Guru yang bertugas di SD YPK Anggruk semua berasal dari Yayasan Serafim Care. Mereka berjumlah 9 orang, sementara saat ini 1 orang diantaranya sedang berada di Jayapura, dan 8 orang lainnya berada di Distrik Anggruk terdiri dari orang laki – laki dan 5 orang perempuan, sedangkan untuk tenaga kesehatan 2 orang.
Kasatgas Operasi Damai Cartenz, Brigjend Faisal Ramadhani mengungkapkan yang dilakukan KKB adalah tindakan biadab dan sangat keji. Para guru dan tenaga medis itu bukan militer, mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua,” tegas Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Pol. Faizal Ramadhani.
Faizal menegaskan bahwa kekejaman yang dilakukan KKB merupakan upaya menciptakan ketakutan dan menghambat pembangunan, terutama di sektor pendidikan. “Tindakan kekerasan ini tidak akan menyurutkan komitmen negara dalam memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat Papua, justru menjadi bukti bahwa kekejaman yang dilakukan KKB semakin nyata,” ujarnya.
Ia menyampaikan seluruh korban, baik yang meninggal dunia maupun yang mengalami luka-luka, telah dievakuasi ke Jayapura dan dirujuk ke Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Marthen Indey Kota Jayapura.
“Sementara itu, dua korban lainnya, Lenike Saban (guru) dan Erens Sama (petani), yang merupakan warga asli Yahukimo, tidak ikut dievakuasi atas permintaan sendiri dan dalam kondisi aman,” jelasnya.
Salah satu warga di Yahukimo yang enggan namanya dikorankan menjelaskan bahwa ada salah satu korban selamat usai diselamatkan oleh Kepala SMP di daerah itu. Ia tak tahu pasti penyebab kejadian itu, namun beberapa hari sebelumnya, diperoleh informasi bahwa KKB atau TPNPB sudah tersebar di distrik – distrik yang ada di Yahukimo.
Ada juga yang menganggap bahwa statemen Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subianto yang menyampaikan kepada wartawan bahwa yang menjadi tenaga guru dan tenaga medis di Papua adalah anggotanya itulah yang memantik kecurigaan KKB untuk langsung masuk ke kampung dan distrik melakukan penyerangan.
Ketika itu Agus Subianto menjawab pertanyaan wartawan seputar pengesahan UU TNI. Selain itu muncul asumsi lain bahwa pengesahan UU TNI membuat TPNPB khawatir jika TNI bisa masuk ke Yahukimo sebagai tenaga pengajar, nakes dan pegawai. “Sehingga TPNPB berfikir semua orang yang saat ini berada di distrik-distrik yang menjadi guru, dokter dan suster dianggap sedang menyamar. Sehingga mereka nekat melakukan tindakan itu,” pungkasnya.