Friday, October 10, 2025
25.4 C
Jayapura

Dulu Bisa Rp 5 Juta/Hari, Kini Dapat Rp 500 Ribu Harus Disyukuri

“Kalau nunggu pembeli datang ke toko, bisa rugi. Sekarang saya hubungi pelanggan lewat WhatsApp, kasih harga promo biar ada transaksi,” katanya. Menurutnya, dengan kondisi seperti ini ia tidak boleh menyerah hanya berjualan sambil menunggu pembeli, tapi juga harus aktif jualan secara online, barangnya bisa di posting di toko online.

Dikatakan, jika yang beli konsumen dari luar Papua, tetap dilayani yang penting jaga kualitas barang dan pengiriman. Dengan demikian, penjualan suvenir khas supaya tidak hanya menunggu orang datang saja, tapi bisa dijual secara online. Menurutnya, lesunya penjualan suvenir di Hamadi menjadi potret kecil dari lambatnya pemulihan ekonomi Kota Jayapura. Bukan hanya soal kurangnya wisatawan, tetapi juga dampak pemekaran daerah otonom baru yang mengubah alur perdagangan dan perputaran uang.

Baca Juga :  Perhatikan Perkembangan Anak, Jadikan Rumah Sebagai Wadah untuk Berinteraksi

Produk-produk budaya seperti patung Asmat, mahkota bulu kasuari, tifa, dan lukisan serat kayu yang dulu menjadi incaran turis asin kini hanya menumpuk di rak-rak toko. Namun bagi H.Anto dan Parjo, semangat untuk bertahan tak pernah padam. “Selama masih ada orang yang cinta Papua, suvenir ini akan tetap hidup. Kami hanya butuh sedikit perhatian dan promosi supaya ekonomi bisa berputar lagi,” harap Parjo menutup pembicaraan.(*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

“Kalau nunggu pembeli datang ke toko, bisa rugi. Sekarang saya hubungi pelanggan lewat WhatsApp, kasih harga promo biar ada transaksi,” katanya. Menurutnya, dengan kondisi seperti ini ia tidak boleh menyerah hanya berjualan sambil menunggu pembeli, tapi juga harus aktif jualan secara online, barangnya bisa di posting di toko online.

Dikatakan, jika yang beli konsumen dari luar Papua, tetap dilayani yang penting jaga kualitas barang dan pengiriman. Dengan demikian, penjualan suvenir khas supaya tidak hanya menunggu orang datang saja, tapi bisa dijual secara online. Menurutnya, lesunya penjualan suvenir di Hamadi menjadi potret kecil dari lambatnya pemulihan ekonomi Kota Jayapura. Bukan hanya soal kurangnya wisatawan, tetapi juga dampak pemekaran daerah otonom baru yang mengubah alur perdagangan dan perputaran uang.

Baca Juga :  Bumi Walo Terlibat Kasus Penembakan Satgas Elang

Produk-produk budaya seperti patung Asmat, mahkota bulu kasuari, tifa, dan lukisan serat kayu yang dulu menjadi incaran turis asin kini hanya menumpuk di rak-rak toko. Namun bagi H.Anto dan Parjo, semangat untuk bertahan tak pernah padam. “Selama masih ada orang yang cinta Papua, suvenir ini akan tetap hidup. Kami hanya butuh sedikit perhatian dan promosi supaya ekonomi bisa berputar lagi,” harap Parjo menutup pembicaraan.(*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya