“Unjuk rasa tersebut adalah sebagai bentuk penolakan program makan bergizi gratis dan memberikan pendidikan gratis, alasannya karena mereka menganggap pendidikan gratis lebih dibutuhkan dari pada makan bergizi gratis dan itu bisa menjadi masukan kepada pemerintah,” kata Methodius dalam keterangan tertulisnya kepada Cenderawasih Pos, Sabtu (23/2).
Mengapa pendidikan gratis lebih penting daripada makan bergizi gratis dikarena selama ini potret pendidikan di Papua masih banyak anak usia remaja yang putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan karena orang tuanya tidak mampu sehingga membuat anak stres dan putus sekolah.
“Akibat putus sekolah dan stres, anak-anak gampang terpengaruh dengan hal-hal negatif seperti minuman keras, narkoba bahkan tindakan yang menjurus pada tindak pidana,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Methodius menjelaskan jika berbicara tentang pendidikan gratis, maka domainnya ada di tangan pemerintah daerah (Pemda) yang membuat kebijakan program sekolah gratis sesuai dengan kemampuan APBD pemerintah daerah.
Menurutnya jika program makan bergizi gratis ingin dilaksanakan di Papua, maka harus ditinjau dari berbagai faktor dan aspek.
“Tujuannya tentu akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan asupan gizi dan pengetahuan gizi anak sekolah pada jenjang TK, SD, SMP, SMA, ibu hamil, ibu menyusui dan balita dalam upaya pemenuhan gizi di seluruh kabupaten/kota menuju Generasi Emas 2045,” tutupnya. (kar/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos