Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Polisi Perlu Bubarkan Warga yang Ngumpul Lalu Nongkrong di Jembatan Merah

JAYAPURA-Tewasnya seorang remaja bernama Andreas Rumbiak akibat terjatuh dari Jembatan Yotefa pada Kamis (26/5) masih dalam penyelidikan penyidik Polsek Jayapura Selatan.

Polisi belum bisa menentukan apakah korban terjatuh  karena kelalaian sendiri ataupun ada unsur kesengajaan. Penyidik masih mencari identitas dua rekan korban yang disebutkan pada pagi itu sempat mengantarkan korban ke rumah sakit. Hanya saja Polisi hingga kini belum menemukan dua saksi yang mengetahui awal kejadian.

“Belum banyak informasi yang kami peroleh,  sebab kami masih mencari saksi yang mengantar korban. Itu temannya tapi setelah mengantar mereka lalu pergi begitu saja,” kata Kapolsek Jayapura Selatan, Kompol Hendrik Seru, Jumat (27/5) kemarin.

Namun Kapolsek Hendrik Seru menyampaikan bahwa diduga korban duduk di atas railing dan tidak seimbang kemudian tergelincir atau terpeleset hingga jatuh.

Baca Juga :  Tingkatkan Layananan Perkuliahan, UIP Gandeng Uncen 

Sementara terkait ini seorang pegiat sosial, Gunawan berpendapat bahwa patroli yang dulu sering dilakukan polisi untuk titik Jembatan Youtefa atau yang dikenal masyarakat dengan nama Jembatan Merah maupun di Ring Road sepatutnya kembali dihidupkan.

Pasalnya Jembatan Youtefa ini sering digunakan oleh warga untuk nongkrong kemudian memarkir kendaraannya di atas jembatan. Padahal secara aturan sudah jelas ini salah apalagi ada sejumlah rambu yang menyebut dilarang berhenti namun di lapangan, semua hanya dianggap sebagai pajangan.

“Ini tidak bisa dipungkiri, Jembatan Youtefa kerap menjadi tempat untuk parkir dan nongkrong padahal jelas-jelas di situ ada rambu yang melarang untuk  berhenti,” jelas Gunawan.

Selain itu ia masih sering melihat banyak anak muda yang duduk lesehan sambil ngobrol dan bercanda.  Disinilah yang kata Gunawan kerap digunakan untuk pesta miras. Nah jika bercermin dari kasus lain, orang ada kecenderungan ketika orang sudah duduk bersila kemudian melakukan pesta miras maka bisa dipastikan orang tersebut akan mencari tempat untuk buang air kecl.

Baca Juga :  Varian Delta Masih Tetap Jadi Ancaman

“Dengan kondisi mabuk dan kepala oleng maka hampir bisa dipastikan bahwa itu juga bisa diakhiri dengan buang air. Nah saat buang air ini tubuh oleng dan kemudian terjatuh. Itu belum lagi dengan kendaraan – kendaraan yang parkir di jembatan,” jelas Gunawan.

Ia melihat bahwa saat ini di tiang jembatan juga ada toa atau pengeras suara. Seharusnya menurut Gunawan, toa tersebut bisa dimaksimal. “Jadi jangan hanya dipajang tapi tidak digunakan. Dan yang terpenting adalah bila ini tidak disikapi maka ke depan orang akan berpendapat sama,” tutupnya. (ade/nat)

JAYAPURA-Tewasnya seorang remaja bernama Andreas Rumbiak akibat terjatuh dari Jembatan Yotefa pada Kamis (26/5) masih dalam penyelidikan penyidik Polsek Jayapura Selatan.

Polisi belum bisa menentukan apakah korban terjatuh  karena kelalaian sendiri ataupun ada unsur kesengajaan. Penyidik masih mencari identitas dua rekan korban yang disebutkan pada pagi itu sempat mengantarkan korban ke rumah sakit. Hanya saja Polisi hingga kini belum menemukan dua saksi yang mengetahui awal kejadian.

“Belum banyak informasi yang kami peroleh,  sebab kami masih mencari saksi yang mengantar korban. Itu temannya tapi setelah mengantar mereka lalu pergi begitu saja,” kata Kapolsek Jayapura Selatan, Kompol Hendrik Seru, Jumat (27/5) kemarin.

Namun Kapolsek Hendrik Seru menyampaikan bahwa diduga korban duduk di atas railing dan tidak seimbang kemudian tergelincir atau terpeleset hingga jatuh.

Baca Juga :  Mama Risma, Mensos Kedua yang ke Kampung Skouw Yambe

Sementara terkait ini seorang pegiat sosial, Gunawan berpendapat bahwa patroli yang dulu sering dilakukan polisi untuk titik Jembatan Youtefa atau yang dikenal masyarakat dengan nama Jembatan Merah maupun di Ring Road sepatutnya kembali dihidupkan.

Pasalnya Jembatan Youtefa ini sering digunakan oleh warga untuk nongkrong kemudian memarkir kendaraannya di atas jembatan. Padahal secara aturan sudah jelas ini salah apalagi ada sejumlah rambu yang menyebut dilarang berhenti namun di lapangan, semua hanya dianggap sebagai pajangan.

“Ini tidak bisa dipungkiri, Jembatan Youtefa kerap menjadi tempat untuk parkir dan nongkrong padahal jelas-jelas di situ ada rambu yang melarang untuk  berhenti,” jelas Gunawan.

Selain itu ia masih sering melihat banyak anak muda yang duduk lesehan sambil ngobrol dan bercanda.  Disinilah yang kata Gunawan kerap digunakan untuk pesta miras. Nah jika bercermin dari kasus lain, orang ada kecenderungan ketika orang sudah duduk bersila kemudian melakukan pesta miras maka bisa dipastikan orang tersebut akan mencari tempat untuk buang air kecl.

Baca Juga :  Tak Hanya RS Abepura, RS Bhayangkara Tangani 51 Pasien Muntaber

“Dengan kondisi mabuk dan kepala oleng maka hampir bisa dipastikan bahwa itu juga bisa diakhiri dengan buang air. Nah saat buang air ini tubuh oleng dan kemudian terjatuh. Itu belum lagi dengan kendaraan – kendaraan yang parkir di jembatan,” jelas Gunawan.

Ia melihat bahwa saat ini di tiang jembatan juga ada toa atau pengeras suara. Seharusnya menurut Gunawan, toa tersebut bisa dimaksimal. “Jadi jangan hanya dipajang tapi tidak digunakan. Dan yang terpenting adalah bila ini tidak disikapi maka ke depan orang akan berpendapat sama,” tutupnya. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya