Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Berharap ada Tambahan Skill untuk Membuat Gerabah Model yang Lain

Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Lewat Kerajinan Gerabah 

Untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Provinsi Papua, mendorong peningkatan ketrampilan masyarakat. Salah satunya adalah di bidang pembuatan kerajinan/souvenir keramik atau gerabah.

Laporan: Karolus Daot Jayapura.

Sebanyak 30 peserta dari Kelompok Perajin Gerabah Tradisional, Titian Hidup Kampung Abar, Kabupaten Jayapura, dan Kelompok Ikatan Perempuan Pengrajin Keramik, Kampung Kayu Batu mengikuti pelatihan pembuatan keramik di BBPPKS Jayapura.

  Pelatihan pembuatan Keramik tersebut akan berlangsung selama 14 hari, mulai 1-14 Desember mendatang. Seluruh peserta yang ikut pelatihan tersebut tampaknya telah memiliki kemampuan dasar dalam membuat keramik berbahan tanah liat. Hanya saja sistem pengolahan yang mereka lakukan selama ini masih manual.

  Seperti yang diceritakan oleh Ketua Kelompok Perajin Gerabah Tradisional, Titian Hidup Kampung Abar, Kabupaten Jayapura, Naftali Felle. Mereka membuat gerabah sejak tahun 2008 silam. Gerabah yang diproduksi selama ini hanya terdapat dua jenis, diantaranya sempe belanga (Mangkuk ukuran besar) dan juga pot bunga rias.

  Proses produksi untuk satu buah sempe atau pot bunga membutuhkan waktu 2-3 minggu. “Kami tidak setiap hari, hanya Rabu-Kamis saja produksi gerabah,” ceritanya.

Baca Juga :  Pemerintah Pusat dan Pemprov Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi

  Diapun mengatakan produksi gerabah dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama tanah liat basah, dikeringkan selama beberapa hari, setelah kering selanjutnya diayak hingga halus. Kemudian diaduk dengan bahan lain, lalu diolah.

  “Kalau olahan tanah liatnya itu sudah tidak lengket, maka barulah kita olah menjadi Sempe atau pot bunga untuk rias di atas meja,” terangnya.

Daya produksi gerabah dari kelompok perajin tersebut, masih sangat terbatas bahkan setiap bulannya mereka hanya mampu produksi puluhan gerabah. “Sudah ada mesin untuk pemanas gerabah, tapi tetap dibantu dengan tungku api, sehingga produksi kita masih sedikit,” ujarnya Naftali.

  Dikatakan di Kampung Abar memiliki beberapa jenis tanah liat, masing masing-memiliki kualitas dan ciri khasnya. Hal ini menurutnya jika didukung dengan sistem produksi yang modern, tentu akan berdampak pada nilai produksi.

  Oleh sebab itu melalui pelatihan tersebut mereka mengharapkan, selain pelatihan peningkatan kapasitas, tapi juga pemerintah melalui Dinas Sosial memberi dukungan berupa bantuan alat produksi gerabah bagi Kelompok Pengrajin gerabah Kampung Abar tersebut.

Baca Juga :  Pergub KTR Bukan Sekedar Regulasi, Harus Diimplementasikan di Masyarakat

  “Kami harap selain pelatihan, tapi juga pemerintah dukung kami dalam bentuk alat produksi, selain itu sediakan pasar bagi kami, agar ekonomi kami makin meningkat,” harapnya.

  Hal senada juga dikatakan oleh  anggota Kelompok Ikatan Perempuan Perajin Keramik, (Gerabah) Kampung Kayu Batu. Kelompok tersebut membuat gerabah menggunakan tanah liat.

  Alat produksinya pun masih dengan cara manual, sehingga sejak didirikannya kelompok perajin keramik tersebut tahun 2017, belum banyak gerabah yang diproduksi.

  Bahkan mereka belum menjual gerabah tersebut ke pasaran. “Kita tidak memiliki mesin bakar, jadi selama ini hanya menggunakan tungku api, sehingga produksi kita tidak banyak,” ceritanya.

  Selain itu, skill mereka untuk mengolah gerabah katanya masih sangat minim, hal itulah yang membuat mereka selama ini hanya mampu membuat sempe (Mangkuk). “Kami belum lincah mau bikin model yang lain, sehingga kami harap pelatihan ini bisa meningkatkan kemampauan kami,” harapnya. (*/tri)

Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Lewat Kerajinan Gerabah 

Untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Provinsi Papua, mendorong peningkatan ketrampilan masyarakat. Salah satunya adalah di bidang pembuatan kerajinan/souvenir keramik atau gerabah.

Laporan: Karolus Daot Jayapura.

Sebanyak 30 peserta dari Kelompok Perajin Gerabah Tradisional, Titian Hidup Kampung Abar, Kabupaten Jayapura, dan Kelompok Ikatan Perempuan Pengrajin Keramik, Kampung Kayu Batu mengikuti pelatihan pembuatan keramik di BBPPKS Jayapura.

  Pelatihan pembuatan Keramik tersebut akan berlangsung selama 14 hari, mulai 1-14 Desember mendatang. Seluruh peserta yang ikut pelatihan tersebut tampaknya telah memiliki kemampuan dasar dalam membuat keramik berbahan tanah liat. Hanya saja sistem pengolahan yang mereka lakukan selama ini masih manual.

  Seperti yang diceritakan oleh Ketua Kelompok Perajin Gerabah Tradisional, Titian Hidup Kampung Abar, Kabupaten Jayapura, Naftali Felle. Mereka membuat gerabah sejak tahun 2008 silam. Gerabah yang diproduksi selama ini hanya terdapat dua jenis, diantaranya sempe belanga (Mangkuk ukuran besar) dan juga pot bunga rias.

  Proses produksi untuk satu buah sempe atau pot bunga membutuhkan waktu 2-3 minggu. “Kami tidak setiap hari, hanya Rabu-Kamis saja produksi gerabah,” ceritanya.

Baca Juga :  Kapolres: Ada Tokoh yang Coba Gagalkan DOB Papua Selatan

  Diapun mengatakan produksi gerabah dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama tanah liat basah, dikeringkan selama beberapa hari, setelah kering selanjutnya diayak hingga halus. Kemudian diaduk dengan bahan lain, lalu diolah.

  “Kalau olahan tanah liatnya itu sudah tidak lengket, maka barulah kita olah menjadi Sempe atau pot bunga untuk rias di atas meja,” terangnya.

Daya produksi gerabah dari kelompok perajin tersebut, masih sangat terbatas bahkan setiap bulannya mereka hanya mampu produksi puluhan gerabah. “Sudah ada mesin untuk pemanas gerabah, tapi tetap dibantu dengan tungku api, sehingga produksi kita masih sedikit,” ujarnya Naftali.

  Dikatakan di Kampung Abar memiliki beberapa jenis tanah liat, masing masing-memiliki kualitas dan ciri khasnya. Hal ini menurutnya jika didukung dengan sistem produksi yang modern, tentu akan berdampak pada nilai produksi.

  Oleh sebab itu melalui pelatihan tersebut mereka mengharapkan, selain pelatihan peningkatan kapasitas, tapi juga pemerintah melalui Dinas Sosial memberi dukungan berupa bantuan alat produksi gerabah bagi Kelompok Pengrajin gerabah Kampung Abar tersebut.

Baca Juga :  Resmi, Hari ini Uskup Putra Papua Pertama Ditahbiskan

  “Kami harap selain pelatihan, tapi juga pemerintah dukung kami dalam bentuk alat produksi, selain itu sediakan pasar bagi kami, agar ekonomi kami makin meningkat,” harapnya.

  Hal senada juga dikatakan oleh  anggota Kelompok Ikatan Perempuan Perajin Keramik, (Gerabah) Kampung Kayu Batu. Kelompok tersebut membuat gerabah menggunakan tanah liat.

  Alat produksinya pun masih dengan cara manual, sehingga sejak didirikannya kelompok perajin keramik tersebut tahun 2017, belum banyak gerabah yang diproduksi.

  Bahkan mereka belum menjual gerabah tersebut ke pasaran. “Kita tidak memiliki mesin bakar, jadi selama ini hanya menggunakan tungku api, sehingga produksi kita tidak banyak,” ceritanya.

  Selain itu, skill mereka untuk mengolah gerabah katanya masih sangat minim, hal itulah yang membuat mereka selama ini hanya mampu membuat sempe (Mangkuk). “Kami belum lincah mau bikin model yang lain, sehingga kami harap pelatihan ini bisa meningkatkan kemampauan kami,” harapnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya