Salah satu Mama Papua, Selvia Maninai sambil membolak-balik ikan di atas bara, ia bercerita tentang perjalanan usahanya yang telah melewati puluhan tahun. “Saya asar ikan ini dari tahun 1988. Dulu, kami jual masih harga Rp3.000 per ekor, dan sekarang sudah di harga Rp80.000 sampai Rp100.000,” ungkap Mama Selvia dengan senyum tipis.
Bukan sekadar keuntungan finansial, tetapi usaha ini telah menjadi tulang punggung keluarga. Mama Selvia bertutur dari usaha ikan asar anak-anak bisa menyelesaikan pendidikan sekolah (SMA) dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Sekali pengasapan, Mama Selvia membeli sekira 40 ekor ikan segar, dengan total modal mencapai Rp1,2 juta. Satu ekor ikan dibeli seharga Rp30.000 dan dijual seharga Rp80.000
setelah diasar.
“Saya beli 30 ribu per ekor, saya jual 80 ribu. Jadi modal 1,2 juta. Keuntungan bersihnya biasanya Rp800 ribu sampai Rp1 juta, karena masih ada pengeluaran lain seperti biaya angkot ke pasar, biaya angkut,” ujar Mama Selvia.
“Untuk penjualannya kami buka lapak di pinggir jalan. Kadang ada yang cari ke rumah juga,” sambungnya.
Sebanyak 40 ekor ikan asar yang diasapnya bisa laku dalam waktu 2 hingga 3 hari dan memastikan dapur keluarga tetap mengepul. Kisah sukses ini juga diamini oleh mama Papua lainnya, Margaretha Wenggi, yang telah memulai jualan ikan asar sejak tahun 1993.
Ia bercerita bahwa berjualan ikan asar bisa memenuhi kebutuhan setiap hari dan bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus sekolah. Bahkan tradisi ini sudah dianggap sebagai warisan turun temurun bagi warga di Dok 8, Kelurahan Imbi, Kota Jayapura.
Wanita paro baya itu menyebutkan tantangan pasang surut hasil laut pun tak luput mereka hadapi. “Kalau ikan lagi susah, kadang kita bisa dapat untung sampai Rp300 ribu-Rp400 ribu per hari. Tapi kalau lagi musim ikan, itu biasanya pembeli kurang karena stok melimpah,” lanjutnya.
Meskipun saat ini banyak penjual yang merambah ke pemasaran online, Mama Margaretha dan rekan-rekannya tetap optimis. Pelanggan setia dari lokal hingga pembeli yang memesan untuk dibawa ke kota lain, menjadi penopang utama. Di Jayapura, Ikan Asar juga kerap dijadikan sebagai oleh-oleh khas Jayapura. Bahkan beberapa pejabat daerah saat melakukan dinas kerja ke luar kota biasanya tak lupa membawa ikan asar sebagai bekal.
Sebagian besar pemukiman warga di Kota Jayapura berada di tepi laut, menjadikan daerah ini sebagai salah satu daerah penghasil ikan yang melimpah di Papua.
Tak ayal, jika berjalan-jalan di kota Jayapura, maka akan ditemui deretan warga lokal yang menjual ikan asar hasil olahan tradisional. Bahkan Ikan Asar pernah menjadi tagline besar Festival Kampung Nelayan Hamadi kota Jayapura pada tahun 2024. Yakni JAMAIKA “Jayapura Makan Ikan Asar”.
Stok Ikan Masih Melimpah
Kemandirian ekonomi mama-mama asar di Jayapura ini berjalan seiring dengan melimpahnya sumber daya laut Jayapura. Ketersediaan bahan baku menjadi kunci vital yang menjamin kelangsungan usaha mereka.
Laut Jayapura memang memiliki potensi yang sangat besar, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura tahun lalu merilis produksi ikan tuna atau cakalang mencapai 45 ton per tahun dan terus mengalami peningkatan. Sehingga ketersediaan ikan tersebut tentu sangat menopang usaha para UMKM ikan asar di Kota Jayapura.
Alex Numbery, Sekretaris Himpunan Masyarakat Nelayan Indonesia (HMNI) Kota Jayapura, menegaskan bahwa nelayan di Jayapura tidak perlu berlayar jauh untuk mendapatkan ikan.
“Populasi ikan tuna dan cakalang di laut kita masih melimpah, stoknya masih ada. Kemudian ikan batu seperti Kerapu, Ikan Merah, ikan Kakap juga masih banyak sekali,” ungkap Alex Numbery.
Ia menyebutkan, HMNI mencatat ada sekitar 300 nelayan yang terdaftar di Kota Jayapura, namun jumlah totalnya dipastikan lebih banyak, dengan konsentrasi utama di Kelurahan Imbi (tempat Dok 8 berada) dan Hamadi.
Kelimpahan stok ini menjadi jaminan bagi para pelaku usaha ikan asar. Alex Numbery memastikan mama-mama Papua tidak akan kesulitan mendapatkan ikan dari para nelayan, meskipun ia mengakui adanya siklus musim.
“Tapi ada kala ikan punya musim juga, kadang ikan melimpah, kadang juga ikan sulit, tapi selalu ada,” katanya
Pastikan Ikan Layak Konsumsi
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Jayapura, Matheys Sibi menuturkan bahwa UMKM ikan asar di Kota Jayapura mencapai angka 70-an. Ia menyebutkan ada beberapa pembinaan atau pendampingan yang diberikan oleh DKP Kota Jayapura berupa penguatan kelembagaan, pendampingan pada produk olahan agar lebih hygenis terutama fokus pada CPIB (cara pengolahan ikan yg baik).
Para pelaku usaha ikan asar di kota Jayapura mulai mendapat pendampingan dan pelatihan tentang proses pengolahan ikan yang baik, sehingga aman untuk di konsumsi. Dikatakan, ikan-ikan olahan masyarakat ini tentunya sangat baik, karena melalui beberapa tahapan.
“Artinya bahwa, ikan asar yang dijual itu sudah sesuai standar dan aman dikonsumsi,” ungkap Sibi.
Kata Sibi, program rutin yang mereka lakukan ialah program penguatan daya saing produk yang di dalamnya ada kegiatan pelatihan pengolahan hasil perikanan. (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos