“Kami bahkan tak bisa masuk lewat pintu, harus lewat atap,” kenangnya lirih. “Untung saja keluarga saya semua selamat. Tapi kalau diingat-ingat, rasanya seperti mimpi buruk yang tak mau berakhir.”
Kini, enam tahun sudah berlalu sejak air bah itu datang. BTN Bintang Timur mungkin tampak tenang dari luar, tapi bagi warganya, setiap rintik hujan masih menjadi pengingat bahwa luka alam tak sepenuhnya bisa sembuh. Mereka hidup berdampingan dengan kenangan, berusaha menata hari esok di atas tanah yang pernah menguji keteguhan mereka. (*/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
“Kami bahkan tak bisa masuk lewat pintu, harus lewat atap,” kenangnya lirih. “Untung saja keluarga saya semua selamat. Tapi kalau diingat-ingat, rasanya seperti mimpi buruk yang tak mau berakhir.”
Kini, enam tahun sudah berlalu sejak air bah itu datang. BTN Bintang Timur mungkin tampak tenang dari luar, tapi bagi warganya, setiap rintik hujan masih menjadi pengingat bahwa luka alam tak sepenuhnya bisa sembuh. Mereka hidup berdampingan dengan kenangan, berusaha menata hari esok di atas tanah yang pernah menguji keteguhan mereka. (*/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos