Friday, March 29, 2024
30.7 C
Jayapura

Pos Marinir Diserang, Dua Prajurit Gugur

KKB Pimpinan Egianus Kogoya Serang Gunakan Senjata Pelontar Granat

JAYAPURA-Lama tak terdengar aksinya, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya kembali muncul. Kemunculan pimpinan kelompok yang dikenal kejam ini  langsung melakukan penyerangan.   

Titik yang menjadi aksinya ini adalah Pos Marinir Perikanan Kuari Bawah di Distrik Kenyam Kabupaten Nduga.  

Dari aksi yang dilakukan pada Sabtu (26/3) tersebut melukai 10 prajurit TNI  dimana 2 di antaranya gugur. 

Dari laporan yang diterima  Cenderawasih Pos disebutkan bahwa kejadian tersebut terjadi sekira pukul 17.50 WIT  dimana saat anggota masih berjaga-jaga di pos tiba-tiba terdengar kontak tembak dari dua arah.

 Sebelumnya Egianus melepaskan tembakan dari senjata pelontar granat GLM alias Grenade Launcher. Ini termasuk senjata berat yang memang memiliki kekuatan menghancurkan. Diduga setelah menembak dari pelontar granat ini dilanjutkan dengan serangan lainnya hingga terjadi kontak tembak. 

Akibat kontak tembak ini, Letda Mar Mohammad Iqbal dan Pratu Mar Wilson Here gugur. Letda Ikbal gugur lebih dulu dengan luka pada bagian lengan atas kanan. Sedangkan Pratu Wilson mengalami luka pada perut sebelah kiri, kepala sebelah kiri bagian belakang dan luka lecet di kaki sebelah kiri dalam kondisi kritis hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia. 

“Iya ada dua yang meninggal, tadi pagi prajurit atas nama Pratu Wilson yang kemarin mengalami luka serius akhirnya meninggal. Namun keduanya sudah dievakuasi ke Timika, Minggu  pagi pukul 08.25 WIT menggunakan helikopter dan saat ini  8 anggota yang luka masih dirawat,” ungkap Kapolres Nduga, AKBP I Komang Budiartha melalui ponselnya, Minggu (27/3) pagi. 

 Pasca kontak tembak ini, Polres Nduga juga melakukan siaga satu dan terus berjaga-jaga. Pihaknya juga menunggu situasi yang tepat untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok yang dipimpin Egianus Kogeya ini. “Sementara kami masih siaga,” jelasnya.   

Baca Juga :  MRP: Stop Bicara Pemekaran, Ayo Bangun Daerahmu!

Untuk situasi terkini  dijelaskan bahwa pada pukul 05.00 WIT kelompok Egianus masih sempat melepas tembakan namun dari arah gunung. Biasanya ini hanya sebagai penanda bahwa mereka mulai  menjauh. “Tapi bukan tembak ke pos melainkan ke atas,” tambahnya. 

Penggunaan senjata GLM oleh KKB ini membuat aparat keamanan juga kaget. GLM ini termasuk senjata senjata kelas berat yang bisa digunakan untuk melontarkan granat. Ini menjadi satu senjata berkualitas yang dimiliki TNI. 

Diduga Egianus memiliki ini dari rampasan di Satgas Yonif 700 sedangkan amunisi GLM diperoleh dari rampasan dari Satgas Yonif 330 yang diperoleh sekira tahun 2020 lalu.  

Dari data Pindad, GLM memiliki jarak pelontaran dapat mencapai 350 meter dengan kecepatan 75 m/s. Hanya saja untuk mekanisme penembakan dilakukan satu persatu dengan cara pengisian manual. 

“Itu senjata berat sebab ada granat pelontarnya dan sepertinya kelompok Egianus ini dapat dengan cara merampas pada tahun 2020 lalu,” kata Kapolres Budiartha. Hanya selama ini dikatakan Egianus Kogeya tidak pernah menggunakan karena tidak bisa mengoperasikan sehingga senjata tersebut hampir 2 tahun.  Namun setelah salah satu oknum prajurit dari TNI yang disersi bergabung, disitulah diduga oknum anggota inilah yang mengajarkan bagaimana mengoperasional GLM. 

Kelompok Egianus juga terbilang menjadi paling kuat di pegunungan dengan jumlah anggota hampir 30 orang dan menguasai sekira 27 pucuk senjata api. 

Ada sejumlah senjata canggih yang dikuasai kelompok ini, salah satunya GLM itu. “Yang kami tahu mereka juga miliki  senjata sniper 2 unit, senjata serbu yang diperkirakan ada 15 unit dan ada juga senjata rakitan,” beber Kapolres Budiartha.  

“Dia (Egianus Kogeya) dari dulu sudah punya amunisinya (amunisi GLM) tapi tidak tahu cara menggunakan. Jadi dugaan kami anggota yang disersi dari Keerom dulu inilah yang diduga mengajarkan Egianus. Ia kabur dan memilih bergabung ke sana dan Egianus juga menyampaikan bahwa senjata ini akan terus digunakan sampai pelurunya habis,” sambung Budiartha. 

Baca Juga :  Papua Menunggu Formulasi UMP 2023 dari Pusat

 Secara terpisah Dandim 1715/Yahukimo, Letkol Inf Johanis Victorianus Tethool menyampaikan bahwa  jika melihat waktu kejadiannya diduga jika saat tengah dilakukan pergantian  shift personel untuk  bergantian jaga. 

“Biasanya jam segitu dilakukan siaga senja dan tiba-tiba  ada tembakan yang diawali dengan  tembakan GLM  lebih dulu kemudian  anggota diserang dari dua arah,” jelas Johanis. 

Setelah ini dikatakan pihaknya masih focus mengevakuasi korban dan belum dilakukan pengejaran. “Kami menunggu petunjuk apakah harus segera melakukan pengejaran atau seperti apa tapi pasca ini kami juga siaga satu,” tutup Johanis. 

Sementara itu, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (27/3), Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyatakan hingga kini belum ada laporan Prada Yotam Bungiangge telah bergabung dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua. 

 “Memang benar hingga kini belum ada laporan tentang bergabungnya Prada Yotam yang sebelumnya merupakan anggota Yonif 756/MWS dengan KKB pimpinan Egianus Kogoya,” ungkap Danrem Izak Pangemanan kepada Antara di Jayapura, Minggu (27/3).

Dia mengakui, Prada Yotam sebelum melarikan diri dengan membawa senjata api SS1 V1 sebetulnya sudah pindah ke Kodim Sarmi, namun yang bersangkutan belum melaporkan diri ke satuan yang baru.

Prada Yotam saat melarikan diri sedang bertugas di Kompi C Senggi, Kabupaten Keerom, tanggal 17 Desember 2021 saat yang bersangkutan piket dan senjata tersebut tanpa amunisi, ujar Izak Pangemanan. (ade/fia/nat)

KKB Pimpinan Egianus Kogoya Serang Gunakan Senjata Pelontar Granat

JAYAPURA-Lama tak terdengar aksinya, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya kembali muncul. Kemunculan pimpinan kelompok yang dikenal kejam ini  langsung melakukan penyerangan.   

Titik yang menjadi aksinya ini adalah Pos Marinir Perikanan Kuari Bawah di Distrik Kenyam Kabupaten Nduga.  

Dari aksi yang dilakukan pada Sabtu (26/3) tersebut melukai 10 prajurit TNI  dimana 2 di antaranya gugur. 

Dari laporan yang diterima  Cenderawasih Pos disebutkan bahwa kejadian tersebut terjadi sekira pukul 17.50 WIT  dimana saat anggota masih berjaga-jaga di pos tiba-tiba terdengar kontak tembak dari dua arah.

 Sebelumnya Egianus melepaskan tembakan dari senjata pelontar granat GLM alias Grenade Launcher. Ini termasuk senjata berat yang memang memiliki kekuatan menghancurkan. Diduga setelah menembak dari pelontar granat ini dilanjutkan dengan serangan lainnya hingga terjadi kontak tembak. 

Akibat kontak tembak ini, Letda Mar Mohammad Iqbal dan Pratu Mar Wilson Here gugur. Letda Ikbal gugur lebih dulu dengan luka pada bagian lengan atas kanan. Sedangkan Pratu Wilson mengalami luka pada perut sebelah kiri, kepala sebelah kiri bagian belakang dan luka lecet di kaki sebelah kiri dalam kondisi kritis hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia. 

“Iya ada dua yang meninggal, tadi pagi prajurit atas nama Pratu Wilson yang kemarin mengalami luka serius akhirnya meninggal. Namun keduanya sudah dievakuasi ke Timika, Minggu  pagi pukul 08.25 WIT menggunakan helikopter dan saat ini  8 anggota yang luka masih dirawat,” ungkap Kapolres Nduga, AKBP I Komang Budiartha melalui ponselnya, Minggu (27/3) pagi. 

 Pasca kontak tembak ini, Polres Nduga juga melakukan siaga satu dan terus berjaga-jaga. Pihaknya juga menunggu situasi yang tepat untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok yang dipimpin Egianus Kogeya ini. “Sementara kami masih siaga,” jelasnya.   

Baca Juga :  Direkomendasikan Kena Tiga Pasal

Untuk situasi terkini  dijelaskan bahwa pada pukul 05.00 WIT kelompok Egianus masih sempat melepas tembakan namun dari arah gunung. Biasanya ini hanya sebagai penanda bahwa mereka mulai  menjauh. “Tapi bukan tembak ke pos melainkan ke atas,” tambahnya. 

Penggunaan senjata GLM oleh KKB ini membuat aparat keamanan juga kaget. GLM ini termasuk senjata senjata kelas berat yang bisa digunakan untuk melontarkan granat. Ini menjadi satu senjata berkualitas yang dimiliki TNI. 

Diduga Egianus memiliki ini dari rampasan di Satgas Yonif 700 sedangkan amunisi GLM diperoleh dari rampasan dari Satgas Yonif 330 yang diperoleh sekira tahun 2020 lalu.  

Dari data Pindad, GLM memiliki jarak pelontaran dapat mencapai 350 meter dengan kecepatan 75 m/s. Hanya saja untuk mekanisme penembakan dilakukan satu persatu dengan cara pengisian manual. 

“Itu senjata berat sebab ada granat pelontarnya dan sepertinya kelompok Egianus ini dapat dengan cara merampas pada tahun 2020 lalu,” kata Kapolres Budiartha. Hanya selama ini dikatakan Egianus Kogeya tidak pernah menggunakan karena tidak bisa mengoperasikan sehingga senjata tersebut hampir 2 tahun.  Namun setelah salah satu oknum prajurit dari TNI yang disersi bergabung, disitulah diduga oknum anggota inilah yang mengajarkan bagaimana mengoperasional GLM. 

Kelompok Egianus juga terbilang menjadi paling kuat di pegunungan dengan jumlah anggota hampir 30 orang dan menguasai sekira 27 pucuk senjata api. 

Ada sejumlah senjata canggih yang dikuasai kelompok ini, salah satunya GLM itu. “Yang kami tahu mereka juga miliki  senjata sniper 2 unit, senjata serbu yang diperkirakan ada 15 unit dan ada juga senjata rakitan,” beber Kapolres Budiartha.  

“Dia (Egianus Kogeya) dari dulu sudah punya amunisinya (amunisi GLM) tapi tidak tahu cara menggunakan. Jadi dugaan kami anggota yang disersi dari Keerom dulu inilah yang diduga mengajarkan Egianus. Ia kabur dan memilih bergabung ke sana dan Egianus juga menyampaikan bahwa senjata ini akan terus digunakan sampai pelurunya habis,” sambung Budiartha. 

Baca Juga :  HKJM Wilayah DOB Segera Dibentuk

 Secara terpisah Dandim 1715/Yahukimo, Letkol Inf Johanis Victorianus Tethool menyampaikan bahwa  jika melihat waktu kejadiannya diduga jika saat tengah dilakukan pergantian  shift personel untuk  bergantian jaga. 

“Biasanya jam segitu dilakukan siaga senja dan tiba-tiba  ada tembakan yang diawali dengan  tembakan GLM  lebih dulu kemudian  anggota diserang dari dua arah,” jelas Johanis. 

Setelah ini dikatakan pihaknya masih focus mengevakuasi korban dan belum dilakukan pengejaran. “Kami menunggu petunjuk apakah harus segera melakukan pengejaran atau seperti apa tapi pasca ini kami juga siaga satu,” tutup Johanis. 

Sementara itu, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (27/3), Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyatakan hingga kini belum ada laporan Prada Yotam Bungiangge telah bergabung dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua. 

 “Memang benar hingga kini belum ada laporan tentang bergabungnya Prada Yotam yang sebelumnya merupakan anggota Yonif 756/MWS dengan KKB pimpinan Egianus Kogoya,” ungkap Danrem Izak Pangemanan kepada Antara di Jayapura, Minggu (27/3).

Dia mengakui, Prada Yotam sebelum melarikan diri dengan membawa senjata api SS1 V1 sebetulnya sudah pindah ke Kodim Sarmi, namun yang bersangkutan belum melaporkan diri ke satuan yang baru.

Prada Yotam saat melarikan diri sedang bertugas di Kompi C Senggi, Kabupaten Keerom, tanggal 17 Desember 2021 saat yang bersangkutan piket dan senjata tersebut tanpa amunisi, ujar Izak Pangemanan. (ade/fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya