Friday, April 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Jangan Sampai Orang Lain Kuasai, Baru Menyesal di Belakang

Kopi Papua, Potensi Emas Hijau yang Menjanjikan (Bagian 2/Habis)

Highland rostery yang terletak di Waena, jalan masuk Kampung Yoka, itu tidak hanya memberikan tempat untuk mengelola kopi secara baik, tetapi tempat ini juga telah melatih banyak Pemuda Papua untuk belajar bagaimana menjadi seorang barista mengelola kopi secara mandiri yang disediakan gratis oleh mereka.

Laporan: Noel Wenda_Jayapura

Namun, sayangnya dari pengalaman yang ia jalani, menurut Yafet Wetipo, karena mungkin proses pembelajaran bersifat gratis bagi orang Papua, sehingga minat dari anak-anak Papua sendiri tidak terlalu banyak dan ini membuat perlu adanya perubahan pola pikir. Terutama  bagaimana tidak melihat dari niat melayani, tetapi bagaimana manfaat pelatihan serta ilmu yang yang didapat untuk mengelola kopi di daerah mereka sendiri.

  “Peluang bisnis kopi dengan menanam kopi masih luas di Papua. Jangan sampai orang lain sudah kuasai, baru kita menyesalinya dari belakang,” kata Wetipo.

  Sebagai pemilik sertifikat Roasting dan Barista,  Yafet mengajak pemuda Papua untuk memanfaatkan peluang bisnis kopi dan mengelola tanah mereka untuk menjadikan nilai bisnis bagi keluarga dan masyarakat mereka.

  “Bagi teman-teman yang mau belajar, kami terbuka untuk diskusi ini, dan berbagi pengetahuan dengan kelas privat. Jadi siapapun yang mau belajar bisa menghubungi dan untuk orang Papua gratis sudah sekitar 10 teman-teman yang sudah kerja dan sudah buka usaha khususnya untuk mereka yang ada di kota Jayapura dan kabupaten Jayapura,” katanya.

Baca Juga :  Banyak Persoalan yang Harus  Diseriusi, Tapi Justru Masih Terbiarkan

   Highland rostery yang berdiri sejak 2014 dengab nama highland Coffee itu pihaknya saat ini sedang berfokus di kebun untuk pasca panen karena kebanyakan orang berpikir bahwa kopi  Papua go internasional tetapi tidak melihat kondisi petani di lapangan untuk menghasilkan kualitas kopi yang baik.

  “Kita akan kasih tahu basic ke mereka  dan mereka petani akan kembangkan sendiri di tempat jualan,” katanya.

  Awalnya, ia mengatakan mulai bisnis ini dari kredit di bank untuk membeli mesin roasting dan dengan berjalanya waktu, ia bertemu dengan Program ekonomi hijau dan dibantu untuk kelas pertama dan terus berjalan sampai hari ini.

   “Kami sudah mengeluarkan 60 barista yang alumni dari kami dan telah membuka usaha,” katanya.

   Namun ketika memberikan ruang bagi pelajar yang berniat  belajar barista sebelumnya ditanyakan dulu apa motivasi mereka belajar, sehingga jika motivasinya bisnis atau untuk pengetahuan pribadi langsung diarahkan sesuai dengan materinya. Dimana Highland Roastery sejak 2020 mengelar pelatihan, sementara untuk usaha kopinya sejak dari 2014.

  “Kalau kami sertifikasi kemarin kita ambil 5758 coffee Land, terakhir kami ambil Sensoring yang saya ambil sendiri barista dan juga roasting,” katanya.

Baca Juga :  Langsung Plong saat Mendengar Jokowi Bilang Enak

  Meski demikian, Yafet mengakui awal dirinya  mendirikan usaha tersebut bermula sejak ia bertemu kedua mama di Wamena,  mereka di pasar satunya mata kabur satunya mata baik mereka kumpul beras di dalam kios dan dia membuangnya keluar menanyakan ke ibu yang satu apakah ini beras karena matanya buta, tetapi orang di toko mengatakan bahwa itu beras kotor.

  “Sampai di situ saya berpikir bahwa ini tanah saya, tapi sampai beras kotor pun kami tidak dapat,  maka saya langsung berpikir hal apa yang saya bisa lakukan untuk membantu masyarakat saya dan sejak memulai usaha ini, kami terus mengajak masyarakat untuk membeli kopi masyarakat Papua, karena dengan membeli kopi mereka bisa membantu masyarakat mereka yang dalam kesusahan,” katanya yang mengawali bisnisnya dengan kredit  di Bank guna membeli mesin roasting itu.

   Seiring berjalannya waktu, dirinya bertemu dengan program ekonomi hijau dan mereka bantu untuk kelas pertama dan terus berjalan sampai hari ini,  “Kami sudah mengeluarkan 60 barista yang alumni dari kami dan telah membuka usaha, harapannya mereka bisa mengelola emas hijau ini menjadi sumber pendapatan mereka, serta bagaimana meminum kopi dari hasil kebun mereka sendiri dengan kualitas dan hasil yang terbaik,” katanya. (*/habis)

Kopi Papua, Potensi Emas Hijau yang Menjanjikan (Bagian 2/Habis)

Highland rostery yang terletak di Waena, jalan masuk Kampung Yoka, itu tidak hanya memberikan tempat untuk mengelola kopi secara baik, tetapi tempat ini juga telah melatih banyak Pemuda Papua untuk belajar bagaimana menjadi seorang barista mengelola kopi secara mandiri yang disediakan gratis oleh mereka.

Laporan: Noel Wenda_Jayapura

Namun, sayangnya dari pengalaman yang ia jalani, menurut Yafet Wetipo, karena mungkin proses pembelajaran bersifat gratis bagi orang Papua, sehingga minat dari anak-anak Papua sendiri tidak terlalu banyak dan ini membuat perlu adanya perubahan pola pikir. Terutama  bagaimana tidak melihat dari niat melayani, tetapi bagaimana manfaat pelatihan serta ilmu yang yang didapat untuk mengelola kopi di daerah mereka sendiri.

  “Peluang bisnis kopi dengan menanam kopi masih luas di Papua. Jangan sampai orang lain sudah kuasai, baru kita menyesalinya dari belakang,” kata Wetipo.

  Sebagai pemilik sertifikat Roasting dan Barista,  Yafet mengajak pemuda Papua untuk memanfaatkan peluang bisnis kopi dan mengelola tanah mereka untuk menjadikan nilai bisnis bagi keluarga dan masyarakat mereka.

  “Bagi teman-teman yang mau belajar, kami terbuka untuk diskusi ini, dan berbagi pengetahuan dengan kelas privat. Jadi siapapun yang mau belajar bisa menghubungi dan untuk orang Papua gratis sudah sekitar 10 teman-teman yang sudah kerja dan sudah buka usaha khususnya untuk mereka yang ada di kota Jayapura dan kabupaten Jayapura,” katanya.

Baca Juga :  Banyak Fasilitas yang Rusak, Lingkungan Sekitar Dimanfaatkan Jualan PKL 

   Highland rostery yang berdiri sejak 2014 dengab nama highland Coffee itu pihaknya saat ini sedang berfokus di kebun untuk pasca panen karena kebanyakan orang berpikir bahwa kopi  Papua go internasional tetapi tidak melihat kondisi petani di lapangan untuk menghasilkan kualitas kopi yang baik.

  “Kita akan kasih tahu basic ke mereka  dan mereka petani akan kembangkan sendiri di tempat jualan,” katanya.

  Awalnya, ia mengatakan mulai bisnis ini dari kredit di bank untuk membeli mesin roasting dan dengan berjalanya waktu, ia bertemu dengan Program ekonomi hijau dan dibantu untuk kelas pertama dan terus berjalan sampai hari ini.

   “Kami sudah mengeluarkan 60 barista yang alumni dari kami dan telah membuka usaha,” katanya.

   Namun ketika memberikan ruang bagi pelajar yang berniat  belajar barista sebelumnya ditanyakan dulu apa motivasi mereka belajar, sehingga jika motivasinya bisnis atau untuk pengetahuan pribadi langsung diarahkan sesuai dengan materinya. Dimana Highland Roastery sejak 2020 mengelar pelatihan, sementara untuk usaha kopinya sejak dari 2014.

  “Kalau kami sertifikasi kemarin kita ambil 5758 coffee Land, terakhir kami ambil Sensoring yang saya ambil sendiri barista dan juga roasting,” katanya.

Baca Juga :  Banyak Persoalan yang Harus  Diseriusi, Tapi Justru Masih Terbiarkan

  Meski demikian, Yafet mengakui awal dirinya  mendirikan usaha tersebut bermula sejak ia bertemu kedua mama di Wamena,  mereka di pasar satunya mata kabur satunya mata baik mereka kumpul beras di dalam kios dan dia membuangnya keluar menanyakan ke ibu yang satu apakah ini beras karena matanya buta, tetapi orang di toko mengatakan bahwa itu beras kotor.

  “Sampai di situ saya berpikir bahwa ini tanah saya, tapi sampai beras kotor pun kami tidak dapat,  maka saya langsung berpikir hal apa yang saya bisa lakukan untuk membantu masyarakat saya dan sejak memulai usaha ini, kami terus mengajak masyarakat untuk membeli kopi masyarakat Papua, karena dengan membeli kopi mereka bisa membantu masyarakat mereka yang dalam kesusahan,” katanya yang mengawali bisnisnya dengan kredit  di Bank guna membeli mesin roasting itu.

   Seiring berjalannya waktu, dirinya bertemu dengan program ekonomi hijau dan mereka bantu untuk kelas pertama dan terus berjalan sampai hari ini,  “Kami sudah mengeluarkan 60 barista yang alumni dari kami dan telah membuka usaha, harapannya mereka bisa mengelola emas hijau ini menjadi sumber pendapatan mereka, serta bagaimana meminum kopi dari hasil kebun mereka sendiri dengan kualitas dan hasil yang terbaik,” katanya. (*/habis)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya