Dalam kegiatan P5 tema tiga ini, setiap siswa berproses selama 3 bulan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selain mereka mendalami materi-materi atau informasi atau isu-isu yang terkait dengan keberagaman, mereka juga berdiskusi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat.
“Jadi menghadirkan tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam proses pembelajaran lalu melakukan dialog-dialog,”jelasnya.
Menurutnya, penerapan kurikulum merdeka mewajibkan semua siswa di sekolah itu terutama kelas 7 dan 8 untuk terlibat langsung dalam kegiatan perayaan P5. Jadi Project penguatan profil pelajar Pancasila itu adalah bagian dari kurikulum merdeka yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran seperti bagaimana biasanya atau di luar jam intrakurikuler. Ini dilaksanakan dalam bentuk kokurikuler. Jadi Mereka belajar dari lingkungannya.
Lanjut dia, dari evolusi yang sudah dilakukan sejauh ini, terkait dengan penerapan kurikulum merdeka dan perayaan P5 di sekolah dari 3 tema yang sudah dilaksanakan itu, peserta didik semakin menyadari tentang, perannya dia sebagai pelajar untuk berpartisipasi terhadap lingkungan di sekitarnya, dia sebagai pelajar berperan apa untuk menjawab isu-isu yang sedang terjadi.
“Contoh, dengan Bhinneka Tunggal Ika kita bisa melihat fanatis atau anti radikal, atau yang lainnya yang sejenis, Dengan memahami perbedaan ini bahwa pentingnya itu mereka bersatu. Nah itu bisa membantu untuk mewujudkan kesatuan.
Harapan saya mereka terus belajar, baik di sekolah maupun di lingkungannya. Karena belajar itu tidak saja secara teori tetapi belajar itu juga melalui proses berpikir lewat pengalaman atau kontekstualnya,”pungkasnya. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos