Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

99 Persen Disengaja, Kerugian Bisa Mencakup Aspek Ekologi, Ekonomi dan Sosial

  Namun jika hutan dan lahan terbakar maka akan lebih sulit memprediksi, mengingat jika tak  cepat ditanggulangi maka akan merembet ke kawasan pemukiman warga. Selain itu, asapnya bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan, termasuk hilangnya fungsi hutan sebagai penyedia oksigen dan mematikan fungsi akar untuk menyimpan air.

  “Itu mungkin lebih pada dampak ekonomi dan ekologi tapi ada juga dampak social dan kesehatan dimana warga semakin banyak asap maka warga bisa memprotes karena menyebabkan sesak nafas dan ini ke kesehatan,” kata Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Rumah Bakau Jayapura, Nur Kholik.

   MPA sendiri meruakan kelompok pencegah Karhutla di tingkat tapak yang bermitra dengan Brigade Pengendalian Karhutla KLHK – Manggala Agni.

Baca Juga :  Sampah  Tak Habis-habis, Sudah Waktunya Evaluasi Regulasi

Mirisnya kata Nur Kholik dari data sementara 99 persen kebakaran hutan dan lahan di Jayapura disebabkan karena factor manusia. Upaya membuka lahan dengan cara mudah, hemat dan efektif menjadi pilihan warga untuk membakar.

Padahal lanjut Nur Kholik ketika api tidak dikontrol maka akan terus merembet dan meluas. “Ini yang repot karena akan semakin sulit dipadamkan,” tambahnya. Bahkan tak menutup kemungkinan dampak dari karhutla bisa berkaitan dengan politik.

Contohnya saja di tahun 2019 lalu dimana Indonesia menjadi bulan – bulanan media asing yang menyoroti tingginya karhutla dan upaya penanganannya yang  dianggap belum terkoordinir baik. Bahkan di tahun yang sama Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad bersurat ke Presiden Jokowi untuk memperhatikan karhutla mengingat asap dari Indonesia masuk sampai ke negara – negara tetangga.

Baca Juga :  Sebagai Daerah Ekonomi Baru, Banyak Peluang Lapangan Pekerjaan Baru

  Namun jika hutan dan lahan terbakar maka akan lebih sulit memprediksi, mengingat jika tak  cepat ditanggulangi maka akan merembet ke kawasan pemukiman warga. Selain itu, asapnya bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan, termasuk hilangnya fungsi hutan sebagai penyedia oksigen dan mematikan fungsi akar untuk menyimpan air.

  “Itu mungkin lebih pada dampak ekonomi dan ekologi tapi ada juga dampak social dan kesehatan dimana warga semakin banyak asap maka warga bisa memprotes karena menyebabkan sesak nafas dan ini ke kesehatan,” kata Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Rumah Bakau Jayapura, Nur Kholik.

   MPA sendiri meruakan kelompok pencegah Karhutla di tingkat tapak yang bermitra dengan Brigade Pengendalian Karhutla KLHK – Manggala Agni.

Baca Juga :  Peminat Pakaian Cabor Masih Tinggi, Tak Hanya Dijual di Pasar Tapi Juga Online

Mirisnya kata Nur Kholik dari data sementara 99 persen kebakaran hutan dan lahan di Jayapura disebabkan karena factor manusia. Upaya membuka lahan dengan cara mudah, hemat dan efektif menjadi pilihan warga untuk membakar.

Padahal lanjut Nur Kholik ketika api tidak dikontrol maka akan terus merembet dan meluas. “Ini yang repot karena akan semakin sulit dipadamkan,” tambahnya. Bahkan tak menutup kemungkinan dampak dari karhutla bisa berkaitan dengan politik.

Contohnya saja di tahun 2019 lalu dimana Indonesia menjadi bulan – bulanan media asing yang menyoroti tingginya karhutla dan upaya penanganannya yang  dianggap belum terkoordinir baik. Bahkan di tahun yang sama Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad bersurat ke Presiden Jokowi untuk memperhatikan karhutla mengingat asap dari Indonesia masuk sampai ke negara – negara tetangga.

Baca Juga :  Baleg DPR RI Datang Dengar Aspirasi Tolak DOB di Papua

Berita Terbaru

Artikel Lainnya