Di tempat yang sama Makaway (37) mengaku jika terjadi air pasang, tumpukan sampah dibawa kolom rumah warga bisa mencapai satu meter. Kondisi ini kata Makaway sudah tidak menjadi rahasia umum kampung ini terkenal dengan tumpukan sampah.
“Dulu ini laut pesisir, biru dan pantainya putih, kalau logam kita lemparkan, kita menyelam masih nampak (itu logam),” kenangnya sambil berdiri di pelantaran rumah panggungnya sore itu.
Ketika air laut pasang, tidak jarang air dan sampah masuk sampai ke rumah warga. “Kalau rumah saya masih aman. Rumah lain sudah kemasukan air,” kata Makaway sambil menunjuk beberapa rumah panggung yang sedikit lebih rendah dari rumahnya.
Untuk diketahui rata-rata Kampung Kayo Batu dihuni oleh warga di atas rumah panggung. Rumah-rumah itu berada cukup rapat dari satu rumah ke rumah yang lain. Bangunan ini ditopang dengan kayu yang dipancang rapat di bawah rumah.
Sampah-sampah tersebut berada di bawah pelantaran, maupun di celah antara rumah satu dengan yang lain. Hampir di setiap pekarangan rumah ada saja sampah yang berserakan. Sampah laut naik ke pesisir ketika air pasang terjadi.
Kemudian ketika surut, sampah-sampah berat tersangkut di bawah pelantar rumah panggung warga, tepatnya di tonggak kayu yang terpancang di bawah rumah. Kondisi tersebut membuat sampah menumpuk setiap air pasang surut terjadi. (*/tri)\
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos