Sunday, April 28, 2024
30.7 C
Jayapura

Panas saat Terik Matahari, Jalanan Becek dan Sepi Pengunjung Saat Hujan

Keluh Kesah Mama-mama Pedagang Papua  Terkait  Kondisi Pasar Youtefa 

Sebagian besar para pedagang OAP di Pasar Youtefa Hanya Berjualan dengan beralaskan Terpal. Berharap Pedagang OAP di Pasar Youtefa Abepura mendapat tempat jualan yang layak. Seperti apa cerita para Pedagang ini.

Laporan:_Karel_ Jayapura

Impian para pedagang Orang asli Papua (OAP) untuk mendapatkan tempat jualan yang layak di Pasar Youtefa Abepura, tampak tak pernah terhenti. Pasalnya sampai saat ini pedagang OAP ini, hanya berjualan beralas terpal di setiap pinggir jalan di Pasar Youtefa Abepura.

  Walaupun kondisi ini cukup pahit dan sangat memprihatinkan, tapi apalah daya demi menghidupkan keluarga, mereka tetap setia dengan kokoh duduk dengan bealaskan terpal untuk berjualan. Sebagian besar pedagang OAP di pasar Youtefa Abepura berjualan hasil taninya. Seperti sayur maupun buah buahan.

  Setiap harinya, tidak hanya lelah karena menunggu para pembeli, tapi juga mereka harus sibuk membersihkan butiran debu pada jualannya. Bagaimana tidak, jarak tempat jualan dengan akses pengunjung hanya terhitung jengkal. Sehingga tentu saja butiran debu yang tertimpal kendaraan akan selalu mengenai jualan mereka.

  Kondisi itu mungkin saja masih lebih baik, dibandingkan pada saat turun hujan, tidak hanya barang jualan yang basah, tapi juga para penjualnya pun harus berbasah kuyub.

Baca Juga :  Monyet-Monyet Liar pun Sering Temani Peselancar Menunggu Ombak 

  Kondisi inipun tampaknya mereka selalu  teriak teriak kepada pemerintah  untuk mendapatkan tempat jualan yang layak, tapi sayang suara yang lantang itu tampak tak pernah terdengar di telinga para penguasa.

  Ikma, salah satu penjual sayur di Pasar Youtefa Abepura mengaku dirinya sudah hampir 9 tahun berjualan di atas tanah. Dengan jangka waktu yang hampir satu decade itupun dirinya tidak pernah mendapatkan tempat jualan, atau lapak.

  Kondisi itu tidak pernah membuat dirinya merasa lelah. Tapi justru membangkitkan semangatnya. Hanya demi memenuhi kehidupan keluarganya.”Sudah lama jualan, dari sejak masih muda sampai sekarang sudah punya anak, saya masih berjualan di tanah,” ceritanya.

  Perempuan berdarah Papua itu mengaku hal pahit yang mereka rasakan berjualan dengan kondisi itu, ketika cuaca terik, apalagi saat hujan tiba. Selain tempat jualannya yang berbasah, tapi juga dirinya harus bertahan berjualan dengan badan berbasah kuyub.

   “Kalau hujan, lupa bawa jas hujan berarti kami harus berjualan dengan baju basah,” turutnya.

  Dirinya mengaku jual hasil bumi seperti sayur dan buah buahan. Itupun jualannya itu tidak menetap. Tergantung panenannya di  kebun. “Kalau lagi musim panen nenas, saya jual nenas. Tapi kalau lagi musim panen sayur labu siam berarti saya jual labu siam, tidak menentu,” ujarnya.

Baca Juga :  Polisi Perlu Bubarkan Warga yang Ngumpul Lalu Nongkrong di Jembatan Merah

  Sejak lama mereka usulkan kepada pemerintah. Untuk mendapatkan tempat jualan di dalam lapak, tapi sayang sampai saat ini usulan itu belum terealisas. Mrekapun akhirnya hanya mampu berdiam dengan keadaan yang ada.

  “Capek juga kita mau bicara, intinya kalau pemerintah peduli dengan kita OAP, silahkan bikin tempat jualan untuk kita,” ungkapnya

  Di tempat terpisah, Risdimara salah satu pengunjung di Pasar Youtefa Abepura, juga mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang dinilai acuh dengan kondisi pedagang OAP di Pasar Youtefa Abepura. Dimana menurutnya langkah yang tepat untuk mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat OAP adalah dengan memberikan mereka tempat penjualan yang layak.

  “Kasian pedagang kita, mereka harus bercurucan keringat jualan di bawah terik matahari, tapi juga harus menahan lumpur ketika hujan,” ujarnya.

  Padahal, lanjutnya dengan memperhatikan pedagang OAP, salah satu langkah untuk mensejahterakan masyarakat di Papua. Tapi nahasnya seakan pemerintah menutup mata dengan kondisi para pedagang OAP di Pasar Youtefa itu.

  “Kasihan yang punya tanah dianaktirikan, tapi justru pedagang lain dijadikan tuan ditanah orang,” ungkapnya. (*/tri)

Keluh Kesah Mama-mama Pedagang Papua  Terkait  Kondisi Pasar Youtefa 

Sebagian besar para pedagang OAP di Pasar Youtefa Hanya Berjualan dengan beralaskan Terpal. Berharap Pedagang OAP di Pasar Youtefa Abepura mendapat tempat jualan yang layak. Seperti apa cerita para Pedagang ini.

Laporan:_Karel_ Jayapura

Impian para pedagang Orang asli Papua (OAP) untuk mendapatkan tempat jualan yang layak di Pasar Youtefa Abepura, tampak tak pernah terhenti. Pasalnya sampai saat ini pedagang OAP ini, hanya berjualan beralas terpal di setiap pinggir jalan di Pasar Youtefa Abepura.

  Walaupun kondisi ini cukup pahit dan sangat memprihatinkan, tapi apalah daya demi menghidupkan keluarga, mereka tetap setia dengan kokoh duduk dengan bealaskan terpal untuk berjualan. Sebagian besar pedagang OAP di pasar Youtefa Abepura berjualan hasil taninya. Seperti sayur maupun buah buahan.

  Setiap harinya, tidak hanya lelah karena menunggu para pembeli, tapi juga mereka harus sibuk membersihkan butiran debu pada jualannya. Bagaimana tidak, jarak tempat jualan dengan akses pengunjung hanya terhitung jengkal. Sehingga tentu saja butiran debu yang tertimpal kendaraan akan selalu mengenai jualan mereka.

  Kondisi itu mungkin saja masih lebih baik, dibandingkan pada saat turun hujan, tidak hanya barang jualan yang basah, tapi juga para penjualnya pun harus berbasah kuyub.

Baca Juga :  Bawa Solar dengan Tandon Air, Pengemudi Mobil Box Ditangkap

  Kondisi inipun tampaknya mereka selalu  teriak teriak kepada pemerintah  untuk mendapatkan tempat jualan yang layak, tapi sayang suara yang lantang itu tampak tak pernah terdengar di telinga para penguasa.

  Ikma, salah satu penjual sayur di Pasar Youtefa Abepura mengaku dirinya sudah hampir 9 tahun berjualan di atas tanah. Dengan jangka waktu yang hampir satu decade itupun dirinya tidak pernah mendapatkan tempat jualan, atau lapak.

  Kondisi itu tidak pernah membuat dirinya merasa lelah. Tapi justru membangkitkan semangatnya. Hanya demi memenuhi kehidupan keluarganya.”Sudah lama jualan, dari sejak masih muda sampai sekarang sudah punya anak, saya masih berjualan di tanah,” ceritanya.

  Perempuan berdarah Papua itu mengaku hal pahit yang mereka rasakan berjualan dengan kondisi itu, ketika cuaca terik, apalagi saat hujan tiba. Selain tempat jualannya yang berbasah, tapi juga dirinya harus bertahan berjualan dengan badan berbasah kuyub.

   “Kalau hujan, lupa bawa jas hujan berarti kami harus berjualan dengan baju basah,” turutnya.

  Dirinya mengaku jual hasil bumi seperti sayur dan buah buahan. Itupun jualannya itu tidak menetap. Tergantung panenannya di  kebun. “Kalau lagi musim panen nenas, saya jual nenas. Tapi kalau lagi musim panen sayur labu siam berarti saya jual labu siam, tidak menentu,” ujarnya.

Baca Juga :  Yakin Maju Karena Didukung Warga, Siap Atasi Masalah Kekerasan dan Miras

  Sejak lama mereka usulkan kepada pemerintah. Untuk mendapatkan tempat jualan di dalam lapak, tapi sayang sampai saat ini usulan itu belum terealisas. Mrekapun akhirnya hanya mampu berdiam dengan keadaan yang ada.

  “Capek juga kita mau bicara, intinya kalau pemerintah peduli dengan kita OAP, silahkan bikin tempat jualan untuk kita,” ungkapnya

  Di tempat terpisah, Risdimara salah satu pengunjung di Pasar Youtefa Abepura, juga mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang dinilai acuh dengan kondisi pedagang OAP di Pasar Youtefa Abepura. Dimana menurutnya langkah yang tepat untuk mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat OAP adalah dengan memberikan mereka tempat penjualan yang layak.

  “Kasian pedagang kita, mereka harus bercurucan keringat jualan di bawah terik matahari, tapi juga harus menahan lumpur ketika hujan,” ujarnya.

  Padahal, lanjutnya dengan memperhatikan pedagang OAP, salah satu langkah untuk mensejahterakan masyarakat di Papua. Tapi nahasnya seakan pemerintah menutup mata dengan kondisi para pedagang OAP di Pasar Youtefa itu.

  “Kasihan yang punya tanah dianaktirikan, tapi justru pedagang lain dijadikan tuan ditanah orang,” ungkapnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya