Mencermati Kasus Kecelakaan Laut di Perairan Selatan Pulau Papua
Musibah terbaliknya longboat dengan 13 penumpang yang terjadi di Distrik Mimika Barat Jauh, Kabupaten Mimika, menjadi catatan penting soal perlunya perhatian serius tentang keselamatan transportasi laut. Selain factor cuaca, fasilitas dan standar keselamatan juga masih menjadi catatan yagn perlu diseriusi.
Laporan: Yulius Sulo_ Merauke & M Wahyu Welerubun_Mimika
Kecelakaan kapal masih mewarnai pelayaran di Kabupaten Merauke. Berdasarkan catatan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke, selama 6 bulan terakhir terhitung sejak Januari-Juni 2024, tercatat 10 laporan yang diterima oleh Kantor SAR Merauke.
‘’Untuk penanganan operasi pencarian dan pertolongan di wilayah kerja SAR Merauke sejak Januari sampai Juni 2024 atau satu semester ini, kami telah menerima 10 laporan yang terjadi. 7 diantaranya kecelakaan kapal, 1 laporan kondisi membahayakan manusia serta 2 laporan terkait evakuasi banjir,’’ kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Reza Aprianto, ditemui di ruang kerjanya, Senin (05/08).
Reza Aprianto menjelaskan lebih rinci, dari 7 laporan kecelakaan kapal tersebut, 3 laporan diantaranya terkait ABK yang jatuh dari kapal, lost kontak kapal 2 laporan, kapal mengalami kebocoran 1 laporan dan mati mesin 1 laporan.
‘’Dari seluruh total pelaksanaan operasi SAR tersebut, terdapat 39 orang korban yang terdiri dari selamat 34 orang , meninggal dunia 3 orang dan tidak ditemukan atau hilang hingga operasi pencarian ditutup banyak 2 orang,’’ katanya.
Sementara di tahun 2023 lalu, lanjut Reza Aprianto, pihaknya melaksanakan operasi sebanyak 18 kali dengan rincian, 12 kali operasi terkait kecelakaan kapal dengan kondisi membahayakan manusia sebanyak 6 orang.
‘’Total korban 37 orang dengan jumlah selamat 37 orang, meninggal dunia 7 orang dan tidak ditemukan 3 orang,’’ katanya.
Reza Aprianto menjelaskan, bahwa dengan kemajuan tehnologi dan informasi, para nelayan tersebut semakin memahami kapan mereka harus berlayar.
‘’Dengan informasi yang diberikan oleh BMKG setiap saat itu menjadi dasar bagi Syahbandar memberikan izin berlayar dan menjadi acuan bagi para nelayan atau nahkoda kapal untuk berlayar, sehingga kecelakaan kapal akibat cuaca buruk di laut dapat diminimalisir,’’ jelasnya.
Reza menambahkan, wilayah kerja dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke meliputi Kabupaten Merauke, Boven Digoel dan Mappi. Dari 10 laporan kejadian tersebut seluruhnya terjadi di Kabupaten Merauke.
Sementara Kabupaten Boven Digoel dan Mappi yang selama ini didominasi kecelakaan di sungai atau kali dalam satu semester atau dari Januari- Juni 2024, pihaknya belum menerima adanya laporan tersebut.
‘’Tentunya itu yang kita harapkan, tidak ada accident atau kecelakaan apalagi merenggut nyawa manusia,’’ tutupnya.
Sementara itu, dari Mimika dilaporkan bahwa sepanjang Januari hingga Juli 2024, Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika telah menangani sebanyak 19 kecelakaan, mulai dari kecelakaan laut, kondisi membahayakan nyawa manusia hingga bencana alam banjir.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika, I Wayan Suyatna menjelaskan, adapun kecelakaan tersebut 14 diantaranya merupakan kecelakaan laut, 4 diantaranya kondisi membahayakan manusia dan 1 lainnya merupakan bencana alam banjir.
I Wayan menyebutkan, dari 19 kejadian itu, jumlah korban yang selamat sebanyak 103 orang, jumlah korban yang meninggal sebanyak 8 orang dan jumlah korban yang hilang sebanyak 18 orang.
“Kalau saya lihat dari jumlah kecelakaan di tahun 2023 dibanding tahun 2024 sekarang jelas lebih banyak sekarang.” jelasnya saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Senin (5/8/2024).