Sunday, November 24, 2024
28.7 C
Jayapura

“Kita Patah Hati”

Lara Keluarga Korban Penembakan di Puncak

JAYAPURA-Isak tangis keluarga Pratu Rahman Tomilawa di Kampung Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah pecah ketika mengetahui Pratu Rahman gugur dalam tugas di Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Kamis (27/1).

Ibu, dari Pratu Rahman sempat tak sadarkan diri ketika mengetahui anak bungsunya itu gugur akibat ditembak. Padahal, Selasa (25/1) lalu, ibu dan anak ini baru saja saling melepas rindu via telepon.

“Saya ikhlas, mau bagaimana lagi, saya tetap ikhlas,” kata Latif Tomilawa ayah dari Pratu Rahman disertai tangisan keluarga yang terdengar jelas melalui percakapan via telepon dengan Cenderawasih Pos, Kamis (27/1).

Amang, sapaan akrab dari pemuda 25 tahun ini merupakan pesepak bola di kampungnya di Tulehu. Ia juga masuk dalam salah satu klub bola di Tulehu. Semasa kecil, almarhum sudah menyukai sepak bola, pagi dan sore ia kerap menghabiskan waktunya di lapangan bola.

Latif ayah Rahman mengaku, mengetahui anak bungsunya itu meninggal dunia dari atasan Rahman. Penyampaian itu disampaikan melalui telepon, pagi kemarin.

“Tidak menyangka jika anak bungsu saya itu meninggal karena ditembak. Padahal dia dikirim tugas ke sana (Papua-red) untuk mengamankan Papua, bukan untuk ditembak,” kata Rahman dengan nada sedih.

“Saya ikhlas, kita patah hati, mau biking bagaimana,” ucap Latif berulang kali.

Sebelum menerima kabar duka itu, ayah empat  anak ini mengaku sebelumnya tak punya firasat apa-apa. Hanya saja, Rabu (26/1) lalu, ia sempat salah faham dengan isterinya lalu berbaikan lagi. Hingga Kamis pagi, keluarga mendapat kabar duka itu.

Baca Juga :  Kata Guru Honorer Itu, kalau Semua Pergi, Siapa Yang Ajari Anak-Anak

Latif ingat benar, anak bungsunya itu ditugaskan dari satuannya Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 408/Suhbrastha ke Papua sejak 7 September tahun 2021. Rencanannya, penarikan akan dilakukan paling lambat Mei 2022.

“Saat komunikasi terakhir dengan saya dan mamanya, ia mengaku kondisinya baik-baik saja di tempat tugas. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk cuti lalu pulang ke Ambon selepas tugasnya di Papua. Ternyata anak saya itu pulang lebih cepat dengan kondisi tak bernyawa lagi,” tuturnya.

Sewaktu anak bungsunya Pratu Rahman Tomilawa izin berdinas ke Papua, Latif menitipkan pesan kepada anaknya agar jangan gegabah. Saling menjaga, harus jalan sama teman-teman, lakukan pendekatan dengan orang kampung dan jangan sampai hilang.

“Berkali-kali saya selalu ingatkan dia agar salat, dekati orang-orang kampung dan jangan sampai hilang,” kenang Latif.

Dikatakan Latif, anak bungsunya itu masuk TNI sejak tahun 2018. Pratu Rahman mengikuti seleksi di Kota Ambon dan ditempatkan di Pulau Jawa, hingga kemudian ditugaskan ke Papua dan gugur dalam tugas.

Kata Latif, jenazah anaknya hingga saat ini masih berada di Mimika. Rencananya Jumat (28/1) hari ini diterbangkan dari Mimika ke Makassar dan akan tiba di Ambon pada Sabtu (29/1) pagi.

Baca Juga :  Sarmi jadi Salah Satu Daerah Penyelenggara Sail Teluk Cenderawasih 2023 

“Saya akan makamkan anak saya di Tulehu, tempat di mana dia lahir dan dibesarkan,” kata Latif.

Sementara itu Rifhay rekan main bola almarhum mengaku kehilangan sosok anak Tulehu yang menjadi motivasi bagi anak-anak Tulehu lainnya. Terlebih, Rahman dikenal sebagai anak yang sopan terhadap orang yang lebih tua darinya.

“Ini anak dia bae-bae (baik). Sebelum jadi anggota TNI, dia main bola di Tulehu Putra. Jalur bola inilah yang membuat dia jadi anggota TNI,” tuturnya.

Rifhay mengaku kehilangan teman main bola, sebab mereka suka main bola di Tulehu.

Sementara itu, Ketua Komnas HAM Papua Frits menyampaikan duka cita untuk anggota TNI yang gugur saat melaksanakan tugas.

“Peristiwa ini cukup memilukan kita dari prespektif HAM, ada orang meninggal dunia dengan cara dibunuh,” kata Frits.

Lanjut Frits, kejadian ini menambah daftar panjang rangkaian kekerasan yang sedang dan  terus terjadi di tanah Papua.

“Kejadian ini berpotensi mengakibatkan masyatakat sipil akan terkena dampak dari kejadian ini. Warga sipil dalam bayang-bayang ketakutan dan sudah tentu memilih untuk mengungsi,” ucapnya.

Sebelumnya, tiga anggota TNI gugur dan 1 orang kritis dalam kontak senjata antara anggota TNI dan KKB di Kampung Tigilobak, Distrik Gome, Kabupaten Puncak. (fia/nat)

Lara Keluarga Korban Penembakan di Puncak

JAYAPURA-Isak tangis keluarga Pratu Rahman Tomilawa di Kampung Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah pecah ketika mengetahui Pratu Rahman gugur dalam tugas di Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Kamis (27/1).

Ibu, dari Pratu Rahman sempat tak sadarkan diri ketika mengetahui anak bungsunya itu gugur akibat ditembak. Padahal, Selasa (25/1) lalu, ibu dan anak ini baru saja saling melepas rindu via telepon.

“Saya ikhlas, mau bagaimana lagi, saya tetap ikhlas,” kata Latif Tomilawa ayah dari Pratu Rahman disertai tangisan keluarga yang terdengar jelas melalui percakapan via telepon dengan Cenderawasih Pos, Kamis (27/1).

Amang, sapaan akrab dari pemuda 25 tahun ini merupakan pesepak bola di kampungnya di Tulehu. Ia juga masuk dalam salah satu klub bola di Tulehu. Semasa kecil, almarhum sudah menyukai sepak bola, pagi dan sore ia kerap menghabiskan waktunya di lapangan bola.

Latif ayah Rahman mengaku, mengetahui anak bungsunya itu meninggal dunia dari atasan Rahman. Penyampaian itu disampaikan melalui telepon, pagi kemarin.

“Tidak menyangka jika anak bungsu saya itu meninggal karena ditembak. Padahal dia dikirim tugas ke sana (Papua-red) untuk mengamankan Papua, bukan untuk ditembak,” kata Rahman dengan nada sedih.

“Saya ikhlas, kita patah hati, mau biking bagaimana,” ucap Latif berulang kali.

Sebelum menerima kabar duka itu, ayah empat  anak ini mengaku sebelumnya tak punya firasat apa-apa. Hanya saja, Rabu (26/1) lalu, ia sempat salah faham dengan isterinya lalu berbaikan lagi. Hingga Kamis pagi, keluarga mendapat kabar duka itu.

Baca Juga :  Sarmi jadi Salah Satu Daerah Penyelenggara Sail Teluk Cenderawasih 2023 

Latif ingat benar, anak bungsunya itu ditugaskan dari satuannya Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 408/Suhbrastha ke Papua sejak 7 September tahun 2021. Rencanannya, penarikan akan dilakukan paling lambat Mei 2022.

“Saat komunikasi terakhir dengan saya dan mamanya, ia mengaku kondisinya baik-baik saja di tempat tugas. Ia juga menyampaikan keinginannya untuk cuti lalu pulang ke Ambon selepas tugasnya di Papua. Ternyata anak saya itu pulang lebih cepat dengan kondisi tak bernyawa lagi,” tuturnya.

Sewaktu anak bungsunya Pratu Rahman Tomilawa izin berdinas ke Papua, Latif menitipkan pesan kepada anaknya agar jangan gegabah. Saling menjaga, harus jalan sama teman-teman, lakukan pendekatan dengan orang kampung dan jangan sampai hilang.

“Berkali-kali saya selalu ingatkan dia agar salat, dekati orang-orang kampung dan jangan sampai hilang,” kenang Latif.

Dikatakan Latif, anak bungsunya itu masuk TNI sejak tahun 2018. Pratu Rahman mengikuti seleksi di Kota Ambon dan ditempatkan di Pulau Jawa, hingga kemudian ditugaskan ke Papua dan gugur dalam tugas.

Kata Latif, jenazah anaknya hingga saat ini masih berada di Mimika. Rencananya Jumat (28/1) hari ini diterbangkan dari Mimika ke Makassar dan akan tiba di Ambon pada Sabtu (29/1) pagi.

Baca Juga :  Pantai Holtekamp Kembali Makan Korban

“Saya akan makamkan anak saya di Tulehu, tempat di mana dia lahir dan dibesarkan,” kata Latif.

Sementara itu Rifhay rekan main bola almarhum mengaku kehilangan sosok anak Tulehu yang menjadi motivasi bagi anak-anak Tulehu lainnya. Terlebih, Rahman dikenal sebagai anak yang sopan terhadap orang yang lebih tua darinya.

“Ini anak dia bae-bae (baik). Sebelum jadi anggota TNI, dia main bola di Tulehu Putra. Jalur bola inilah yang membuat dia jadi anggota TNI,” tuturnya.

Rifhay mengaku kehilangan teman main bola, sebab mereka suka main bola di Tulehu.

Sementara itu, Ketua Komnas HAM Papua Frits menyampaikan duka cita untuk anggota TNI yang gugur saat melaksanakan tugas.

“Peristiwa ini cukup memilukan kita dari prespektif HAM, ada orang meninggal dunia dengan cara dibunuh,” kata Frits.

Lanjut Frits, kejadian ini menambah daftar panjang rangkaian kekerasan yang sedang dan  terus terjadi di tanah Papua.

“Kejadian ini berpotensi mengakibatkan masyatakat sipil akan terkena dampak dari kejadian ini. Warga sipil dalam bayang-bayang ketakutan dan sudah tentu memilih untuk mengungsi,” ucapnya.

Sebelumnya, tiga anggota TNI gugur dan 1 orang kritis dalam kontak senjata antara anggota TNI dan KKB di Kampung Tigilobak, Distrik Gome, Kabupaten Puncak. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya