Selanjutnya PJ Wali Kota Jayapura melalui Plt. Asisten 3, Setda Kota Jayapura, Nur Bi Aji menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada LPTQ Kota Jayapura. Dimana dengan sigap, kompak, bersinergi, satu hati telah menyiapkan dan berupaya mempertahankan status juara umum dan itu telah maksimal dilakukan. Walaupun belum mencapai target yang diinginkan.
“Selaku penjabat walikota saya mengharapkan kepada kaum muslimin dan muslimat di Kota Jayapura, untuk menjadikan Kitab Suci Alquran sebagai pedoman hidup (way of life) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu nilai-nilai Alquran harus dibudayakan dalam perilaku hidup di keluarga, dipelajari mulai tingkat anak-anak hingga dewasa,” kata Asisten 3 yang membaca sambutan Pj Walikota.
Sementara itu Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Jayapura Fachrudin Pasolo, berharap ada evaluasi terhadap pengurus LPTQ tingkat Provinsi Papua. Ya, hal Ini terkait dengan penyelenggaraan MTQ tingkat provinsi yang diadakan di Timika dimana ada pihak yang menilai mencederai dengan ketidakprofesionalan dari LPTQ provinsi Papua.
“Jadi integritas LPTQ provinsi itu juga harus dievaluasi,” kata Fachrudin Pasolo, Jumat (5/7) kemarin.
“Kafilah kota Jayapura itu memang sangat siap, tapi tuan rumah memang sudah membangun satu konspirasi dan membangun sistem untuk bagaimana bisa mengalahkan kota Jayapura,” ujar Pasolo.
Dikatakan, para kafilah asal Mimika di hampir semua mata lomba menggunakan jasa kafilah dari luar Kabupaten Mimika. Hanya Fahmil Quran dan Syahril Quran, yang menggunakan jasa kafilah asal Kabupaten Mimika.
“Ada 8 jenis dan itu mereka gunakan semua dari luar, dari lembaga kaligrafi. Itu senior-senir pelatih yang mereka bawa sedangkan kita ini anak-anak asli di sini,” sesalnya.
Dia mengatakan besar kemungkinan para kafilah yang berhasil meraih juara 1 dari Kabupaten Mimika tidak bisa melanjutkan ke jenjang nasional karena masalah administrasi terutama berkaitan dengan domisili.
Di sisi lain juga ada komunikasi dengan kafilah asal kota Jayapura terutama yang berada pada juara 2 untuk bisa mewakili Papua ke tingkat nasional.
“Ya kami sangat sesalkan, misalnya di main bola itu kan fair play sportifitas, kita lomba keagamaan, apalagi ini Alquran. Ini kan suatu pembunuhan karakter anak-anak, dan juga pembodohan. Ini kan sangat disayangkan semua dewan hakim itukan ustadz-ustadz, yang harusnya mereka memberikan panutan,”ujarnya.