tempat wisata yang memiliki banyak spot wisata. Di mana Ini bisa memberikan pendapatan ekonomi bagi masyarakat di Kampung Enggros dan juga Tobati,”kata Petronela Merauje
Namun kenyataannya hari ini, mulai dari pantai Siberi, Pantai Holtekam dan Hutan Mangrove sudah menjadi tempat sampah karena banyak sampah plastik yang terbuang kekawasan tersebut. Dari mana asal sampah-sampah itu?. Hampir semua sampah tersebut berasal dari aktivitas masyarakat yang ada di kota.
Kebiasaan membuang sampah disembarang tempat menjadi pemicu mengapa tingginya sampah di kawasan teluk Youtefa. Alur pengiriman sampah dan limbah sudah jelas. Sampah dibuang di jalanan, tempat umum seperti pasar dan lain sebagainya. Pada saat hujan, sampah-sampah ini mengalir kesaluran air atau got.
Dari sana kemudian mengalir melalui kali Acai dan kali Sibrohonyi. Sebagian memang sudah terjaring, namun tidak sedikit juga ada yang lolos ke muara dan menyebar ke kawasan teluk. Belum lagi sampah sampah yang datang dari arah kota Jayapura, sampah sampah ini kemudian dibawa arus menyebar ke hampir seluruh kawasan pantai kota Jayapura. Sehingga persoalan ini sebenarnya sudah memberikan ancaman nyata, hanya saja dampaknya belum benar benar terasa.
“Pesan yang saya mau sampaikan kepada pemerintah regulasi yang sudah ada harus ditegakkan, secara aktif dan itu harus ada hukuman untuk memberi efek jera bagi masyarakat Kota Jayapura yang sengaja membuang sampah sembarangan,”ujarnya.
Termasuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat kota Jayapura, untuk merubah mindset mereka, bagaimana membudayakan diri, membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Tidak membuang sampah di pinggiran jalan, parit parit dan di tempat keramaian lainnya. “Dengan demikian kota ini akan terjaga kebersihannya, laut pun akan bersih termasuk di Teluk ini,” harapnya. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos