Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Yakin Maju Karena Didukung Warga, Siap Atasi Masalah Kekerasan dan Miras

KPK Koya Tengah Irene Rollo, Satu-satunya Perempuan yang Jadi Kepala Kampung

Menjelang akhir masa jabatannya, Wali Kota Jayapura Dr Benhur Tomi Mano, MM melantik 13 Kepala Pemerintah Kampung (KPP) secara serentk di aula Sian Soor, Kantor Wali Kota, Kamis (19/5) lalu. Menariknya, satu dari 13 KPK tersebut adalah seorang wanita, yakni Irene Rollo yang menjabat KPK Koya Tengah.

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Di lingkungan tatanan adat masyarakat adat Papua, sosok perempuan menjadi pemimpin ini memang sesuatu yang luar biasa. Hal ini mengingat, dalam adat lebih cenderung menganut patrilineal, dimana garis keturunan mengikuti garis ayah/laki-laki, sehingga yang menjadi pemimpin/ondoafi biasanya adalah sosok laki-laki.

   Meski begitu, seiring dengang perkembangan sosial, perempuan Papua memang sudah menjadi sosok pemimpin. Namun begitu, untuk tingkatan kampung, yang merupakan kampung asli di Kota Jayapura, sosok pemimpin perempuan memang satu hal yang masih dipandang luar biasa.

  Kamis (25/5) kemarin, Cendrawasih Pos bertandang ke Kampung Koya Tengah untuk menemui perempuan hebat  yang baru menjabat  KPK baru di Koya Tengah.  Namun sesampainya disana warga Kampung Koya tengah yang sedang berjualan di pasar mengarahkan Cenderawasih Pos untuk berkunjung di rumah  Irene Rollo di Koya Barat karena KPK tersebut tinggal di Koya Barat.

   Setibanya di Koya Barat Cendrawasih Pos diterima dengan sangat ramah oleh Irene Rollo, yang lebih suka dipanggil Mama Irenne. Dimana meski sedang istirahat siang, karena sorenya dia akan berencana ke Koya Tengah, masih bersedia menemui wartawan.

   Mama Irene Rollo berkisah, awal perjuanganya sehingga bisa terpilih sebagai KPK di Kampung Koya Tengah Kota Jayapura. Ia mengaku awal menjadi KPK  bukan merupakan urusan mudah, sebab bagaimana dia harus bersaing dengan beberapa anggota calon KPK yang seluruhnya laki laki.

Baca Juga :  Jangan Ada Kesan Kerja Sendiri, Sudah 10 Tahun Renstra KPA Perlu Direvisi

  “Awalnya saya tidak ada niat untuk menjadi KPK, hanya mencoba mencalonkan diri, tapi karena ada dukungan dari masyarakat kampung Koya Tengah dengan adanya dukungan dari mereka akhirnya saya beranikan diri untuk mencalonkan diri jadi KPK”, tutur Irene Rollo sembari raut wajah haru.

  Alasan utamanya beranikan diri untuk menjadi KPK di Koya Tengah karena merasa bahwa selama ini Kampung Koya tengah masih belum ada perubahan yang signifikan yang walaupun dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh mantan Kepala Kampung periode debelumnya, tetapi dia merasa bahwa perlu adanya pembenahan di kampung Koya Tengah.

   Dengan visi misi itu dia pun mengaku mengurus masyarakat bukanlah perkara mudah, sebab di satu sisi kedudukan kaum perempuan di masyarakat masih dipandang rendah. Namun dengan tekad yang kuat diapun meyakinkan dirinya untuk bisa membuktikan untuk menjalani misinya itu sampai tuntas.

  “Mama ingin visi dan misi yang akan dicanangkan di Kampung Koya Tengah bisa berjalan semaksimal mungkin yang walaupun status saya sebagai perempuan tapi satu hal yang menjadi pegangan kuat saya saat ini adalah saya bekerja dalam landasan hukum yang jelas”, tegasnya.

  Pengalamannya mengurus Kampung Koya Tengah terbilang matang. Sebab sebelumnya dia pernah menjabat sebagai salah satu Kaur di kampung Koya Tengah. Tentu dengan pengalamnya yang dia peroleh mampu mengetahahui segala persoalan yang mendasar di Kampung Koya Tengah.

  “Saya memang bukan tamatan sarjana, tapi pengalaman saya bekerja di instansi kampung Koya tengah cukup matang, karena sejak tahun 2007 lalu saya pernah menjabat sebagai kaur di Kampung Koya Tengah, dan tentu pengalaman ini akan menjadi acuan bagi saya untuk menyelesaikan segala perogram kerja yang akan dicanankgan mulai bulan juni mendatang”, tutur Irene.

  Irene mengatakan sistem pemilihan kepala Kampung koya tengah tidak melalui rekomendasi Ondoafi  Skouw, karena Kampung Koya tengah merupakan kampung administrasi sehingga proses pemilihan kepala kampungnya melalui hasil musyawarah masyarakat setempat.

Baca Juga :  Masih Sulit Percaya Bisa Berdiri di Atas Dewaruci

  “Tidak ada rekomendasi dari siapapun, tapi melalui prosedur dan alur pemilihan KPK secara musyawarah, sehingga semua masyarakat di kampung Koya tengah bisa mencalonkan diri sebagai KPK. Ini murni pilihan warga Kampung, tidak ada pengaruh dari unsur manapun”, jelasnya.

   Kandidat calon KPK Koya tengah ada 4 orang dan salah satunya petahana, dari hasil pemilihan perolehan suara untuk Irene Rollo sebanyak 170 lebih suara, sedangkan kandidat yang lainya hanya berkisar 120 lebih suara.

  “Persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai KPK harus memiliki KTP dari masyarakat Kampung Koya Tengah sebagai pendukung dan aturannya wajib terkumpul sebanyak 140 KTP pendukung puji Tuhan saya punya lebih dari target yang ada”, jelas Irene.

  Kini setelah terpilih sebagai kepala kampugn, yang menjadi fokusnya Irene Rollo   kedepan adalah memberantas masalah kasus kekerasan yang dipicu Miras di Kampung Koya Tengah. Dimana sebagian besar, kaum perempuan yang jadi korban kekerasan. Ini merupakan persoalan yang sampai saat ini belum bisa diatasi, maka diapun berharap walaupun dirinya seorang perempuan tapi dia yakin bisa menuntaskan persoalan tersebut.

  “Rencananya nanti kami akan menata kampung Koya tengah dengan baik, dan dilanjutkan dengan pembangunan, karena saya merasa bahwa penataan kampung Koya tengah ini sangat perlu di akukan sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada”, tuturnya.

    Irene Rollo juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua warga Kampung Koya Tengah yang telah mempercayakan dia sebagai KPK, diapun berharap agar masyarakat bisa proaktif dalam membangun Kampung Koya Tengah sehingga segala program yang akan dicanangkan oleh Irene Rollo bisa berjalan maksimal. (*/tri)

KPK Koya Tengah Irene Rollo, Satu-satunya Perempuan yang Jadi Kepala Kampung

Menjelang akhir masa jabatannya, Wali Kota Jayapura Dr Benhur Tomi Mano, MM melantik 13 Kepala Pemerintah Kampung (KPP) secara serentk di aula Sian Soor, Kantor Wali Kota, Kamis (19/5) lalu. Menariknya, satu dari 13 KPK tersebut adalah seorang wanita, yakni Irene Rollo yang menjabat KPK Koya Tengah.

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Di lingkungan tatanan adat masyarakat adat Papua, sosok perempuan menjadi pemimpin ini memang sesuatu yang luar biasa. Hal ini mengingat, dalam adat lebih cenderung menganut patrilineal, dimana garis keturunan mengikuti garis ayah/laki-laki, sehingga yang menjadi pemimpin/ondoafi biasanya adalah sosok laki-laki.

   Meski begitu, seiring dengang perkembangan sosial, perempuan Papua memang sudah menjadi sosok pemimpin. Namun begitu, untuk tingkatan kampung, yang merupakan kampung asli di Kota Jayapura, sosok pemimpin perempuan memang satu hal yang masih dipandang luar biasa.

  Kamis (25/5) kemarin, Cendrawasih Pos bertandang ke Kampung Koya Tengah untuk menemui perempuan hebat  yang baru menjabat  KPK baru di Koya Tengah.  Namun sesampainya disana warga Kampung Koya tengah yang sedang berjualan di pasar mengarahkan Cenderawasih Pos untuk berkunjung di rumah  Irene Rollo di Koya Barat karena KPK tersebut tinggal di Koya Barat.

   Setibanya di Koya Barat Cendrawasih Pos diterima dengan sangat ramah oleh Irene Rollo, yang lebih suka dipanggil Mama Irenne. Dimana meski sedang istirahat siang, karena sorenya dia akan berencana ke Koya Tengah, masih bersedia menemui wartawan.

   Mama Irene Rollo berkisah, awal perjuanganya sehingga bisa terpilih sebagai KPK di Kampung Koya Tengah Kota Jayapura. Ia mengaku awal menjadi KPK  bukan merupakan urusan mudah, sebab bagaimana dia harus bersaing dengan beberapa anggota calon KPK yang seluruhnya laki laki.

Baca Juga :  Solidaritas Multikultural Terbangun Kerjasama di Setiap Aktifitas Kelompok

  “Awalnya saya tidak ada niat untuk menjadi KPK, hanya mencoba mencalonkan diri, tapi karena ada dukungan dari masyarakat kampung Koya Tengah dengan adanya dukungan dari mereka akhirnya saya beranikan diri untuk mencalonkan diri jadi KPK”, tutur Irene Rollo sembari raut wajah haru.

  Alasan utamanya beranikan diri untuk menjadi KPK di Koya Tengah karena merasa bahwa selama ini Kampung Koya tengah masih belum ada perubahan yang signifikan yang walaupun dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh mantan Kepala Kampung periode debelumnya, tetapi dia merasa bahwa perlu adanya pembenahan di kampung Koya Tengah.

   Dengan visi misi itu dia pun mengaku mengurus masyarakat bukanlah perkara mudah, sebab di satu sisi kedudukan kaum perempuan di masyarakat masih dipandang rendah. Namun dengan tekad yang kuat diapun meyakinkan dirinya untuk bisa membuktikan untuk menjalani misinya itu sampai tuntas.

  “Mama ingin visi dan misi yang akan dicanangkan di Kampung Koya Tengah bisa berjalan semaksimal mungkin yang walaupun status saya sebagai perempuan tapi satu hal yang menjadi pegangan kuat saya saat ini adalah saya bekerja dalam landasan hukum yang jelas”, tegasnya.

  Pengalamannya mengurus Kampung Koya Tengah terbilang matang. Sebab sebelumnya dia pernah menjabat sebagai salah satu Kaur di kampung Koya Tengah. Tentu dengan pengalamnya yang dia peroleh mampu mengetahahui segala persoalan yang mendasar di Kampung Koya Tengah.

  “Saya memang bukan tamatan sarjana, tapi pengalaman saya bekerja di instansi kampung Koya tengah cukup matang, karena sejak tahun 2007 lalu saya pernah menjabat sebagai kaur di Kampung Koya Tengah, dan tentu pengalaman ini akan menjadi acuan bagi saya untuk menyelesaikan segala perogram kerja yang akan dicanankgan mulai bulan juni mendatang”, tutur Irene.

  Irene mengatakan sistem pemilihan kepala Kampung koya tengah tidak melalui rekomendasi Ondoafi  Skouw, karena Kampung Koya tengah merupakan kampung administrasi sehingga proses pemilihan kepala kampungnya melalui hasil musyawarah masyarakat setempat.

Baca Juga :  Jadi Kunci Terciptanya Toleransi dan Kerukunan di Semua Tingkatan

  “Tidak ada rekomendasi dari siapapun, tapi melalui prosedur dan alur pemilihan KPK secara musyawarah, sehingga semua masyarakat di kampung Koya tengah bisa mencalonkan diri sebagai KPK. Ini murni pilihan warga Kampung, tidak ada pengaruh dari unsur manapun”, jelasnya.

   Kandidat calon KPK Koya tengah ada 4 orang dan salah satunya petahana, dari hasil pemilihan perolehan suara untuk Irene Rollo sebanyak 170 lebih suara, sedangkan kandidat yang lainya hanya berkisar 120 lebih suara.

  “Persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai KPK harus memiliki KTP dari masyarakat Kampung Koya Tengah sebagai pendukung dan aturannya wajib terkumpul sebanyak 140 KTP pendukung puji Tuhan saya punya lebih dari target yang ada”, jelas Irene.

  Kini setelah terpilih sebagai kepala kampugn, yang menjadi fokusnya Irene Rollo   kedepan adalah memberantas masalah kasus kekerasan yang dipicu Miras di Kampung Koya Tengah. Dimana sebagian besar, kaum perempuan yang jadi korban kekerasan. Ini merupakan persoalan yang sampai saat ini belum bisa diatasi, maka diapun berharap walaupun dirinya seorang perempuan tapi dia yakin bisa menuntaskan persoalan tersebut.

  “Rencananya nanti kami akan menata kampung Koya tengah dengan baik, dan dilanjutkan dengan pembangunan, karena saya merasa bahwa penataan kampung Koya tengah ini sangat perlu di akukan sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada”, tuturnya.

    Irene Rollo juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua warga Kampung Koya Tengah yang telah mempercayakan dia sebagai KPK, diapun berharap agar masyarakat bisa proaktif dalam membangun Kampung Koya Tengah sehingga segala program yang akan dicanangkan oleh Irene Rollo bisa berjalan maksimal. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya