Thursday, December 25, 2025
29.4 C
Jayapura

Lokasi PSN Dipalang Gunakan Salib

Dalam aksi tersebut warga membacakan pernyataan sikap penolakan dan meminta agar perusahaan segera hentikan semua aktivitas di wilayah adat terkhusus PT Jhonlin Group di Wanam berdasarkan tugas yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk menjalankan PSN Merauke khususnya Ketahanan Pangan dan Energi.

“Warga sudah mengingatkan berulang kali bahkan sampai harus terjadi situasi yang tak enak di lapangan namun semua tidak diindahkan sehingga akirnya disepakati untuk dipalang menggunakan salib,” beber Johnny Teddy Wakum, Direktur LBH Papua Merauke, Kamis (18/12).

Menurut LBH, pelaksanaan PSN Merauke telah berlangsung lebih dari satu tahun telah menimbulkan berbagai kontradiksi dan luka serius yang mencemaskan dan merugikan masyarakat adat. Selain itu terjadi kekerasan dan pemaksaan, penghancuran dan penghilangan sumber pangan, mata pencaharian tradisional (traditional occupation), kerusakan lingkungan dan kehilangan hutan dengan ekosistem penting hingga belasan ribu hektar seperti yang telah dialami oleh masyarakat adat di Wanam Nakias, Jagebob dan Tanah Miring.

Baca Juga :  Tabrakan Maut, Dua Pengendara Tewas di TKP 

Masyarakat pemilik hak ulayat telah berulang kali menyampaikan aspirasi mereka terkait penolakan dan ketidakpersetujuan mereka atas kehadiran perusahaan PT Jhonlin Group di wilayah adat mereka kepada Pjs Gubernur Papua Selatan tahun 2024, mereka juga telah menyampaikan aspirasi ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI namun hingga tidak ada respon dari pemerintah dan aktivitas pembongkaran lahan milik masyarakat adat makin luas.

Berdasarkan situasi pengabaikan dari pemerintah maka masyarakat korban PSN mengambil inisiatif untuk melakukan pemalangan secara kolektif dan mandiri sebagai sikap perlawanan yang nyata dengan berkaca pada fakta kerusakan yang terjadi. Arti dan makna salib merah sendiri memiliki beberapa tujuan seperti perlawanan ekologis dan spiritual.

Baca Juga :  Pengurus PaSKI Kini Hadir di Papua Selatan

Ini menggabungkan dimensi adat dan kekristenan untuk menolak ekspansi proyek pembangunan yang merusak lingkungan dan merampas tanah serta menandakan batas wilayah dan larangan keras, dengan konsekuensi konflik jika dilanggar. Selanjutnya salib merah juga memiliki arti sebagai manifestasi oman Kristen yang menunjukkan pertanggungjawaban iman pribumi dalam menjaga tanah dan hutan sebagai ciptaan Tuhan. “Ini bentuk perlawanan yang bukan lagi dengan senjata, tapi dengan simbol spiritual,” tambah Tedy.

Dalam aksi tersebut warga membacakan pernyataan sikap penolakan dan meminta agar perusahaan segera hentikan semua aktivitas di wilayah adat terkhusus PT Jhonlin Group di Wanam berdasarkan tugas yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk menjalankan PSN Merauke khususnya Ketahanan Pangan dan Energi.

“Warga sudah mengingatkan berulang kali bahkan sampai harus terjadi situasi yang tak enak di lapangan namun semua tidak diindahkan sehingga akirnya disepakati untuk dipalang menggunakan salib,” beber Johnny Teddy Wakum, Direktur LBH Papua Merauke, Kamis (18/12).

Menurut LBH, pelaksanaan PSN Merauke telah berlangsung lebih dari satu tahun telah menimbulkan berbagai kontradiksi dan luka serius yang mencemaskan dan merugikan masyarakat adat. Selain itu terjadi kekerasan dan pemaksaan, penghancuran dan penghilangan sumber pangan, mata pencaharian tradisional (traditional occupation), kerusakan lingkungan dan kehilangan hutan dengan ekosistem penting hingga belasan ribu hektar seperti yang telah dialami oleh masyarakat adat di Wanam Nakias, Jagebob dan Tanah Miring.

Baca Juga :  Terduga Teroris Incar Uskup Agung Merauke

Masyarakat pemilik hak ulayat telah berulang kali menyampaikan aspirasi mereka terkait penolakan dan ketidakpersetujuan mereka atas kehadiran perusahaan PT Jhonlin Group di wilayah adat mereka kepada Pjs Gubernur Papua Selatan tahun 2024, mereka juga telah menyampaikan aspirasi ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI namun hingga tidak ada respon dari pemerintah dan aktivitas pembongkaran lahan milik masyarakat adat makin luas.

Berdasarkan situasi pengabaikan dari pemerintah maka masyarakat korban PSN mengambil inisiatif untuk melakukan pemalangan secara kolektif dan mandiri sebagai sikap perlawanan yang nyata dengan berkaca pada fakta kerusakan yang terjadi. Arti dan makna salib merah sendiri memiliki beberapa tujuan seperti perlawanan ekologis dan spiritual.

Baca Juga :  Pengurus PaSKI Kini Hadir di Papua Selatan

Ini menggabungkan dimensi adat dan kekristenan untuk menolak ekspansi proyek pembangunan yang merusak lingkungan dan merampas tanah serta menandakan batas wilayah dan larangan keras, dengan konsekuensi konflik jika dilanggar. Selanjutnya salib merah juga memiliki arti sebagai manifestasi oman Kristen yang menunjukkan pertanggungjawaban iman pribumi dalam menjaga tanah dan hutan sebagai ciptaan Tuhan. “Ini bentuk perlawanan yang bukan lagi dengan senjata, tapi dengan simbol spiritual,” tambah Tedy.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya