Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Mahasiswa Papua Tolak Kedatangan Gubernur Enembe

DITOLAK: Rombongan Gubernur Papua saat ditolak masuk oleh mahasiswa Papua di asrama mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Selasa (27/8) kemarin. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

SURABAYA- Berkunjung ke Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/8) kemarin, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., diagendakan bertemu langsung dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Setelah itu menemui mahasiswa di asrama Papua Surabaya.

Usai menemui Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Gubernur Enembe mengharapkan kehadirannya bisa sedikit menyejukkan situasi, sehingga tidak banyak terjadi demonstrasi di berbagai daerah.

“Dari teman-teman DPR Papua mereka sudah datang duluan, tapi tetap tidak diterima. Saya sendiri tidak tahu apakah akan diterima atau tidak. Kalau mereka tidak mau terima, besok saya rencana bikin acara adat bakar batu di lingkungan asrama. Kalau mau mereka keluar, harus secara adat, dalam hal ini bakar batu. Secara adat memang begitu,” jelas Lukas Enembe, SIP., MH., usai pertemuan dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, Selasa (27/8) kemarin.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sendiri siap jikalau kemudian secara adat acara bakar batu mesti dilakukan. Pasalnya, anak-anak di Jawa Timur tentunya termasuk pula anak-anak dari Papua dan Papua Barat.

Baca Juga :  Uskup Agung Merauke Izinkan Misa dengan Umat

“Kami semua selama ini membangun komunikasi, yang mana rasanya sudah sangat dekat, sangat baik. Bahkan jikalau ada format yang lebih baik lagi, dengan sukacita, anak-anak kami di Jatim haruslah mereka merasa aman, nyaman, dan terlindungi, baik saat mereka menimba ilmu maupun bekerja,” jelas Khofifah Indar Parawansa.

Selain itu, Gubernur Khofifah pun kembali menyampaikan permohonan maafnya, sebagaimana yang telah disampaikannya di awal peristiwa tersebut terjadi. “Seperti yang sudah kami sampaikan permohonan maaf kami kepada Pak Gubernur Papua, yang mana ini adalah insiden personal yang sama sekali tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur,” tambahnya.

Gubernur Papua Lukas Enembe didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memberikan keterangan pers. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

Usai bertemu, didampingi Forkopimda Jawa Timur dan Papua, termasuk Gubernur Khofifah, Gubernur Enembe menuju lokasi asrama mahasiswa Papua Surabaya. Namun, bukannya diterima dengan baik. Sebaliknya, mahasiswa Papua dari dalam asrama malah menolak kehadiran Gubernur Enembe.

Berdasarkan pemantauan Cenderawasih Pos, situasi penolakan kehadiran Gubernur Enembe itu sempat memanas. Dimana para mahasiswa menolak untuk membuka pintu gerbang asrama bagi Gubernur Papua bersama rombongan untuk masuk. Bahkan, sempat terjadi lemparan pasir/tanah dari dalam asrama terhadap rombongan Gubernur Papua di luar gerbang.

Menyikapi penolakan tersebut, dalam konferensi pers di Hotel Grand Dafam Surabaya, Gubernur Enembe mengakui kurangnya koordinasi yang baik, sehingga terjadi penolakan tersebut. Namun, dirinya menyayangkan sikap mahasiswa asrama Papua Surabaya atas penolakan itu.

Baca Juga :  Aparat Keamanan Diingatkan Tak Main BBM

“Ini mungkin terlalu emosi atau terlalu cepat kita datang, sehingga kita akan reschedule (agendakan kembali). Saya akan agendakan kembali untuk tim saya datang ke sana (asrama mahasiwa Papua Surabaya). Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk kami ke sana, sehingga perlu untuk diagendakan kembali,” terangnya.

Ditanya soal jumlah maupun penghuni mahasiswa di asrama mahasiswa Papua Surabaya, Gubernur mengaku tidak memiliki data yang pasti. Meskipun menurutnya sekiranya terdapat 60 orang yang berada di dalam asrama tersebut. Dirinya  tak dapat memastikan apakah di dalam asrama tersebut semuanya berstatus mahasiswa atau tidak.

“Namun, yang jelas, sebagai kepala daerah, saya kecewa dengan sikap mereka yang seperti itu. Kalau mau bicara merdeka atau referendum itu bukan urusan dengan gubernur, melainkan dengan pemerintah pusat. Saya juga sudah melaporkan ini kepada Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara. Perihal ini, sudah menjadi urusan kepala negara. Namun, yang jelas, Papua tetap bagian dari Indonesia,” tegasnya. (gr/nat)

DITOLAK: Rombongan Gubernur Papua saat ditolak masuk oleh mahasiswa Papua di asrama mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Selasa (27/8) kemarin. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

SURABAYA- Berkunjung ke Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/8) kemarin, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., diagendakan bertemu langsung dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Setelah itu menemui mahasiswa di asrama Papua Surabaya.

Usai menemui Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Gubernur Enembe mengharapkan kehadirannya bisa sedikit menyejukkan situasi, sehingga tidak banyak terjadi demonstrasi di berbagai daerah.

“Dari teman-teman DPR Papua mereka sudah datang duluan, tapi tetap tidak diterima. Saya sendiri tidak tahu apakah akan diterima atau tidak. Kalau mereka tidak mau terima, besok saya rencana bikin acara adat bakar batu di lingkungan asrama. Kalau mau mereka keluar, harus secara adat, dalam hal ini bakar batu. Secara adat memang begitu,” jelas Lukas Enembe, SIP., MH., usai pertemuan dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, Selasa (27/8) kemarin.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sendiri siap jikalau kemudian secara adat acara bakar batu mesti dilakukan. Pasalnya, anak-anak di Jawa Timur tentunya termasuk pula anak-anak dari Papua dan Papua Barat.

Baca Juga :  Dukung Gubernur dan Wakil Gubernur Orang Asli Papua 

“Kami semua selama ini membangun komunikasi, yang mana rasanya sudah sangat dekat, sangat baik. Bahkan jikalau ada format yang lebih baik lagi, dengan sukacita, anak-anak kami di Jatim haruslah mereka merasa aman, nyaman, dan terlindungi, baik saat mereka menimba ilmu maupun bekerja,” jelas Khofifah Indar Parawansa.

Selain itu, Gubernur Khofifah pun kembali menyampaikan permohonan maafnya, sebagaimana yang telah disampaikannya di awal peristiwa tersebut terjadi. “Seperti yang sudah kami sampaikan permohonan maaf kami kepada Pak Gubernur Papua, yang mana ini adalah insiden personal yang sama sekali tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur,” tambahnya.

Gubernur Papua Lukas Enembe didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memberikan keterangan pers. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

Usai bertemu, didampingi Forkopimda Jawa Timur dan Papua, termasuk Gubernur Khofifah, Gubernur Enembe menuju lokasi asrama mahasiswa Papua Surabaya. Namun, bukannya diterima dengan baik. Sebaliknya, mahasiswa Papua dari dalam asrama malah menolak kehadiran Gubernur Enembe.

Berdasarkan pemantauan Cenderawasih Pos, situasi penolakan kehadiran Gubernur Enembe itu sempat memanas. Dimana para mahasiswa menolak untuk membuka pintu gerbang asrama bagi Gubernur Papua bersama rombongan untuk masuk. Bahkan, sempat terjadi lemparan pasir/tanah dari dalam asrama terhadap rombongan Gubernur Papua di luar gerbang.

Menyikapi penolakan tersebut, dalam konferensi pers di Hotel Grand Dafam Surabaya, Gubernur Enembe mengakui kurangnya koordinasi yang baik, sehingga terjadi penolakan tersebut. Namun, dirinya menyayangkan sikap mahasiswa asrama Papua Surabaya atas penolakan itu.

Baca Juga :  Terindikasi  Ada Anggota KNPB Diusulkan Menjadi  Anggota MRP Papua Selatan 

“Ini mungkin terlalu emosi atau terlalu cepat kita datang, sehingga kita akan reschedule (agendakan kembali). Saya akan agendakan kembali untuk tim saya datang ke sana (asrama mahasiwa Papua Surabaya). Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk kami ke sana, sehingga perlu untuk diagendakan kembali,” terangnya.

Ditanya soal jumlah maupun penghuni mahasiswa di asrama mahasiswa Papua Surabaya, Gubernur mengaku tidak memiliki data yang pasti. Meskipun menurutnya sekiranya terdapat 60 orang yang berada di dalam asrama tersebut. Dirinya  tak dapat memastikan apakah di dalam asrama tersebut semuanya berstatus mahasiswa atau tidak.

“Namun, yang jelas, sebagai kepala daerah, saya kecewa dengan sikap mereka yang seperti itu. Kalau mau bicara merdeka atau referendum itu bukan urusan dengan gubernur, melainkan dengan pemerintah pusat. Saya juga sudah melaporkan ini kepada Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara. Perihal ini, sudah menjadi urusan kepala negara. Namun, yang jelas, Papua tetap bagian dari Indonesia,” tegasnya. (gr/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya