Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Megawati Nambah Tiga Kali, Dibungkus Daun Simpur supaya Aroma Khas Keluar

Sate Lilit Pedas Kaya Bumbu dan Mie Belitung Atep, Kuliner Peranakan Tionghoa yang Memikat Megawati  (18)

Sudut favoritnya berada di dekat lokasi pembakaran sate. Saking seringnya mampir ke warung tersebut, Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri jarang minta sterilisasi area lebih dulu. Duduk, bersantap, menikmati kelapa muda, lalu pulang.

MARIYAMA DINA, Klungkung & AGUS DWI PRASETYO, Belitung

SATE lilit adalah makanan khas tradisional Bali. Di Denpasar dan wilayah Bali lainnya, tidak sulit menemukan penjual olahan daging berbumbu yang dibakar dulu sebelum disajikan tersebut. Tapi, Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan tidak sama. Ada yang unik pada rasanya. Dibandingkan sate lilit yang lain, resep kreasi mendiang I Nengah Sada itu menghasilkan olahan yang sangat gurih dan tahan lama.

Komang Yunianti, anak ketiga Nengah, mengatakan bahwa sate lilitnya tidak dibalut dengan kelapa. Padahal, kelapa menjadi salah satu bahan penting dalam racikan sate lilit Bali. Warung yang terletak di Kabupaten Klungkung itu memilih tidak mencampurkan kelapa agar bisa lebih tahan lama. Selain itu, tanpa kelapa, rasa ikan menjadi lebih terasa. Ikan memang bahan baku utama sate lilit.

”Jadi, misalnya ada yang ingin disimpan sampai besok pagi gitu masih akan awet. Tanpa dimasukkan kulkas juga masih awet,” jelas Komang saat ditemui Jawa Pos di warungnya pada pertengahan Desember lalu.

Dia mengakui bahwa pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM berdampak serius pada warungnya. Sebab, pariwisata Pulau Dewata juga tergulung virus yang terus bereplika menjadi varian baru tersebut. Dulu, sebelum pandemi, warung yang dikelola Komang itu bisa menghabiskan 100 kilogram sate. Sedangkan untuk sup ikan, daging yang dibutuhkan bisa mencapai 100 kilogram per hari.

Sebenarnya, apa keistimewaan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan? Mengapa Megawati bisa sampai langganan?

Pagi menjelang siang itu, Jawa Pos memesan satu set sate lilit. Yang hadir kemudian adalah sate lilit, sate tusuk, pepes ikan, sup ikan, pelecing, kacang goreng, sambal bawang atau sambal matah, dan nasi. Sup ikan yang disebut-sebut sebagai favorit Megawati itu langsung menarik perhatian. Supnya tersaji dalam mangkuk kecil. Wadah yang cekung itu menjaga kehangatan sup ikan. Sup memang paling nikmat disantap saat masih hangat.

Rasa pedas muncul bergantian dengan khas bumbu rempah ketika kuah sup mampir di mulut. Sensasi yang sama juga hadir ketika sate lilit mulai digigit. Aroma khas daging yang dibakar juga menggugah selera. Ada begitu banyak kesenangan yang tersaji di atas meja makan hanya dengan memesan satu set sate lilit. Dijamin kenyang.

”Bu Mega di sini paling suka sup ikannya. Bisa nambah sampai tiga kali biasanya,” ungkap Komang. Selain sup ikan, menurut dia, presiden perempuan pertama RI itu juga menyukai kacang goreng buatan warungnya. ”Sekitar 3–5 kilogram kacang biasanya dibawa ke kota buat oleh-oleh,” imbuhnya.

Soal minuman, Megawati selalu konsisten. Yang dia pesan sejak masih menjadi pelanggan baru adalah teh. Teh di dalam botol dan air hangat. Dua macam minuman itu yang selalu dipesan Megawati. Sebagai dessert, putri proklamator RI itu memesan kelapa muda.

Perkenalan Megawati dengan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan terjadi pada 2005. Ketika itu masih Nengah yang menjadi juru masak. Istri dan anak-anak Nengah, termasuk Komang, sekadar membantu. Namun, karena generasi berikutnya bisa mempertahankan olahan dan rasa sate lilit seperti saat ditangani langsung oleh Nengah, Megawati tetap saja selalu singgah ke sana jika sedang berada di Bali.

”Nggak bisa dihitung lagi sudah berapa kali Bu Mega ke sini,” ujar Komang. Dulu, sebelum pandemi, sebulan bisa berkunjung lebih dari satu kali.

Baca Juga :  Dilarang tapi Masih Bebas Diperjualbelikan

Kini, dengan banyaknya pembatasan, Megawati lebih sering memesan sate lilit untuk dibawa ke kediamannya. ”Dulu pernah pesan 2 kilogram. Sup ikan sama sate lilitnya. Lalu dimasak sendiri di rumah. Biasanya kalau segitu bisa untuk dua pekan,” terang Komang.

Suatu ketika, Komang dan timnya pernah diusung ke lokasi kongres PDI. Sebab, Megawati terlalu sibuk dan tidak sempat meninggalkan lokasi kongres untuk sekadar menyantap sate lilit. ”Kami yang diminta datang ke lokasi dan membakar satenya langsung di sana,” kenang Komang.

Kunjungan rutin Megawati ke warung, menurut dia, selalu terjadi setelah Idul Fitri. Dia hampir selalu datang ke warung pada jam makan siang. Pemberitahuan resmi bahwa Megawati akan mampir ke warung terbit pada hari H. Hanya beberapa jam sebelum kunjungan terlaksana. ”Tidak semua tempat di-booking. Hanya beberapa deret yang dekat tempat duduk favorit beliau,” lanjut Komang.

Sudut favorit Megawati berada pada ujung paling kiri, mepet tembok. Lokasi itu bersebelahan langsung dengan area pembakaran sate. Megawati selalu memilih duduk lesehan di situ. Area VIP di warung malah tidak pernah dia lirik. ”Ini nggak pernah berubah dari beliau datang kali pertama ke sini,” terang Komang.

Di tempat favoritnya itu, Megawati akan duduk bersama tamu yang menjadi tujuan lawatannya ke Bali. Sementara itu, anggota rombongannya yang lain bebas memilih tempat duduk. Kedatangan Megawati juga tidak diawali dengan sterilisasi lokasi. Bahkan, pengunjung lain tetap boleh datang dan bersantap di warung yang berdiri sejak 1990-an tersebut.

Selain kuliner di Bali, Megawati juga menggemari kuliner Belitung. Mie Belitung Atep salah satunya. Daun simpur yang hanya bisa didapatkan di Belitung menjadi ciri khas makanan berkuah tersebut.

Verawati tidak akan pernah bisa melupakan 5 Februari 2012. Dia masih ingat betul kedatangan salah seorang kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke kedai mi yang dia kelola. Sang kader mengatakan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bakal singgah ke warungnya. Kabar itu membuat Verawati berbunga-bunga.

”Satu minggu sebelum Bu Mega (sapaan Megawati, Red) datang, orang PDIP itu datang ke sini,” kenang perempuan yang akrab disapa Atep tersebut saat berbincang dengan Jawa Pos pada pertengahan Desember lalu.

Karena Megawati bakal bertandang pada 12 Februari, Verawati pun langsung mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut putri proklamator bangsa tersebut. Yang paling penting adalah menyiapkan meja khusus. Kedai mi yang terletak di Jalan Sriwijaya Nomor 27, Tanjung Pandan, Belitung, itu pun sibuk mematut diri agar layak dikunjungi Megawati.

Pengusaha kuliner berusia 76 tahun tersebut menambahkan, sebelum Megawati datang, kedainya diperiksa oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari Jakarta. Mereka ingin memastikan bahwa Verawati siap menyambut presiden ke-5 RI itu. Petugas memeriksa meja dan kursi yang akan dipakai Megawati hingga kelayakan kamar mandi di rumah makan.

Pada hari yang ditetapkan, Megawati tidak datang sendirian. Dia ditemani putrinya, Puan Maharani. Ada pula puluhan kader PDIP yang ikut ke Mie Belitung Atep. Maklum, saat itu ada rapat koordinasi (rakor) tiga pilar PDIP di Belitung. Acara tersebut sekaligus menjadi momen untuk merayakan hari jadi ke-39 partai yang identik dengan warna merah itu. ”Mereka pesan seratus porsi,” kata Verawati.

Sesuai rencana, Megawati duduk di meja khusus yang telah disiapkan, yakni meja pada deretan belakang, dekat dinding yang menghadap ke jalan raya. ”Kalau untuk porsi dan rasa, saya bikin sama,” imbuh ibu tiga anak itu.

Verawati tidak menyia-nyiakan kesempatan langka bertemu Megawati. Saat itu Megawati memang sudah tidak menjabat presiden. Namun, Verawati senang bukan kepalang menerima kunjungan sang mantan presiden perempuan pertama Indonesia tersebut.

Baca Juga :  Kena Roasting Komika Hingga Mirip Jogging Saat Diajari Tari Yospan

Untuk mengabadikan kebanggaannya, Verawati meminta bantuan Anton Gozali, tokoh PDIP Bangka Belitung (Babel), agar bisa berfoto bersama Megawati. Harapannya terkabul. Verawati bisa berfoto bersama Megawati dan Puan. Dalam kesempatan itu, Verawati mengucapkan selamat ulang tahun kepada PDIP. Kebetulan, hari jadi PDIP berbarengan dengan kelahiran Mie Belitung Atep. Pada 2012 itu usia Mie Belitung Atep pun juga 39 tahun.

Foto Verawati bersama Megawati kini menghiasi salah satu dinding kedai. Ukurannya lebih besar ketimbang foto-foto lain yang tergantung di dinding yang sama. Pasca kunjungan Megawati itu, Mie Belitung Atep kian ramai pengunjung. Bahkan, sederet artis ibu kota dan tokoh nasional juga bertandang ke sana. Mereka penasaran pada kuliner khas Belitung tersebut. Di antaranya Meriam Bellina, Gogon, Andrea Hirata, dan Reza Pahlevi.

Soal rasa, Verawati betul-betul mempertahankan resep warisan orang tua. Sederhana saja. Bumbu-bumbunya pun mudah didapatkan di Belitung. Lengkuas, bawang merah, dan bawang putih dihaluskan bersama kemiri, lada, dan garam. Semua bahan yang dihaluskan itu kemudian ditumis. Setelah bumbu tercampur, tambahkan air. Kuah mi itu direbus hingga mengental.

Selagi menunggu kuah siap, persiapkan bahan-bahan yang lain. Udang, mentimun, gula merah, kentang, tahu, dan taoge. Tata mi, mentimun, kentang rebus, tahu, telur, dan taoge dalam piring. Setelah semuanya siap, barulah kuah yang kental tadi disiramkan. Seporsi mi buatan Atep akan kian mantap rasanya jika dipadukan dengan sambal dan emping.

”Kalau untuk dibungkus, kami biasanya pakai daun simpur,” kata Atep. Di Belitung daun simpur mudah didapatkan. Daun bertulang tunggal itu biasanya digunakan untuk membungkus bahan makanan, misalnya daging.

Dulu Verawati selalu mengalasi piring yang menjadi wadah mi kuahnya dengan daun tersebut. Sebelum disantap, mi dibungkus daun lebih dulu. Untuk membungkus seporsi mi, dia membutuhkan empat lembar daun simpur. Namun, seiring perkembangan zaman, kebiasaan itu tidak berlanjut. Sekarang mi langsung dihidangkan di atas piring tanpa lebih dulu dialasi daun simpur. ”Daun itu adanya hanya di Belitung. Kalau musim hujan, susah carinya,” ujar dia.

Menurut Verawati, beberapa pembeli masih memintanya memberi alas daun simpur pada mi pesanan mereka. Mereka umumnya suka dengan aroma yang muncul pada mi setelah dibungkus daun. ”Biasanya 15 menit setelah dibungkus daun simpur, ada aroma khasnya,” ungkap nenek tiga cucu tersebut.

Verawati mengatakan bahwa resep mi itu dia peroleh dari ibunya. Dia mempraktikkan kali pertama resep warisan tersebut pada 1973. Saat kedai buka kali pertama, seporsi mi dihargai Rp 35. Sekarang harga seporsi Mie Belitung Atep adalah Rp 18 ribu. ”Saya jualan dari umur saya 28 tahun sampai sekarang,” imbuh dia.

Selain di Belitung, Verawati membuka cabang di Jakarta. Di antaranya di Kelapa Gading dan Mangga Besar. Kedai-kedai yang di ibu kota diurusi anak Verawati. Karena itu, dia hanya sesekali menengok usahanya di Jakarta. ”Ada anak yang bantu saya (menjalankan bisnis kuliner, Red.),” ungkapnya.

Popularitas Mie Belitung Atep membuat Ratna tidak kapok berkali-kali datang ke kedai milik Verawati. Bersama anaknya, perempuan asal Tangerang yang menetap di Belitung tersebut sengaja ke Tanjung Pandan untuk menyantap mi. ”Lebih enak yang di sini daripada di tempat lain. Makanya, saya ajak anak ke sini,” ucapnya. Tidak hanya bisa menikmati mi yang lezat, di kedai itu Ratna juga dapat bertemu dengan si peracik mi legendaris tersebut. (*/c19/hep/JPG)

Sate Lilit Pedas Kaya Bumbu dan Mie Belitung Atep, Kuliner Peranakan Tionghoa yang Memikat Megawati  (18)

Sudut favoritnya berada di dekat lokasi pembakaran sate. Saking seringnya mampir ke warung tersebut, Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri jarang minta sterilisasi area lebih dulu. Duduk, bersantap, menikmati kelapa muda, lalu pulang.

MARIYAMA DINA, Klungkung & AGUS DWI PRASETYO, Belitung

SATE lilit adalah makanan khas tradisional Bali. Di Denpasar dan wilayah Bali lainnya, tidak sulit menemukan penjual olahan daging berbumbu yang dibakar dulu sebelum disajikan tersebut. Tapi, Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan tidak sama. Ada yang unik pada rasanya. Dibandingkan sate lilit yang lain, resep kreasi mendiang I Nengah Sada itu menghasilkan olahan yang sangat gurih dan tahan lama.

Komang Yunianti, anak ketiga Nengah, mengatakan bahwa sate lilitnya tidak dibalut dengan kelapa. Padahal, kelapa menjadi salah satu bahan penting dalam racikan sate lilit Bali. Warung yang terletak di Kabupaten Klungkung itu memilih tidak mencampurkan kelapa agar bisa lebih tahan lama. Selain itu, tanpa kelapa, rasa ikan menjadi lebih terasa. Ikan memang bahan baku utama sate lilit.

”Jadi, misalnya ada yang ingin disimpan sampai besok pagi gitu masih akan awet. Tanpa dimasukkan kulkas juga masih awet,” jelas Komang saat ditemui Jawa Pos di warungnya pada pertengahan Desember lalu.

Dia mengakui bahwa pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM berdampak serius pada warungnya. Sebab, pariwisata Pulau Dewata juga tergulung virus yang terus bereplika menjadi varian baru tersebut. Dulu, sebelum pandemi, warung yang dikelola Komang itu bisa menghabiskan 100 kilogram sate. Sedangkan untuk sup ikan, daging yang dibutuhkan bisa mencapai 100 kilogram per hari.

Sebenarnya, apa keistimewaan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan? Mengapa Megawati bisa sampai langganan?

Pagi menjelang siang itu, Jawa Pos memesan satu set sate lilit. Yang hadir kemudian adalah sate lilit, sate tusuk, pepes ikan, sup ikan, pelecing, kacang goreng, sambal bawang atau sambal matah, dan nasi. Sup ikan yang disebut-sebut sebagai favorit Megawati itu langsung menarik perhatian. Supnya tersaji dalam mangkuk kecil. Wadah yang cekung itu menjaga kehangatan sup ikan. Sup memang paling nikmat disantap saat masih hangat.

Rasa pedas muncul bergantian dengan khas bumbu rempah ketika kuah sup mampir di mulut. Sensasi yang sama juga hadir ketika sate lilit mulai digigit. Aroma khas daging yang dibakar juga menggugah selera. Ada begitu banyak kesenangan yang tersaji di atas meja makan hanya dengan memesan satu set sate lilit. Dijamin kenyang.

”Bu Mega di sini paling suka sup ikannya. Bisa nambah sampai tiga kali biasanya,” ungkap Komang. Selain sup ikan, menurut dia, presiden perempuan pertama RI itu juga menyukai kacang goreng buatan warungnya. ”Sekitar 3–5 kilogram kacang biasanya dibawa ke kota buat oleh-oleh,” imbuhnya.

Soal minuman, Megawati selalu konsisten. Yang dia pesan sejak masih menjadi pelanggan baru adalah teh. Teh di dalam botol dan air hangat. Dua macam minuman itu yang selalu dipesan Megawati. Sebagai dessert, putri proklamator RI itu memesan kelapa muda.

Perkenalan Megawati dengan sate lilit Warung Lesehan Merta Sari Pesinggahan terjadi pada 2005. Ketika itu masih Nengah yang menjadi juru masak. Istri dan anak-anak Nengah, termasuk Komang, sekadar membantu. Namun, karena generasi berikutnya bisa mempertahankan olahan dan rasa sate lilit seperti saat ditangani langsung oleh Nengah, Megawati tetap saja selalu singgah ke sana jika sedang berada di Bali.

”Nggak bisa dihitung lagi sudah berapa kali Bu Mega ke sini,” ujar Komang. Dulu, sebelum pandemi, sebulan bisa berkunjung lebih dari satu kali.

Baca Juga :  Hanya Empat Pemain Punya Klub Akibat Absennya Liga sejak 2019

Kini, dengan banyaknya pembatasan, Megawati lebih sering memesan sate lilit untuk dibawa ke kediamannya. ”Dulu pernah pesan 2 kilogram. Sup ikan sama sate lilitnya. Lalu dimasak sendiri di rumah. Biasanya kalau segitu bisa untuk dua pekan,” terang Komang.

Suatu ketika, Komang dan timnya pernah diusung ke lokasi kongres PDI. Sebab, Megawati terlalu sibuk dan tidak sempat meninggalkan lokasi kongres untuk sekadar menyantap sate lilit. ”Kami yang diminta datang ke lokasi dan membakar satenya langsung di sana,” kenang Komang.

Kunjungan rutin Megawati ke warung, menurut dia, selalu terjadi setelah Idul Fitri. Dia hampir selalu datang ke warung pada jam makan siang. Pemberitahuan resmi bahwa Megawati akan mampir ke warung terbit pada hari H. Hanya beberapa jam sebelum kunjungan terlaksana. ”Tidak semua tempat di-booking. Hanya beberapa deret yang dekat tempat duduk favorit beliau,” lanjut Komang.

Sudut favorit Megawati berada pada ujung paling kiri, mepet tembok. Lokasi itu bersebelahan langsung dengan area pembakaran sate. Megawati selalu memilih duduk lesehan di situ. Area VIP di warung malah tidak pernah dia lirik. ”Ini nggak pernah berubah dari beliau datang kali pertama ke sini,” terang Komang.

Di tempat favoritnya itu, Megawati akan duduk bersama tamu yang menjadi tujuan lawatannya ke Bali. Sementara itu, anggota rombongannya yang lain bebas memilih tempat duduk. Kedatangan Megawati juga tidak diawali dengan sterilisasi lokasi. Bahkan, pengunjung lain tetap boleh datang dan bersantap di warung yang berdiri sejak 1990-an tersebut.

Selain kuliner di Bali, Megawati juga menggemari kuliner Belitung. Mie Belitung Atep salah satunya. Daun simpur yang hanya bisa didapatkan di Belitung menjadi ciri khas makanan berkuah tersebut.

Verawati tidak akan pernah bisa melupakan 5 Februari 2012. Dia masih ingat betul kedatangan salah seorang kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke kedai mi yang dia kelola. Sang kader mengatakan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bakal singgah ke warungnya. Kabar itu membuat Verawati berbunga-bunga.

”Satu minggu sebelum Bu Mega (sapaan Megawati, Red) datang, orang PDIP itu datang ke sini,” kenang perempuan yang akrab disapa Atep tersebut saat berbincang dengan Jawa Pos pada pertengahan Desember lalu.

Karena Megawati bakal bertandang pada 12 Februari, Verawati pun langsung mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut putri proklamator bangsa tersebut. Yang paling penting adalah menyiapkan meja khusus. Kedai mi yang terletak di Jalan Sriwijaya Nomor 27, Tanjung Pandan, Belitung, itu pun sibuk mematut diri agar layak dikunjungi Megawati.

Pengusaha kuliner berusia 76 tahun tersebut menambahkan, sebelum Megawati datang, kedainya diperiksa oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari Jakarta. Mereka ingin memastikan bahwa Verawati siap menyambut presiden ke-5 RI itu. Petugas memeriksa meja dan kursi yang akan dipakai Megawati hingga kelayakan kamar mandi di rumah makan.

Pada hari yang ditetapkan, Megawati tidak datang sendirian. Dia ditemani putrinya, Puan Maharani. Ada pula puluhan kader PDIP yang ikut ke Mie Belitung Atep. Maklum, saat itu ada rapat koordinasi (rakor) tiga pilar PDIP di Belitung. Acara tersebut sekaligus menjadi momen untuk merayakan hari jadi ke-39 partai yang identik dengan warna merah itu. ”Mereka pesan seratus porsi,” kata Verawati.

Sesuai rencana, Megawati duduk di meja khusus yang telah disiapkan, yakni meja pada deretan belakang, dekat dinding yang menghadap ke jalan raya. ”Kalau untuk porsi dan rasa, saya bikin sama,” imbuh ibu tiga anak itu.

Verawati tidak menyia-nyiakan kesempatan langka bertemu Megawati. Saat itu Megawati memang sudah tidak menjabat presiden. Namun, Verawati senang bukan kepalang menerima kunjungan sang mantan presiden perempuan pertama Indonesia tersebut.

Baca Juga :  Ibu yang Cemas Itu Gendong Anaknya Seberangi Sungai

Untuk mengabadikan kebanggaannya, Verawati meminta bantuan Anton Gozali, tokoh PDIP Bangka Belitung (Babel), agar bisa berfoto bersama Megawati. Harapannya terkabul. Verawati bisa berfoto bersama Megawati dan Puan. Dalam kesempatan itu, Verawati mengucapkan selamat ulang tahun kepada PDIP. Kebetulan, hari jadi PDIP berbarengan dengan kelahiran Mie Belitung Atep. Pada 2012 itu usia Mie Belitung Atep pun juga 39 tahun.

Foto Verawati bersama Megawati kini menghiasi salah satu dinding kedai. Ukurannya lebih besar ketimbang foto-foto lain yang tergantung di dinding yang sama. Pasca kunjungan Megawati itu, Mie Belitung Atep kian ramai pengunjung. Bahkan, sederet artis ibu kota dan tokoh nasional juga bertandang ke sana. Mereka penasaran pada kuliner khas Belitung tersebut. Di antaranya Meriam Bellina, Gogon, Andrea Hirata, dan Reza Pahlevi.

Soal rasa, Verawati betul-betul mempertahankan resep warisan orang tua. Sederhana saja. Bumbu-bumbunya pun mudah didapatkan di Belitung. Lengkuas, bawang merah, dan bawang putih dihaluskan bersama kemiri, lada, dan garam. Semua bahan yang dihaluskan itu kemudian ditumis. Setelah bumbu tercampur, tambahkan air. Kuah mi itu direbus hingga mengental.

Selagi menunggu kuah siap, persiapkan bahan-bahan yang lain. Udang, mentimun, gula merah, kentang, tahu, dan taoge. Tata mi, mentimun, kentang rebus, tahu, telur, dan taoge dalam piring. Setelah semuanya siap, barulah kuah yang kental tadi disiramkan. Seporsi mi buatan Atep akan kian mantap rasanya jika dipadukan dengan sambal dan emping.

”Kalau untuk dibungkus, kami biasanya pakai daun simpur,” kata Atep. Di Belitung daun simpur mudah didapatkan. Daun bertulang tunggal itu biasanya digunakan untuk membungkus bahan makanan, misalnya daging.

Dulu Verawati selalu mengalasi piring yang menjadi wadah mi kuahnya dengan daun tersebut. Sebelum disantap, mi dibungkus daun lebih dulu. Untuk membungkus seporsi mi, dia membutuhkan empat lembar daun simpur. Namun, seiring perkembangan zaman, kebiasaan itu tidak berlanjut. Sekarang mi langsung dihidangkan di atas piring tanpa lebih dulu dialasi daun simpur. ”Daun itu adanya hanya di Belitung. Kalau musim hujan, susah carinya,” ujar dia.

Menurut Verawati, beberapa pembeli masih memintanya memberi alas daun simpur pada mi pesanan mereka. Mereka umumnya suka dengan aroma yang muncul pada mi setelah dibungkus daun. ”Biasanya 15 menit setelah dibungkus daun simpur, ada aroma khasnya,” ungkap nenek tiga cucu tersebut.

Verawati mengatakan bahwa resep mi itu dia peroleh dari ibunya. Dia mempraktikkan kali pertama resep warisan tersebut pada 1973. Saat kedai buka kali pertama, seporsi mi dihargai Rp 35. Sekarang harga seporsi Mie Belitung Atep adalah Rp 18 ribu. ”Saya jualan dari umur saya 28 tahun sampai sekarang,” imbuh dia.

Selain di Belitung, Verawati membuka cabang di Jakarta. Di antaranya di Kelapa Gading dan Mangga Besar. Kedai-kedai yang di ibu kota diurusi anak Verawati. Karena itu, dia hanya sesekali menengok usahanya di Jakarta. ”Ada anak yang bantu saya (menjalankan bisnis kuliner, Red.),” ungkapnya.

Popularitas Mie Belitung Atep membuat Ratna tidak kapok berkali-kali datang ke kedai milik Verawati. Bersama anaknya, perempuan asal Tangerang yang menetap di Belitung tersebut sengaja ke Tanjung Pandan untuk menyantap mi. ”Lebih enak yang di sini daripada di tempat lain. Makanya, saya ajak anak ke sini,” ucapnya. Tidak hanya bisa menikmati mi yang lezat, di kedai itu Ratna juga dapat bertemu dengan si peracik mi legendaris tersebut. (*/c19/hep/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya