JAYAPURA – Moment 1 Mei setiap tahunnya kerap dikaitkan dengan waktu aneksasi Papua masuk ke NKRI. Masih ada kelompok yang belum sepenuhnya bisa menerima jika bergabungnya Papua prosesnya telah selesai. Namun realitanya 1 Mei terus menjadi perdebatan tahunan yang tidak memberi hasil apa – apa.
Terkait ini salah satu anggota Kelompok Khusus DPR Papua, Yonas Nusi justru mewanti agar jangan sampai 1 Mei justru dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencari keuntungan kelmpok atau pribadi.
“Kenyataan saat ini kita merdeka 17 Agustus 1945 dan yang melakukan aneksasi adalah Belanda yang membentuk negara boneka dan proses yang terjadi untuk mengembalikan kedaulatan Indonesia sudah selesai dan semuanya berjalan dengan baik meski hingga kini masih ada yang belum paham dan menyatakan bahwa proses 1 Mei tidak sah,” kata Yonas di Jayapura, Sabtu (27/4).
Ia menyebut pada kenyataannya ada keterlibatan dunia internasional yang mengakui kedaulatan Indonesia dari Sabang hingga Merauke dan kalaupun masih diragukan ini tak lepas dari kepentingan kelompok tertentu yang menginginkan isu ini terus disuarakan dan menganggap cacat hukum.
Ada kelompok yang ingin memainkan isu 1 Mei untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
“Ini adalah propaganda negara negara tertentu yang memang ingin memanfaatkan isu ini kemudian dimainkan oleh kelompok kelompok lokal di Papua padahal di PBB perdebatan soal Papua ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun berkaitan dengan pelanggaran HAM itu kasuistis dan tidak massive,” jelasnya.
Ia melihat masih banyak hal yang harus dibenahi tapi perlu melibatkan seluruh stakeholder. Karenanya Yonas minta anak – anak muda tidak terpancing dan terprovokasi dengan isu internasionalisasi dan aneksasi soal Papua yang setiap tahun dimainkan namun tidak nampak hasil atau perubahan juga.
“Setiap tahun itu disuarakan tapi tidak berdampak juga. Saya pikir pemuda harus kritis dengan melihat realita sesungguhnya, betulkah isu aneksasi mengalami cacat hukum atau sengaja disuarakan untuk mendulang keuntungan di dalam isu ini. Jangan kepentingan luar akhirnya kita di dalam negeri bentrok sendiri,” wanti Yonas.
Ia melihat Otsus adalah upaya untuk mengobati dan membenahi yang kurang – kurang dan harus diakui masih ada yang kurang dan itu wajar.
“Kalau sesama anak Papua saling berdepan berkelahi maka ruang ini akan digunakan oleh pihak lain memanfaatkan yang memang ingin Papua ribut sendiri,” tutupnya. (ade/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos